Selasa, 05 April 2016

riwayat singkat hidup al-ghazali

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan permulaan untuk meraih sesuatu yang berguna dengan ketentuan bahwa apa yang telah diberikan mesti diajarkan dengan cara yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan bukan hanya pengajaran, tetapi juga merupakan semacam pembaharuan. Pendidikan menentukan kriteria yang akan menjadi acuan semua kegiatan atau proses di masa berikutnya sebagai suatu prestasi. Semua pendidikan formal mempunyai atau mendukung tujuan kegiatan diri secara sadar dan nyata yang berlangsung di dalam berbagai lembaga pendidikan. Belajar, dari pihak murid, adalah proses psikologis dan moral yang melibatkan cara berpikir, berkehendak, berlatih, dan hal - hal produktif lainnya. Puncak semua pendidikan, yang ditanami ketulusan hati, adalah membekali murid kemandirian moral yang berarti memiliki undang-undang diri yang universal, bersifat pribadi, dan juga mampu menetapkan diri.
Pembahasan mendalam atas berbagai gagasan pendidikan Ghazali dengan tujuan tunggal, yaitu menjadikan cirri - cirinya yang mendasar, tetapi dapat dipahami oleh orang-orang muda. Gagasan - gagasan Ghazali akan menarik setiap orang yang beriman apabila pribadi - pribadi kita yang mempunyai tujuan kesempurnaan, apabila masyarakat menginginkan pembangunan, apabila nasib kita dimaksudkan untuk penyelamatan, gagasan - gagasan pendidikan dari Ghazali dapat memainkan peran yang besar.








BAB II
PEMBAHASAN

1.      Riwayat hidup Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan 1059 M di Ghazaleh, suatu kota kecil yang terletak di Tus wilayah Khurasan dan wafat di Tabristan wilayah propinsi Tus pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 1505 H bertepatan dengan 1 Desember 1111 M.
Al-Ghazali memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya, Tus, dengan mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Dalam sejarah filsafat Islam mencatat bahwa Al-Ghazali pada mulanya dikenal sebagai orang yang ragu dalam berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu yang dicapai melalui panca indera maupun akal pikiran. Misalnya, ia ragu terhadap ilmu kalam (teologi) yang dipelajarinya. Hal ini disebabkan dalam ilmu kalam terdapat beberapa aliran yang saling bertentangan sehingga dapat membingungkan dalam menetapkan aliran mana yang betul - betul benar di antara semua aliran.
Sebagaimana halnya ilmu kalam, dalam ilmu filsafat pun, Al-Ghazali juga meragukannya, karena dalam filsafat, dijumpai argumen - argumen yang tidak kuat dan menurut keyakinannya, ada yang bertentangan dengan agama Islam. Ia akhirnya mnegambil sikap menentang filsafat. Al-Ghazali tidak hanya menentang pengetahuan yang dihasilkan akal pikiran, tetapi juga menentang pengetahuan yang dihasilkan panca indera. Menurutnya, panca indera tidak dapat dipercaya karena mengandung kedustaan. Misalnya, ia menyatakan “bayangan (rumah) kelihatannya tidak bergerak, tetapi sebenarnya bergerak dan pindah tempat.” Demikian juga bintang-bintang di langit kelihatannya kecil, tetapi hasil perhitungan mengatakan bahwa bintang-bintang itu lebih besar dari bumi.


2.      Pemikiran Pendidikan Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa tinngi rendahnya kehidupan manusia sangat ditentukan oleh sifat penguasaan ilmu pengetahuan. Kewajiban utama manusia dalam pendidikan dan penggalian ilmu pengetahuan adalah tentang dzat Allah Yang Maha mutlak. Karena kebenaran ilmu pengetahuan sifatnya nisbi, pertama-tama harus diketahui tentang kebenaran mutlak yang hanya milik Allah. Pengetahuan dalam bentuk apapun tidak akan sampai pada kebenaran mutlak karena ilmu bersumber dari Yang Mahamutlak, yakni Rabbul ‘alamin.
Al-Ghazali membagi metode perolehan ilmu menjadi dua, yaitu metode pengajaran manusia dan pengajaran dari Tuhan. Metode Pengajaran manusia merupakan metode yang biasa dilakukan di sekolah formal dan non formal, yang mengandalkan komunikasi interpersonal dan interaksi sosial. Metode pengajaran dari Tuhan merupakan metode pengajaran yang melibatkan komunikasi manusia dengan Allah.

1.      Peranan Pendidikan
Al-Ghazali termasuk ke dalam kelompok sufistik yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan karena pendidikan yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa. Al-Ghazali adalah penganut paham idealisme yang konsekuen terhadap agama sebagai dasar pandangannya. Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme. Hal ini disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua dan orang yang mendidiknya. Hati seorang anak itu bersih, murni laksana permata yang sangat berharga sederhana dan bersiah dari gambaran apapun. Al-Ghazali mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya, jika anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek. Pentingnya pendidikan ini didasarkan kepada pengalaman hidup Al-Ghazali sendiri, yaitu sebagai orang yang tumbuh menjadi ulama besar yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, yang disebabkan karena pendidikan.

2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan. Rumusan tujuan pendidikan Al-Ghazali yang demikian itu juga karena Al-Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal yang pokok, tidak abadi dan akan rusak, sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatan setiap saat. Dunia hanya tempat lewat sementara, tidak kekal. Sedangkan  akhirat adalah desa yang kekal dan maut senantiasa mengintai setiap saat.
Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat sehingga orang tersebut derajatnya lebih tinggi di sisi Allah dan lebih luas kebahagiaannya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanya sebagai alat.

3. Pendidik
Seseorang dinamai guru apabila memberitahukan sesuatu kepada siapapun. Seorang guru adalah orang yang ditugaskan di suatu lembaga untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada para pelajar dan pada gilirannya dia memperoleh upah atau honorarium. Seorang guru atau ulama adalah orang yang menempatkan cita-cita teragung dan termulia tersebut di depan muridnya dan membimbingnya untuk mencapainya. Adapun ciri-ciri pendidik :
a.       Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak kandungnya sendiri.
b.      Guru jangan mengharapkan materi sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar) karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW sedangkan upahnya adalah terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang dijarkannya.
c.       Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat
d.      Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan intelektual dan daya tangkap anak didiknya
e.       Guru harus mengamalkan yang diajarkannya karena ia menjadi idola di mata anak muridnya.

4.      Murid
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut :
a)   Memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur.
b)   Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam pikiran.
c)   Mempelajari tidak hanyasatu jenis ilmu yang bermanfaat saja, melainkan berbagai ilmu dan berupaya bersungguh-sungguh sehingga mencapai tujuan dari tiap ilmu tersebut.

5.      Kurikulum
Pandangan Al-Ghazali tentang kurikulum dapat dipahami dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan kepada yang terlarang dan wajib dipelajari oleh anak didik menjadi 3 kelompok, yaitu :
a.    Ilmu yang tercela, banyak atau sedikit ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia maupun di akhirat, misalnya ilmu sihir, ilmu nujum dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat dan akan meragukan terhadap adanya Tuhan. Oleh karena itu, ilmu ini harus dijauhi.
b.   Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit. Misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama. Bila dipelajari akan membawa seseorang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah.
c.    Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, karena dapat membawa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan Tuhan) seperti ilmu filsafat.

     Al-Ghazali membagi lagi ilmu tersebut menjadi 2 kelompok ilmu yang dilihat dari segi kepentingannya, yaitu :

1.    Ilmu yang wajib (fardlu) yang diketahui oleh semua orang, yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber pada kitab Allah.
2.   Ilmu yang hukum mempelajarinya (fardlu kifayah), yaitu ilmu yang digunakan untuk memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu pertanian dan industri.

     Sejalan dengan itu Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah, antara lain :
1.   Ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama seperti fiqh, hadist dan tafsir.
2.   Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta lafadz-lafadznya, karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
3.   Ilmu-ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi yang beraneka macam jenisnya, termasuk juga ilmu politik.
4.   Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah dan beberapa cabang filsafat.


Jika diamati secara seksama, Nampak Al-Ghazali menggunakan 2 pendekatan dalam membagi ilmu pengetahuan. Pertama, pendekatan fiqih yang melahirkan pembagian ilmu pada yang wajib dan fardhu kifayah. Kedua, pendekatan tasawuf (akhlak) yang melahirkan pembagian ilmu pada yang terpuji dan tercela. Hal ini semakin jelas jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan tersebut di atas, yaitu pendekatan diri kepada Allah.

























BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Al-Ghazali adalah seorang ulama besar yang menaruh perhatian cukup tinggi terhadap pendidikan. Corak pendidikan yang dikembangkannya tampak dipengaruhi oleh pandangannya tentang tasawuf dan fiqih. Konsep pendidikan yang dikemukaannya Nampak selain sistematik dan komprehensif juga secara konsisten sejalan dengan sikap dan kepribadiannya sebagai seorang sufi. Konsep pendidikan Al-Ghazali tersebut merupakan aplikasi dan response dari jawabannya terhadap permasalahan social kemasyarakatan yang dihadapinya saat ini. Konsep tersebut jika diaplikasikan di masa sekarang Nampak sebagiannya masih ada yang sesuai dan sebagian lainnya ada yang perlu disempurnakan. Itulah watak hasil pemikiran manusia yang selalu menuntut penyempurnaan.





















DAFTAR PUSTAKA

      Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam (edisi baru). 2005. Jakarta : Gaya Media Pratama
      Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam. 2009. Bandung : Pustaka Setia.
      Shafique Ali Khan. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali ; gagasan konsep teori dan filsafat ghazali mengenai pendidikan, pengetahuan dan belajar. 2005. Bandung : Pustaka Setia.



















 MAKALAH
Pendidikan Islam Dalam Pemikiran Al-Ghazali

 








DI SUSUN OLEH:
M.Ricky Wijaya
Siti Munawwaroh
Semester: V
Dosen pengampu: Ridwan M.Pd.I



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBYIAH (STIT)
KABUPATEN TEBO
TAHUN AKADEMIK 2013-2014


KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Pendidikan.

Dalam penyelesaian  makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Sebagi bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima menjadi amal saleh dan diterima Allah SWT. Semoga maklah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya .



                                                           MA.TEBO 01 Oktober 2013


                                                                        Penulis,










DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL………………………………………………………

KATA PENGANTAR ................................................................................. .

DAFTAR ISI .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ .

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................

A.      riwayat singkat hidup al-ghazali.................................................
B.      Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali...............................................

BAB III PENUTUP......................................................................................  
  1. kesimpulan










Tidak ada komentar:

Posting Komentar