BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan permulaan untuk
meraih sesuatu yang berguna dengan ketentuan bahwa apa yang telah diberikan
mesti diajarkan dengan cara yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan.
Pendidikan bukan hanya pengajaran, tetapi juga merupakan semacam pembaharuan.
Pendidikan menentukan kriteria yang akan menjadi acuan semua kegiatan atau
proses di masa berikutnya sebagai suatu prestasi. Semua pendidikan formal
mempunyai atau mendukung tujuan kegiatan diri secara sadar dan nyata yang berlangsung
di dalam berbagai lembaga pendidikan. Belajar, dari pihak murid, adalah proses
psikologis dan moral yang melibatkan cara berpikir, berkehendak, berlatih, dan
hal - hal produktif lainnya. Puncak semua pendidikan, yang ditanami ketulusan
hati, adalah membekali murid kemandirian moral yang berarti memiliki
undang-undang diri yang universal, bersifat pribadi, dan juga mampu menetapkan
diri.
Pembahasan mendalam atas berbagai
gagasan pendidikan Ghazali dengan tujuan tunggal, yaitu menjadikan cirri - cirinya
yang mendasar, tetapi dapat dipahami oleh orang-orang muda. Gagasan - gagasan
Ghazali akan menarik setiap orang yang beriman apabila pribadi - pribadi kita
yang mempunyai tujuan kesempurnaan, apabila masyarakat menginginkan
pembangunan, apabila nasib kita dimaksudkan untuk penyelamatan, gagasan -
gagasan pendidikan dari Ghazali dapat memainkan peran yang besar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Riwayat hidup Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad Al-Ghazali. Ia lahir pada tahun 450 H, bertepatan dengan 1059 M di
Ghazaleh, suatu kota kecil yang terletak di Tus wilayah Khurasan dan wafat di
Tabristan wilayah propinsi Tus pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 1505 H
bertepatan dengan 1 Desember 1111 M.
Al-Ghazali memulai pendidikannya di wilayah kelahirannya,
Tus, dengan mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Dalam sejarah filsafat Islam
mencatat bahwa Al-Ghazali pada mulanya dikenal sebagai orang yang ragu dalam
berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu yang dicapai melalui panca indera maupun
akal pikiran. Misalnya, ia ragu terhadap ilmu kalam (teologi) yang
dipelajarinya. Hal ini disebabkan dalam ilmu kalam terdapat beberapa aliran
yang saling bertentangan sehingga dapat membingungkan dalam menetapkan aliran
mana yang betul - betul benar di antara semua aliran.
Sebagaimana halnya ilmu kalam, dalam ilmu filsafat pun,
Al-Ghazali juga meragukannya, karena dalam filsafat, dijumpai argumen - argumen
yang tidak kuat dan menurut keyakinannya, ada yang bertentangan dengan agama
Islam. Ia akhirnya mnegambil sikap menentang filsafat. Al-Ghazali tidak hanya
menentang pengetahuan yang dihasilkan akal pikiran, tetapi juga menentang
pengetahuan yang dihasilkan panca indera. Menurutnya, panca indera tidak dapat
dipercaya karena mengandung kedustaan. Misalnya, ia menyatakan “bayangan
(rumah) kelihatannya tidak bergerak, tetapi sebenarnya bergerak dan pindah
tempat.” Demikian juga bintang-bintang di langit kelihatannya kecil, tetapi
hasil perhitungan mengatakan bahwa bintang-bintang itu lebih besar dari bumi.
2. Pemikiran Pendidikan Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa tinngi rendahnya kehidupan
manusia sangat ditentukan oleh sifat penguasaan ilmu pengetahuan. Kewajiban
utama manusia dalam pendidikan dan penggalian ilmu pengetahuan adalah tentang
dzat Allah Yang Maha mutlak. Karena kebenaran ilmu pengetahuan sifatnya nisbi,
pertama-tama harus diketahui tentang kebenaran mutlak yang hanya milik Allah.
Pengetahuan dalam bentuk apapun tidak akan sampai pada kebenaran mutlak karena
ilmu bersumber dari Yang Mahamutlak, yakni Rabbul ‘alamin.
Al-Ghazali membagi metode perolehan ilmu menjadi dua, yaitu
metode pengajaran manusia dan pengajaran dari Tuhan. Metode Pengajaran manusia
merupakan metode yang biasa dilakukan di sekolah formal dan non formal, yang
mengandalkan komunikasi interpersonal dan interaksi sosial. Metode pengajaran
dari Tuhan merupakan metode pengajaran yang melibatkan komunikasi
manusia dengan Allah.
1.
Peranan Pendidikan
Al-Ghazali termasuk ke dalam kelompok
sufistik yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan karena
pendidikan yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa. Al-Ghazali
adalah penganut paham idealisme yang konsekuen terhadap agama sebagai dasar
pandangannya. Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung berpaham
empirisme. Hal ini disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan
terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua dan
orang yang mendidiknya. Hati seorang anak itu bersih, murni laksana permata
yang sangat berharga sederhana dan bersiah dari gambaran apapun. Al-Ghazali
mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik, maka anak
itu menjadi baik. Sebaliknya, jika anak itu dibiasakan melakukan perbuatan
buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak
jelek. Pentingnya pendidikan ini didasarkan kepada pengalaman hidup Al-Ghazali
sendiri, yaitu sebagai orang yang tumbuh menjadi ulama besar yang menguasai
berbagai ilmu pengetahuan, yang disebabkan karena pendidikan.
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan yang
menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada
mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian
dan permusuhan. Rumusan tujuan pendidikan Al-Ghazali yang demikian itu juga
karena Al-Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal yang pokok, tidak
abadi dan akan rusak, sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatan setiap saat.
Dunia hanya tempat lewat sementara, tidak kekal. Sedangkan akhirat adalah
desa yang kekal dan maut senantiasa mengintai setiap saat.
Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan
bahwa orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk
tujuan akhirat sehingga orang tersebut derajatnya lebih tinggi di sisi Allah
dan lebih luas kebahagiaannya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tujuan
pendidikan tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanya
sebagai alat.
3. Pendidik
Seseorang
dinamai guru apabila memberitahukan sesuatu kepada siapapun. Seorang guru
adalah orang yang ditugaskan di suatu lembaga untuk memberikan ilmu pengetahuan
kepada para pelajar dan pada gilirannya dia memperoleh upah atau honorarium.
Seorang guru atau ulama adalah orang yang menempatkan cita-cita teragung dan
termulia tersebut di depan muridnya dan membimbingnya untuk
mencapainya. Adapun ciri-ciri pendidik :
a.
Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak
kandungnya sendiri.
b.
Guru jangan mengharapkan materi sebagai tujuan utama dari
pekerjaannya (mengajar) karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi
Muhammad SAW sedangkan upahnya adalah terletak pada terbentuknya anak didik
yang mengamalkan ilmu yang dijarkannya.
c.
Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang
bermanfaat, yaitu ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat
d.
Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan
intelektual dan daya tangkap anak didiknya
e.
Guru harus mengamalkan yang diajarkannya karena ia menjadi
idola di mata anak muridnya.
4.
Murid
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan itu
sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka bagi murid dikehendaki
hal-hal sebagai berikut :
a)
Memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur.
b)
Menjauhkan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat
menimbulkan kekacauan dalam pikiran.
c)
Mempelajari tidak hanyasatu jenis ilmu yang bermanfaat saja,
melainkan berbagai ilmu dan berupaya bersungguh-sungguh sehingga mencapai
tujuan dari tiap ilmu tersebut.
5.
Kurikulum
Pandangan Al-Ghazali tentang kurikulum dapat dipahami dari
pandangannya mengenai ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan kepada yang
terlarang dan wajib dipelajari oleh anak didik menjadi 3 kelompok, yaitu :
a.
Ilmu yang tercela, banyak atau sedikit ilmu ini tidak ada
manfaatnya bagi manusia di dunia maupun di akhirat, misalnya ilmu sihir, ilmu
nujum dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat dan
akan meragukan terhadap adanya Tuhan. Oleh karena itu, ilmu ini harus dijauhi.
b.
Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit. Misalnya ilmu tauhid
dan ilmu agama. Bila dipelajari akan membawa seseorang kepada jiwa yang suci
bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah.
c. Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu,
yang tidak boleh diperdalam, karena dapat membawa kepada kegoncangan iman dan
ilhad (meniadakan Tuhan) seperti ilmu filsafat.
Al-Ghazali
membagi lagi ilmu tersebut menjadi 2 kelompok ilmu yang dilihat dari segi
kepentingannya, yaitu :
1.
Ilmu yang wajib
(fardlu) yang diketahui oleh semua orang, yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber
pada kitab Allah.
2.
Ilmu yang hukum mempelajarinya (fardlu kifayah), yaitu ilmu
yang digunakan untuk memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, ilmu
kedokteran, ilmu teknik, ilmu pertanian dan industri.
Sejalan
dengan itu Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus
dipelajari di sekolah, antara lain :
1.
Ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama seperti fiqh, hadist dan
tafsir.
2.
Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta lafadz-lafadznya,
karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
3.
Ilmu-ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika,
teknologi yang beraneka macam jenisnya, termasuk juga ilmu politik.
4. Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah
dan beberapa cabang filsafat.
Jika diamati secara seksama, Nampak
Al-Ghazali menggunakan 2 pendekatan dalam membagi ilmu pengetahuan. Pertama,
pendekatan fiqih yang melahirkan pembagian ilmu pada yang wajib dan fardhu
kifayah. Kedua, pendekatan tasawuf (akhlak) yang melahirkan pembagian ilmu pada
yang terpuji dan tercela. Hal ini semakin jelas jika dihubungkan dengan tujuan
pendidikan tersebut di atas, yaitu pendekatan diri kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Al-Ghazali adalah seorang ulama besar
yang menaruh perhatian cukup tinggi terhadap pendidikan. Corak pendidikan yang
dikembangkannya tampak dipengaruhi oleh pandangannya tentang tasawuf dan fiqih.
Konsep pendidikan yang dikemukaannya Nampak selain sistematik dan komprehensif
juga secara konsisten sejalan dengan sikap dan kepribadiannya sebagai seorang
sufi. Konsep pendidikan Al-Ghazali tersebut merupakan aplikasi dan response
dari jawabannya terhadap permasalahan social kemasyarakatan yang dihadapinya
saat ini. Konsep tersebut jika diaplikasikan di masa sekarang Nampak sebagiannya
masih ada yang sesuai dan sebagian lainnya ada yang perlu disempurnakan. Itulah
watak hasil pemikiran manusia yang selalu menuntut penyempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin
Nata. Filsafat Pendidikan Islam (edisi baru). 2005. Jakarta : Gaya Media
Pratama
Hasan
Basri. Filsafat Pendidikan Islam. 2009. Bandung : Pustaka Setia.
Shafique Ali Khan. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali ; gagasan konsep teori dan
filsafat ghazali mengenai pendidikan, pengetahuan dan belajar. 2005.
Bandung : Pustaka Setia.
MAKALAH
Pendidikan Islam Dalam Pemikiran Al-Ghazali
![]() |
DI SUSUN OLEH:
M.Ricky Wijaya
Siti Munawwaroh
Semester: V
Dosen pengampu: Ridwan M.Pd.I
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBYIAH (STIT)
KABUPATEN TEBO
TAHUN AKADEMIK 2013-2014
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Filsafat
Pendidikan.
Dalam
penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Sebagi
bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat
diterima menjadi amal saleh dan diterima Allah SWT. Semoga maklah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya .
MA.TEBO 01 Oktober 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………
KATA
PENGANTAR .................................................................................
.
DAFTAR
ISI .................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................
.
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................
A.
riwayat singkat hidup al-ghazali.................................................
B.
Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali...............................................
BAB III
PENUTUP......................................................................................
1. kesimpulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar