1.
ABSTRAK
Setelah masa pemerintahan khulafaura
ar rasyidin berakhir, maka dilanjutkan oleh hasan. Akan tetapi, lemahnya
posisi hasan membuat umayyah berusaha mendapatkan posisi tersebut. Setelah
umayyah menjadi dinasti, ia mengubah sistem pemerintahan menjadi monarki /
pemerintah. Pada dinasti umayyah perluasan daerah islam sangat luas sampai
ke timur dan barat. Begitu juga dengan daerah selatan yang merupakan
tambahan dari daerah islam di zaman khulafa ar rasyidin yaitu: hijaz, syiria,
irak, persia dan mesir. Seiring dengan itu pendidikan pada priode danasti
umayyah telah ada beberapa lembaga seperti: kuttab, masjid dan majelis
sastra. Materi yang diajarkan bertingkat-tingkat dan
bermacam-macam. Metode pengajarannya pun tisak
sama. Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuwan dalam
berbagai bidang tertentu apalagi pada masa ini juga terjadi pergolakan politik
untuk memperluas wilayah kekuasaan. Semua itu berdampak pada pola
pendidikan islam pada masa itu, mulai dari adanya perbedaan kurikulum antara murid
yang sekolah di khuttab dengan murid yang sekolah di sekolah istana.banyak hal
yang dipengaruhi oleh situasi politik pada saat itu. Selain itu, pada masa
umayyah pola pendidikan islam sangat bersaing dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.pendidikan islam senantiasa berusaha untuk bisa
lebih maju dari pendidikan barat. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah kegaiatan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa arab.
BAB I
PENDAHULUAN
1)
SEJARAH Umayyah
Dinasti umayyah adalah kerajaan islam pertama yang didirikan oleh
mu'awiyah bin abi sofyan pada tahun 41 h/661 m. Tahun ini disebut
dengan 'aam al-jama'ah karena pada tahun ini semua umat islam
sepakat atas ke-kholifah-an mu'awiyah dengan gelaramir al-mu'minin. Menurut
catatan sejarah dinasti umayyah ini terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a)Dinasti umayyah i di damaskus (41 h/661 m - 132 h/750 m), dinasti ini
berkuasa kurang lebih selama 90 tahun dan mengalami pergantian pemimpin
sebanyak 14 kali. Diantara kholifah besar dinasti ini adalah mu'awiyah bin
abi sofyan (661-680 m), abd al-malik ibn marwan (685-705 m), al-walid ibn abdul
malik (705-715 m), umar ibn abdul-aziz ( 717-720 m), dan hisyam bin abdul-malik
(724-743 m) .2 sepeninggal hisyam bin abdul-malik, khalifah-khalifah bani
umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral
buruk. Akhirnya, pada tahun 750 m, dinasti ini digulingkan oleh dinasti
abbasiyah.
b)
Dinasti umayyah ii
di andalus / spanyol (755 - 1031 m), pemerintah islam di spanyol ini didirikan
oleh abd al-rahman i al-dakhil. Ketika spanyol berada di bawah kekuasaan
dinasti umayyah ii ini, umat islam spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan.terutama pada masa kepemimpinan abdul-rahman al-ausath,
pendidikan islam menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini desebabkan
karena sang kholifah sendiri terkenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Ia
mengundang para ahli dari dunia islam lainnya ke spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di sana menjadi kian semarak (badri yatim, 2003: 95). Awal
dari kehancuran dinasti umayyah ii di spanyol ini dimulai ketika hisyam ii (400
h/1009 m - 403 h/1013 m) naik tahta dalam usia 11 tahun. Pada
tahun 981 m khalifah menunjuk ibn abi 'amir sebagai pemegang kekuasaan secara
mutlak. Pada tahun 1009 m khalifah mengundurkan diri akibat beberapa
kekacauan.beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang
sanggup memperbaiki keadaan.pada tahun 1013 m dewan mentri menghapus jabatan
khalifah.
BAB II
URAIAN
Sejarah pendidikan islam pada
hakekatnya sangat terkait erat dengan sejarah islam. Periodesasi
pendidikan islam selalu berada dalam periode sejarah islam itu
sendiri. Secara garis besarnya harun nasution membagi sejarah islam ke
dalam tiga periode. Yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian
detailnya dapat dibagi lima periode, yaitu: periode nabi muhammad saw (571-632
m), periode khulafa ar rasyidin (632-661 m), periode kekuasaan daulah umayyah
(661-750 m), periode kekuasaan abbasiyah (750-1250 m) dan periode jatuhnya
kekuasaan khalifah di baghdad (1250-sekarang). Dalam
makalah ini penulis mencoba untuk menggambarkan tentang pola pendidikan islam
pada periode dinasti umayyah.
Kekuasaan bani umayyah berumur kurang
lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan mu'awiyah dari madinah ke
damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Muawwiyah ibn
abi sofyan adalah pendiri dinasti umayyah yang berasal dari suku quraisy
keturunan bani umayyah yang merupakan khalifah pertama dari tahun 661-750 m,
nama lengkapnya adalah muawwiyah bin abi harb bin umayyah bin abdi syam bin
manaf.
Setelah muawwiyah diangkat jadi
khalifah ia mengganti sistem pemerintahan dari theo demikrasimenjadi monarci (pemerintah
/ dinasti) dan sekaligus memindahkan ibu kota negara dari madinah ke kota
damaskus. Muawwiyah lahir 4 tahun menjelang nabi muhammad saw
melakukan dakwah islam di Kota Makkah, ia beriman dalam usia muda dan ikut
hijrah bersama Nabi ke Yastrib. Disamping itu termasuk salah
seorang pencatat wahyu, dan ambil bagian dalam beberapa peperangan bersama
Nabi.
Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq
dan Kalifah Umar ibn Khattab, Umayyah menjabat sebagai panglima pasukan dibawah
pimpinan Ubaidah bin Jarrah untuk wilayah Palestina, Suriah dan
Mesir. Pada masa khalifah Utsman ibn Affan ia diangkat menjadi Wali
untuk wilayah Suriah yang berkedudukan di Damaskus. Pada masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib tahun 661 M diwarnai dengan krisis dan pertentangan yang
sangat tajam di wilayah Islam dimana ditandai dengan perang Shuffin yang pada
akhirnya Ali ibn Abi Thalib mati terbunuh saat shalat shubuh di Masjid Nabawi
Madinah.Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib tahun 661 M sebagian umat Islam di Irak
memilih dan mengangkat Hasan bin Ali bin Thalib menjadi
Khalifah. Akan tetapi Hasan adalah orang yang taat, bersikap
tenang dan tidak tega dengan perpecahan dalam Islam.Akhirnya diadakanlah serah
terima kekuasaan di Kota Khuffah. Dengan demikian dimulailah
Dinasti Umayyah.Pada dinasti Umayyah perluasan daerah
Islam sangat luas sampai ke timur dan barat. Begitu juga dengan daerah Selatan yang merupakan tambahan dari
Daerah Islam di zaman Khulafa ar Rasyidin yaitu: Hijaz, Syiria, Irak, Persia
dan Mesir.Seiring dengan itu pendidikan pada priode Danasti Umayyah telah ada
beberapa lembaga seperti: Kuttab, Masjid dan Majelis Sastra. Materi
yang diajarkan bertingkat-tingkat dan bermacam-macam. Metode
pengajarannya pun tisak sama. Sehingga melahirkan beberapa
pakar ilmuwan dalam berbagai bidang tertentu.
Pola Pendidikan Islam Pada priode
Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah
pola pendidikan bersifat desentrasi.Desentrasi artinya pendidikan
tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara
otonom di daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial. Sistem pendidikan saat itu belum memiliki tingkatan dan
standar umur. Penelitian
ilmu yang ada pada periode ini berbasis di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah,Mesir,
Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damaskus
dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang
dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu
pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara.
Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila
dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya
kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis
Sastra. Jadi tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah
adalah:
1.
Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasarkataba yang
berarti menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab adalah tempat belajar
menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca,
menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam. Adapun cara
yang dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al Quran mereka juga belajar
menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian mereka bukan
berfokus mengajarkan Al Quran semata dengan mengabaikan pelajaran yang lain,
akan tetapi perhatian mereka pada pelajaran sangat pesat. Al
Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian dipilih
ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari. Disamping
belajar menulis dan membaca murid-murid juga mempelajari tata bahasa Arab,
cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agama.Kalau dilihat di dalam sejarah
pendidikan Islam pada awalnya dikenal dua bentuk Kuttab, yaitu:
b)
Kuttab tempat
pendidikan yang mengajarkan Al Quran dan dasar-dasar keagamaan.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab
pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a.
Belajar membaca dan
menulis
b.
Membaca Al-Qur'an
dan menghafalnya
c.
Belajar pokok-pokok
agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat
menengah dan tinggi terdiri dari:
a.
Al-Qur'an dan
interpretasi.
b.
Hadis dan
mengumpulkannya
c.
Fiqh (tasri ').
Peserta didik dalam
Khutab adalah anak-anak, tidak dibatasi baik miskin maupun
kaya. Para guru tidak membedakan murid-murid mereka, bahkan
ada sebagian anak miskin yang belajar di Khuttab memperoleh pakaian dan makanan
secara cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun memperoleh hak yang sama
dengan anak-anak laki-laki dalam belajar. Namun
tidak tertutup kemungkinan bagi orang yang mampu mendidik anak-anak mereka di
tempat khusus yang mereka inginkan dengan guru-guru yang khusus pula seperti:
Hajjad ibn Yusuf yang pernah menjadi guru untuk putra Sulaiman Nasuh seorang
Menteri dari khalifah Abdul Malik bin Marwan.
2.
Masjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab
selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di
masjid. Peran Masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran
senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu
untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan
ilmu pengetahuan.
Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan
tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah
khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir,
Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak,
gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam perkembangan ilmu
pengetahuan adalah menjadikan Masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah termasuk
sya'ir. Sejarah bangsa terdahulu diskusi dan akidah. Pada periode ini
juga didirikan Masjid ke seluruh daerah Islam. Masjid Nabawi di Madinah
dan Masjidil Haram di Makkah selalu menjadi fokus penuntut ilmu diseluruh dunia
Islam dan tampak juga pada pemerintahan Walid bin Abdul Malik 707-714 M yang
merupakan Universitas terbesar dan juga didirikan Masjid Zaitunnah di Tunisia
yang dianggap Universitas tertua sampai sekarang.
Pada Dinasti Umayyah ini, masjid
sebagai tempat pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu: tingkat menengah dan
tingkat tinggi. Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar sedangkan
pada tingkat tinggi gurunya adalah ulama yang dalam ilmunya dan masyhur
kealiman dan keahliannya. Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada
murid-murid seorang demi seorang, baik di Khuttab atau di Masjid tingkat
menengah. Sedangkan pada tingkat pelajaran yang diberikan oleh guru adalah
dalam satu Halaqahyang dihadiri oleh siswa bersama-sama.
3.
Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai
pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya
diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut
M. Al Athiyyah Al Abrasy "Balai-balai pertemuan tersebut memiliki
tradisi khusus yang harus diindahkan seseorang yang masuk ketika khalifah
hadir, harus berpakaian necis bersih dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya,
tidak tertawa terbahak-bahak, tidak meludah, tidak mengingus dan tidak menjawab
kecuali bila ditanya. Ia tidak bisa bersuara keras dan
harus berbicara kata dengan sopan dan memberi kesempatan pada sipembicara
menjelaskan pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan tawa
terbahak-bahak. Di balai-balai pertemuan seperti ini tersedia pokok-pokok
persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan ".Hal diatas
sesuai dengan wasiat Abdul Malik ibn Harman kepada pendidik puteranya dengan
pesan "Ajarkan kepada mereka berkata benar disamping mengajarkan Al
Quran. Jauhkanlah mereka dari orang-orang jahat yang tidak mengindahkan
perintah Allah dan tidak terjadi sopan, dan jauhkan juga mereka chadam dan
pekerjaannya karena bergaul dengan mereka akan dapat merusak
moral. Gunakanlah perasaan mereka agar badannya kuat, dan
serahkanlah mereka bersufi dan air dengan menghisabnya pelan- pelan dan jangan
minum tidak senonoh bila membutuhkan teguran harus secara tertutup, jangan
sampai diketahui oleh server dan tamu agar mereka tidak dipandang rendah.
Majelis sastra merupakan tempat berdiskusi membahas masalah kesusastraan
dan juga sebagai tempat berdiskusi mengenai urusan
politik. Perhatian penguasa Ummayyah sangat besar pada
pencatatan kaidah-kaidah nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan mengumpulkan
Syair-syair Arab dalam bidang syariah, Kitabah dan berkembangnya semi
prosa.
4.
Pendidikan
Istana , yaitu pendidikan yang diselenggarakan dan ditetapkan khusus untuk
anak-anak khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada
pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali
pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kebutuhan dan
kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
5.
Pendidikan
Badiah , yaitu tempat belajar bahasa arab yang fasih dan murni. Hal
ini terjadi ketika khalifah Abdul Malik bin Marwan memprogramkan arabisasi maka
muncul istilah badiah, yaitu dusun badui di Padang Sahara mereka masih fasih
dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab tersebut. Sehingga banyak
khalifah yang mengirimkan anaknya ke badiah untuk belajar bahasa arab bahkan
ulama juga pergi ke sana di antaranya adalah Al Khalil bin Ahmad.
6.
Pendidikan
Perpustakaan , pemerintah dinasti umayyah mendirikan perpustakaan yang besar
di Cordova pada masa khalifah Al Hakam bin Nasir.
7.
Bamaristan ,
yaitu rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta tempat studi
kedokteran.Cucu Muawiyah Khalid ibn Yazid sangat tertarik pada ilmu kimia dan
kedokteran. Menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana
yunani yang ada di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam
bahasa arab. Hal ini menjadi terjemahan pertama dalam sejarah sehingga al
Walid bin Abdul Malik memberikan perhatian terhadap bamaristan.
Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini
dimulainya penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab,
seperti yang dilakukan oleh Khalid ibn Yazid ia memerintahkan beberapa sarjana
Yunani da Qibti ke dalam Bahasa Arab tentang ilmu Kimia, Kedokteran dan Ilmu
Falaq.
Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan
dalam negeri dan sekaligus memperluas daerah pemerintah tidak terlalu banyak
memusatkan perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan
terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang dikemukana oleh
Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair dan
Kitabah. Ilmu tafsir memiliki makna yang strategis,
disamping karena faktor luasnya wilayah Islam ke beberapa daerah luar Arab yang
membawa konsekwensi lemahnya rasa seni sastra arab, juga karena banyaknya yang
masuk Islam. Hal ini menyebabkan pencemaran bahasa Al Quran
dan makna Al Quran yang digunakan untuk kepentingan golongan tertentu. Pencemaran
Al Quran juga disebabkan oleh faktor intervensi yang didasarkan pada
kisah-kisah Israiliyyat. Tokohnya adalah Abd Malik ibn Juraid
al Maki. Selain ilmu tafsir ilmu hadist juga mendapatkan
perhatian serius. Pentingnya periwayatan hadis sehingga dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah maupun secara
moral. Namun keberhasilan yang diraihnya adalah semangat untuk
mencari hadist, sebelum mencapai tahap kodifikasi. Khalifah
Umar ibn Abdul Aziz yang memerintah hanya dua tahun 717-720 M pernah mengirim
surat kepada Abu Bakar bin Amir bin Ham dan kepada ulama yang lain untuk
menuliskan dan mengumpulkan hadist- hadist, namun sampai akhir pemerintahannya
hal itu tidak terlaksana. Meskipun demikian pemerintahan Umar ibn Aziz
telah melahirkan metode pendidikan alternative, yakni para ulama mencari hadist
ke berbagai tempat dan orang yang dianggap mengetahuinya yang kemudian dikenal
metodeRihlah .
Dibidang fiqih secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu aliran ahli al-Ra'y dan aliran al hadist, kelompok aliran pertama ini
mengembangkan hukum Islam dengan menggunakan analogi atau Qiyas, sedangkan
aliran yang kedua lebih berpegang pada dalil-dalil, bahkan aliran ini tidak
akan memberikan fatwa jika tidak ada ayat Al Quran dan hadits yang menerangkannya. Tampaknya
disiplin ilmu fiqh menunjukkan perkembangan yang sangat
berarti. Periode ini telah melahirkan sejumlah mujtahid
fiqh. Terbukti ketika akhir masa Umayyah telah lahir tokoh mazhab
yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibn Anas di Madinah, sedangkan
Imam Syafi'i dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada masa Abbasyiyah.Dibidang
syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian,
syairnya adalah:
Artinya: " Engkau
adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah orang yang pemurah pada
dunia ini "
Periode Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah menekankan fitur
ilmiah di Masjid sehingga menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan tinggi
dalam masyarakat Islam. Dengan penekanan ini di Masjid diajarkan
beberapa macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu
lainnya. Dengan demikian periode antara awal abad ke dua
hijrah sampai akhir abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan Masjid yang
paling cemerlang.Tampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah
ini hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar
Rasyiddin. Hanya saja memang ada sisi perbedaan
perkembangannya. Perhatian para Khulafa dibidang pendidikan
agaknya kurang memperhatikan perkembangannya sehingga kurang maksimal,
pendidikan berjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang
memiliki pengetahuan yang mendalam. Kebijakan-kebijakan
pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah hampir tidak
ditemukan. Jadi sistem pendidikan Islam ketika itu masih berjalan
secara alamiah karena kondisi saat itu diwarnai oleh kepentingan politis dan
golongan.
Meskipun demikian pada periode Dinasti Umayyah ini dapat disaksikan
adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab,
tetapi penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang memiliki kepentingan
praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni
bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas
keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara
dan tidak dilembagakan. Menurut Franz Rosenthal orang yang
pertama kali melakukan penerjemahan ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari
Muawwiyah.
Selain kemajuan seperti pada ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa
ini adalah:
a)
Ilmu agama, seperti:
Al-Qur'an, Haist, dan Fiqh.Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
b)
Ilmu sejarah dan
geografis, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan
riwayat. Ubaid bin Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa
sejarah.
c)
Ilmu pengetahuan
bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, saraf, dan
lain-lain.
d)
Bidang filsafat,
yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu
mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu,
serta ilmu kedokteran.
TOKOH-TOKOH
PENDIDIKAN PADA MASA Bani Umayyah
Tokoh-tokoh
pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang menguasai
bidangnya masing-masing seperti dalam bidang tafsir, hadist, dan
Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli bahasa / sastra.
1.
Ulama-ulama tabi'in
ahli tafsir, yaitu: Mujahid, 'Athak bin Abu Rabah,' Ikrimah, Sa'id bin Jubair,
Masruq bin Al-Ajda ', Qatadah. Pada masa tabi'in tafsir Al-Qur'an
bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak
orang-orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang
terkenal: Ka'bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij.
2.
Ulama-ulama Hadist:
Kitab bacaan satu-satunya adalah al-Qur'an. Sedangkan hadis-hadis belumlah
dibukukan. Hadis-hadis hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari
mulut guru ke mulut muridnya, yaitu dari hafalan uru diberikannya kepada murid,
sehingga menjdi hafalan murid pula dan begitulah seterusnya.Setengah sahabat
dan mahasiswa ada yang mencatat hadist-hadist itu dalam buku catatannya, tetapi
belumlah berupa buku menurut istillah kita sekarang.Ulama-ulama sahabat yang
banyak meriwayatkan hadis-hadis adalah: Abu Hurairah (5374 hadist), 'Aisyah
(2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500
hadist), Jabir bin Abdullah (± 1500 hadist), Anas bin Malik (± 2210 hadist).
3.
Ulama-ulama ahli
Fiqh: Ulama-ulama tabi'in Fiqih pada masa bani Umayyah diantaranya adalah:,
Syuriah bin Al-Harits, 'Alqamah bin Qais, Masuruq Al-Ajda', Al-Aswad bin Yazid
kemudian diikuti oleh murid- murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh'l (wafat
tahun 95 H) dan 'Amir bin Syurahbil As Sya'by (wafat tahun 104 H). sesudah
itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H), guru dari Abu
Hanafiah.
4.
Anggota bahasa /
sastra: Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang karya tulisnya Al-Kitab ,
menjadi pegangan dalam soal berbahasa arab. Sejalan dengan itu, perhatian
pada syair Arab jahiliahpun muncul kembali sehingga bidang sastra arab
mengalami kemajuan. Di zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin
Abu Rabiah (w.719), Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang
dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w.732 ), Jarir (w.792), dan Al
akhtal (w.710). sebegitu jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai Bani
Umayyah terpusat pada bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab, serta
pembangunan fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah
berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan
filsafat. Dalam bidang yang pertama misalnya ditemukan ulama-ulama seperti
Hasan al-Basri, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Atha. Pusat kegiatan
ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah
(w. 794/709) adalah seorang orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia
adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi,
kedokteran, dan kimia.
MADRASAH / UNIVERSITAS PADA MASA Bani Umayyah
Perluasan negara islam bukanlah perluasan dengan merobohkan dan
menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan
guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara islam. Pusat pendidikan
telah tersebar di kota-kota besar sebagai berikut: di kota mekkah dan madinah
(hijaz), di kota basrah dan kufah (irak), di kota damaskus dan palestina
(syam), di kota fistat (mesir). Madrasah-madrasah yang ada pada masa bani
umayyah adalah sebagai berikut:
1.
Madrasah mekkah:
guru pertama yang mengajar di makkah, sesudah penduduk mekkah takluk, adalah
mu'az bin jabal. Adalah yang mengajarkan al qur'an dan mana yang halal dan
haram dalam islam. Pada masa khalifah abdul malik bin marwan abdullah bin
abbas pergi ke mekkah, lalu mengajar disana di masjidil haram. Ia
mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra. Abdullah bin abbaslah pembangunan
madrasah mekkah, yang termasyur seluruh negeri islam.
2.
Madrasah madinah:
madrasah madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah
tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat
ulama-ulama terkemuka.
3.
Madrasah basrah:
ulama sahabat yang termasyur di basrah adalah abu musa al-asy'ari dan anas bin
malik. Abu musa al-asy'ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli
al qur'an. Sedangkan abas bin malik terkenal dalam ilmu
hadis. Al-hasan basry sebagai ahli fiqh, juga anggota pidato dan kisah,
ahli pikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama
kepada siswa, bahkan juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah
di masjid bashrah.
4.
Madrasah kufah:
madrasah ibnu mas'ud di kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu:
'alqamah, al-aswad, masroq,' ubaidah, al-haris bin qais dan 'amr bin
syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan abdullah bin mas'ud menjadi
guru di kufah. Ulama kufah, bukan saja belajar kepada abdullah bin mas'ud
menjadi guru di kufah. Ulama kufah, bukan saja belajar kepada abdullah bin
mas'ud.bahkan mereka pergi ke madinah.
5.
Madrasah damaskus
(syam): setelah negeri syam (suriah) menjadi sebagian negara islam dan
penduduknya banyak memeluk agama islam. Maka negeri syam menjadi perhatian
para khilafah.madrasah itu melahirkan imam penduduk syam, yaituabdurrahman
al-auza'iy yang sederajat ilmunya dengan imam malik dan
abu-hanafiah. Mazhabnya tersebar di syam sampai ke magrib
danandalusia.tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab
syafi'i dan maliki.
6.
Madrasah fistat
(mesir): setelah mesir menjadi negara islam menjadi pusat ilmu-ilmu
agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di mesir adalah abdullah bin
'amr bin al-' ash, yaitu di fisfat (mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti
kata yang sebenarnya.karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis yang
didengarnya dari nabi saw, melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan,
sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada
murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi'in meriwayatkan
hadis-hadis dari padanya. Karena siswa tidak mencukupi belajar pada
seorang ulama di negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka mengunjungi ke kota
yang lain untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar mesir mengunjungi ke madinah,
siswa madinah mengunjungi ke kufah, siswa kufah mengunjungi syam, siswa syam
mengunjungi kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia
ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di negara islam.
Diskusi Masalah pendidikan pada masa
dinasti umayah
Dari uraian di atas, maka pada masa
dinasti umayah telah terjadi perubahan sistem pemerintahan, yakni dari theo
demokrasi menjadi monarci(pemerintah / dinasti). Ini
tidak terlepas dari pengaruh situasi politik pada saat itu. Pendidikan
sebagai suatu sistem di suatu wilayah, tentunya tidak dapat dipisahkan dari
situasi politik di wilayah tersebut. Berubah-ubahnya kebijakan politik
membuat berubah-ubahnya kebijaksanaan penguasa terhadap pelaksanaan pendidikan
islam. Oleh karena itu, pertanyaan diskusi yang pertama adalah bagaimana
pengaruh situasi politik terhadap kebijakan pemerintah dalam pendidikan
islam? Selain dari pengaruh situasi politik, pengembangan pendidikan islam
pada masa dinasti umayah ini mengalami hambatan yang datang dari dunia barat,
seperti yunani. Oleh karena itu, pertanyaan diskusi yang kedua adalah
bagaimana pola pendidikan islam pada masa itu mampu mengimbangi tantangan dari
dunia barat?
Pemecahan masalah pendidikan pada masa dinasti umayah
Situasi politik yang pada awal masa dinasti umayah masih belum stabil. Ini
dikarenakan upaya peralihan kekuasaan dari hasan dianggap dilakukan atas dasar
kelicikan. Sebelumnya muawwiyyah telah berjanji tidak akan merubah sistem
pemerintahan. Akan tetapi, muawwiyyah tetap merubah sistemnya menjadimonarci (pemerintah
/ dinasti). Ini sangat berdampak sekali terhadap pola pendidikan islam
pada masa itu.pada masa sebelum dinasti umayah, pendidikan difokuskan di
khuttab dan di masjid. Setelah sistem monarki diberlakukan, maka secara
otomatis pemilihan raja didasarkan pada garis keturunan. Ini mengakibatkan
munculnya pendidikan istana.pendidikan ini bertujuan agar anak-anak para raja
diajarkan ilmu-ilmu tentang kepemimpinan dari sebuah kerajaan. Kurikulum
dalam pendidikan istana inipun berbeda dengan kurikulum yang diberlakukan di
khuttab atau masjid. Kurikulum di pendidikan istana ini ditentukan dan
diatur oleh guru dan orangtua. Ini menyebabkan terjadi perbedaan
kurikulum. Selain itu, seiring dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan
umayyah, menyebabkan penggunaan bahasa arab semakin berkembang. Ini
menyebabkan berdirinya pendidikan badiah, yaitu tempat belajar bahasa arab yang
fasih dan murni. Hal ini terjadi ketika khalifah abdul malik bin marwan
memprogramkan arabisasi maka muncul istilah badiah, yaitu dusun badui di padang
sahara mereka masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab
tersebut. Sehingga banyak khalifah yang mengirimkan anaknya ke badiah
untuk belajar bahasa arab bahkan ulama juga pergi ke sana di antaranya adalah
al khalil bin ahmad.
Untuk mengimbangi dengan tantangan dari negara barat, maka pemerintah
tidak hanya memfokuskan pelajaran terhadap pelajaran agama islam
saja. Akan tetapi, pemerintah pada saat itu telah memeulia kegiatan
penerjemahan terhadap buku-buku yang dikarang oleh orang barat. Ini bertujuan
agar orang-orang islam bisa memperoleh ilmu dari buku tersebut. Tetapi
penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang memiliki kepentingan praktis,
seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni
bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas
keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara
dan tidak dilembagakan. Menurut franz rosenthal orang yang
pertama kali melakukan penerjemahan ini adalah khalid ibn yazid cucu dari
muawwiyah. Sedangkan ilmu-ilmu yang di salin dari bahasa asing ke dalam
bahasa arab dan di sempurnakan untuk kepentingan keilmuan umat islam
dikelompokan dalam al-ulumud dakhilah yang terdiri dari:
a.
Ilmu kima. Khalifah
yazid bin yazid bin mua'wiyah adalah yang menyuruh penerjemahannya ke dalam
bahsa arab.beliau mendatangkan beberapa orang romawi yang bermukim di mesir, di
antaranya maryanis seorang pendeta yang mengajarkan ilmu kimia. Penerjemahan ke dalam bahasa arab dilakukan isthafun.
b.
Ilmu
bintang. Masih dalam masa kholid bin walid, beliau sangat menggemari ilmu
ini sehingga dikeluarkan sejumlah uang untuk mempelajari dan membeli
alat-alatnya. Karena gemarnya setiap akan pergi ke medan perang selalu
dibawanya ahli ilmu bintang.
c.
Ilmu
kedokteran. Penduduk syam di jaman ini telah banyak menyalin bermacam ilmu
ke dalam bahasa arab seperti ilmu-ilmu kedokteran, mislanya karanganm qis ahrun
dalam bahasa suryani yang disalin ke dalam bahasa arab oleh masajuwaihi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Pemerintah dinasti
umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan
yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan
prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuwan, seniman, dan para ulama
mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan
kaderisasi ilmu. Setelah sistem monarki diberlakukan, maka secara otomatis
pemilihan raja didasarkan pada garis keturunan. Ini mengakibatkan
munculnya pendidikan istana. Untuk mengimbangi
dengan tantangan dari negara barat, maka pemerintah tidak hanya memfokuskan
pelajaran terhadap
pelajaran agama islam saja. Akan tetapi,
pemerintah pada saat itu telah memeulia kegiatan penerjemahan terhadap
buku-buku yang dikarang oleh orang barat
2.
Saran
Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu pemakalah minta saran dan kritikan dari saudara dan bapak dosen
pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Zuhairini, Sejarah
Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
2.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi
Islam , Jakarta, Ikhtiar Baru van Hoeve, 1967.
3.
Syu'aib,
Yusuf, Sejarah Daulah Umayyah 1, Jakarta, Bulan Bintang, 1997.
8.
Zuhairini, Sejarah
Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h. 7
9.
Dewan Redaksi, Ensiklopedi
Islam , Jakarta, Ikhtiar Baru van Hoeve, 1967, cet ke-2
10.
Yusuf Syu'aib, Sejarah
Daulah Umayyah 1, Jakarta, Bulan Bintang, 1997, h. 1
11.
Ibid, h.14
12.
Hasan
Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad-21 , Jakarta,
Pustaka Al Husna, 1980, h. 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar