Senin, 11 April 2016

Sejarah Islam


1.      ABSTRAK
Setelah masa pemerintahan khulafaura ar rasyidin berakhir, maka dilanjutkan oleh hasan. Akan tetapi, lemahnya posisi hasan membuat umayyah berusaha mendapatkan posisi tersebut. Setelah umayyah menjadi dinasti, ia mengubah sistem pemerintahan menjadi monarki / pemerintah. Pada dinasti umayyah perluasan daerah islam sangat luas sampai ke timur dan barat. Begitu juga dengan daerah selatan yang merupakan tambahan dari daerah islam di zaman khulafa ar rasyidin yaitu: hijaz, syiria, irak, persia dan mesir. Seiring dengan itu pendidikan pada priode danasti umayyah telah ada beberapa lembaga seperti: kuttab, masjid dan majelis sastra.   Materi yang diajarkan bertingkat-tingkat dan bermacam-macam.  Metode pengajarannya pun tisak sama.   Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuwan dalam berbagai bidang tertentu apalagi pada masa ini juga terjadi pergolakan politik untuk memperluas wilayah kekuasaan. Semua itu berdampak pada pola pendidikan islam pada masa itu, mulai dari adanya perbedaan kurikulum antara murid yang sekolah di khuttab dengan murid yang sekolah di sekolah istana.banyak hal yang dipengaruhi oleh situasi politik pada saat itu. Selain itu, pada masa umayyah pola pendidikan islam sangat bersaing dengan perkembangan ilmu pengetahuan.pendidikan islam senantiasa berusaha untuk bisa lebih  maju dari pendidikan barat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah kegaiatan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa arab.








BAB I
PENDAHULUAN
1)      SEJARAH Umayyah

Dinasti umayyah adalah kerajaan islam pertama yang didirikan oleh mu'awiyah bin abi sofyan pada tahun 41 h/661 m. Tahun ini disebut dengan 'aam al-jama'ah karena pada tahun ini semua umat islam sepakat atas ke-kholifah-an mu'awiyah dengan gelaramir al-mu'minin. Menurut catatan sejarah dinasti umayyah ini terbagi menjadi dua periode, yaitu:

a)Dinasti umayyah i di damaskus (41 h/661 m - 132 h/750 m), dinasti ini berkuasa kurang lebih selama 90 tahun dan mengalami pergantian pemimpin sebanyak 14 kali. Diantara kholifah besar dinasti ini adalah mu'awiyah bin abi sofyan (661-680 m), abd al-malik ibn marwan (685-705 m), al-walid ibn abdul malik (705-715 m), umar ibn abdul-aziz ( 717-720 m), dan hisyam bin abdul-malik (724-743 m) .2 sepeninggal hisyam bin abdul-malik, khalifah-khalifah bani umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Akhirnya, pada tahun 750 m, dinasti ini digulingkan oleh dinasti abbasiyah.
b)      Dinasti umayyah ii di andalus / spanyol (755 - 1031 m), pemerintah islam di spanyol ini didirikan oleh abd al-rahman i al-dakhil. Ketika spanyol berada di bawah kekuasaan dinasti umayyah   ii ini, umat islam spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan.terutama pada masa kepemimpinan abdul-rahman al-ausath, pendidikan islam menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini desebabkan karena sang kholifah sendiri terkenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Ia mengundang para ahli dari dunia islam lainnya ke spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di sana menjadi kian semarak (badri yatim, 2003: 95). Awal dari kehancuran dinasti umayyah ii di spanyol ini dimulai ketika hisyam ii (400 h/1009 m - 403 h/1013 m) naik tahta dalam usia 11 tahun. Pada tahun 981 m khalifah menunjuk ibn abi 'amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Pada tahun 1009 m khalifah mengundurkan diri akibat beberapa kekacauan.beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan.pada tahun 1013 m dewan mentri menghapus jabatan khalifah.
BAB II
URAIAN
Sejarah pendidikan islam pada hakekatnya sangat terkait erat dengan sejarah islam. Periodesasi pendidikan islam selalu berada dalam periode sejarah islam itu sendiri. Secara garis besarnya harun nasution membagi sejarah islam ke dalam tiga periode. Yaitu periode klasik, pertengahan dan modern.   Kemudian detailnya dapat dibagi lima periode, yaitu: periode nabi muhammad saw (571-632 m), periode khulafa ar rasyidin (632-661 m), periode kekuasaan daulah umayyah (661-750 m), periode kekuasaan abbasiyah (750-1250 m) dan periode jatuhnya kekuasaan khalifah di baghdad (1250-sekarang).  Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menggambarkan tentang pola pendidikan islam pada periode dinasti umayyah.
Kekuasaan bani umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan mu'awiyah dari madinah ke damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Muawwiyah ibn abi sofyan adalah pendiri dinasti umayyah yang berasal dari suku quraisy keturunan bani umayyah yang merupakan khalifah pertama dari tahun 661-750 m, nama lengkapnya adalah muawwiyah bin abi harb bin umayyah bin abdi syam bin manaf. 
Setelah muawwiyah diangkat jadi khalifah ia mengganti sistem pemerintahan dari theo demikrasimenjadi monarci (pemerintah / dinasti) dan sekaligus memindahkan ibu kota negara dari madinah ke kota damaskus.   Muawwiyah lahir 4 tahun menjelang nabi muhammad saw melakukan dakwah islam di Kota Makkah, ia beriman dalam usia muda dan ikut hijrah bersama Nabi ke Yastrib.   Disamping itu termasuk salah seorang pencatat wahyu, dan ambil bagian dalam beberapa peperangan bersama Nabi. 
Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq dan Kalifah Umar ibn Khattab, Umayyah menjabat sebagai panglima pasukan dibawah pimpinan Ubaidah bin Jarrah untuk wilayah Palestina, Suriah dan Mesir.  Pada masa khalifah Utsman ibn Affan ia diangkat menjadi Wali untuk wilayah Suriah yang berkedudukan di Damaskus. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib tahun 661 M diwarnai dengan krisis dan pertentangan yang sangat tajam di wilayah Islam dimana ditandai dengan perang Shuffin yang pada akhirnya Ali ibn Abi Thalib mati terbunuh saat shalat shubuh di Masjid Nabawi Madinah.Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib tahun 661 M sebagian umat Islam di Irak memilih dan mengangkat Hasan bin Ali bin Thalib menjadi Khalifah.   Akan tetapi Hasan adalah orang yang taat, bersikap tenang dan tidak tega dengan perpecahan dalam Islam.Akhirnya diadakanlah serah terima kekuasaan di Kota Khuffah.   Dengan demikian dimulailah Dinasti Umayyah.Pada dinasti Umayyah perluasan daerah Islam sangat luas sampai ke timur dan barat. Begitu juga dengan daerah Selatan yang merupakan tambahan dari Daerah Islam di zaman Khulafa ar Rasyidin yaitu: Hijaz, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.Seiring dengan itu pendidikan pada priode Danasti Umayyah telah ada beberapa lembaga seperti: Kuttab, Masjid dan Majelis Sastra.   Materi yang diajarkan bertingkat-tingkat dan bermacam-macam.   Metode pengajarannya pun tisak sama.   Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuwan dalam berbagai bidang tertentu.
Pola Pendidikan Islam Pada priode Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi.Desentrasi artinya pendidikan tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara otonom di daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial.  Sistem pendidikan saat itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Penelitian ilmu yang ada pada periode ini berbasis di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah,Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara. Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis Sastra.   Jadi tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:
1.      Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasarkataba yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.  Adapun cara yang dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al Quran mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan.   Perhatian mereka bukan berfokus mengajarkan Al Quran semata dengan mengabaikan pelajaran yang lain, akan tetapi perhatian mereka pada pelajaran sangat pesat.   Al Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari.   Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid juga mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agama.Kalau dilihat di dalam sejarah pendidikan Islam pada awalnya dikenal dua bentuk Kuttab, yaitu:
a)      Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis baca. 
b)      Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al Quran dan dasar-dasar keagamaan.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a.       Belajar membaca dan menulis
b.      Membaca Al-Qur'an dan menghafalnya
c.       Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a.       Al-Qur'an dan interpretasi.
b.      Hadis dan mengumpulkannya
c.       Fiqh (tasri ').
Peserta didik dalam Khutab adalah anak-anak, tidak dibatasi baik miskin maupun kaya.   Para guru tidak membedakan murid-murid mereka, bahkan ada sebagian anak miskin yang belajar di Khuttab memperoleh pakaian dan makanan secara cuma-cuma.  Anak-anak perempuan pun memperoleh hak yang sama dengan anak-anak laki-laki dalam belajar.  Namun tidak tertutup kemungkinan bagi orang yang mampu mendidik anak-anak mereka di tempat khusus yang mereka inginkan dengan guru-guru yang khusus pula seperti: Hajjad ibn Yusuf yang pernah menjadi guru untuk putra Sulaiman Nasuh seorang Menteri dari khalifah Abdul Malik bin Marwan.

2.      Masjid

Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di masjid.   Peran Masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.
Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah khuttab.   Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh.   Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan. 
Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan Masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah termasuk sya'ir. Sejarah bangsa terdahulu diskusi dan akidah. Pada periode ini juga didirikan Masjid ke seluruh daerah Islam. Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah selalu menjadi fokus penuntut ilmu diseluruh dunia Islam dan tampak juga pada pemerintahan Walid bin Abdul Malik 707-714 M yang merupakan Universitas terbesar dan juga didirikan Masjid Zaitunnah di Tunisia yang dianggap Universitas tertua sampai sekarang.
Pada Dinasti Umayyah ini, masjid sebagai tempat pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu: tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalah ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman dan keahliannya. Umumnya pelajaran yang diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang, baik di Khuttab atau di Masjid tingkat menengah. Sedangkan pada tingkat pelajaran yang diberikan oleh guru adalah dalam satu Halaqahyang dihadiri oleh siswa bersama-sama.

3.      Majelis Sastra

Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka.   Menurut M. Al Athiyyah Al Abrasy "Balai-balai pertemuan tersebut memiliki tradisi khusus yang harus diindahkan seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, harus berpakaian necis bersih dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak meludah, tidak mengingus dan tidak menjawab kecuali bila ditanya. Ia   tidak bisa bersuara keras dan harus berbicara kata dengan sopan dan memberi kesempatan pada sipembicara menjelaskan pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan tawa terbahak-bahak. Di balai-balai pertemuan seperti ini tersedia pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan ".Hal diatas sesuai dengan wasiat Abdul Malik ibn Harman kepada pendidik puteranya dengan pesan "Ajarkan kepada mereka berkata benar disamping mengajarkan Al Quran. Jauhkanlah mereka dari orang-orang jahat yang tidak mengindahkan perintah Allah dan tidak terjadi sopan, dan jauhkan juga mereka chadam dan pekerjaannya karena bergaul dengan mereka akan dapat merusak moral.   Gunakanlah perasaan mereka agar badannya kuat, dan serahkanlah mereka bersufi dan air dengan menghisabnya pelan- pelan dan jangan minum tidak senonoh bila membutuhkan teguran harus secara tertutup, jangan sampai diketahui oleh server dan tamu agar mereka tidak dipandang rendah.
Majelis sastra merupakan tempat berdiskusi membahas masalah kesusastraan dan juga sebagai tempat berdiskusi mengenai urusan politik.   Perhatian penguasa Ummayyah sangat besar pada pencatatan kaidah-kaidah nahwu, pemakaian Bahasa Arab dan mengumpulkan Syair-syair Arab dalam bidang syariah, Kitabah dan berkembangnya semi prosa. 
4.      Pendidikan Istana , yaitu pendidikan yang diselenggarakan dan ditetapkan khusus untuk anak-anak khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kebutuhan dan kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
5.      Pendidikan Badiah , yaitu tempat belajar bahasa arab yang fasih dan murni. Hal ini terjadi ketika khalifah Abdul Malik bin Marwan memprogramkan arabisasi maka muncul istilah badiah, yaitu dusun badui di Padang Sahara mereka masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab tersebut. Sehingga banyak khalifah yang mengirimkan anaknya ke badiah untuk belajar bahasa arab bahkan ulama juga pergi ke sana di antaranya adalah Al Khalil bin Ahmad.
6.      Pendidikan Perpustakaan , pemerintah dinasti umayyah mendirikan perpustakaan yang besar di Cordova pada masa khalifah Al Hakam bin Nasir.
7.      Bamaristan , yaitu rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta tempat studi kedokteran.Cucu Muawiyah Khalid ibn Yazid sangat tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran. Menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana yunani yang ada di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam bahasa arab. Hal ini menjadi terjemahan pertama dalam sejarah sehingga al Walid bin Abdul Malik memberikan perhatian terhadap bamaristan.
Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini dimulainya penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, seperti yang dilakukan oleh Khalid ibn Yazid ia memerintahkan beberapa sarjana Yunani da Qibti ke dalam Bahasa Arab tentang ilmu Kimia, Kedokteran dan Ilmu Falaq.
Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan sekaligus memperluas daerah pemerintah tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang dikemukana oleh Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair dan Kitabah.  Ilmu tafsir memiliki makna yang   strategis, disamping karena faktor luasnya wilayah Islam ke beberapa daerah luar Arab yang membawa konsekwensi lemahnya rasa seni sastra arab, juga karena banyaknya yang masuk Islam.   Hal ini menyebabkan pencemaran bahasa Al Quran dan makna Al Quran yang digunakan untuk kepentingan golongan tertentu.   Pencemaran Al Quran juga disebabkan oleh faktor intervensi yang didasarkan pada kisah-kisah Israiliyyat.   Tokohnya adalah Abd Malik ibn Juraid al Maki.   Selain ilmu tafsir ilmu hadist juga mendapatkan perhatian serius.  Pentingnya periwayatan hadis sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maupun secara moral.   Namun keberhasilan yang diraihnya adalah semangat untuk mencari hadist, sebelum mencapai tahap kodifikasi.   Khalifah Umar ibn Abdul Aziz yang memerintah hanya dua tahun 717-720 M pernah mengirim surat kepada Abu Bakar bin Amir bin Ham dan kepada ulama yang lain untuk menuliskan dan mengumpulkan hadist- hadist, namun sampai akhir pemerintahannya hal itu tidak terlaksana. Meskipun demikian pemerintahan Umar ibn Aziz telah melahirkan metode pendidikan alternative, yakni para ulama mencari hadist ke berbagai tempat dan orang yang dianggap mengetahuinya yang kemudian dikenal metodeRihlah .
Dibidang fiqih secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu aliran ahli al-Ra'y dan aliran al hadist, kelompok aliran pertama ini mengembangkan hukum Islam dengan menggunakan analogi atau Qiyas, sedangkan aliran yang kedua lebih berpegang pada dalil-dalil, bahkan aliran ini tidak akan memberikan fatwa jika tidak ada ayat Al Quran dan hadits yang menerangkannya.   Tampaknya disiplin ilmu fiqh menunjukkan   perkembangan yang sangat berarti.  Periode ini telah melahirkan sejumlah mujtahid fiqh.  Terbukti ketika akhir masa Umayyah telah lahir tokoh mazhab yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibn Anas di Madinah, sedangkan Imam Syafi'i dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada masa Abbasyiyah.Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian, syairnya adalah:
Artinya:     " Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah orang yang pemurah pada dunia ini "
Periode Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah menekankan fitur ilmiah di Masjid sehingga menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan tinggi dalam masyarakat Islam.   Dengan penekanan ini di Masjid diajarkan beberapa macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya.   Dengan demikian periode antara awal abad ke dua hijrah sampai akhir abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan Masjid yang paling cemerlang.Tampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah ini hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin.   Hanya saja memang ada sisi perbedaan perkembangannya.   Perhatian para Khulafa dibidang pendidikan agaknya kurang memperhatikan perkembangannya sehingga kurang maksimal, pendidikan berjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam.   Kebijakan-kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah hampir tidak ditemukan.   Jadi sistem pendidikan Islam ketika itu masih berjalan secara alamiah karena kondisi saat itu diwarnai oleh kepentingan politis dan golongan.
Meskipun demikian pada periode Dinasti Umayyah ini dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, tetapi penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang memiliki kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni bangunan.   Pada umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara dan tidak dilembagakan.   Menurut Franz Rosenthal orang yang pertama kali melakukan penerjemahan ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari Muawwiyah.
Selain kemajuan seperti pada ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
a)      Ilmu agama, seperti: Al-Qur'an, Haist, dan Fiqh.Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
b)      Ilmu sejarah dan geografis, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid bin Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
c)      Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, saraf, dan lain-lain.
d)     Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.






TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN PADA MASA Bani Umayyah

Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli bahasa / sastra.
1.      Ulama-ulama tabi'in ahli tafsir, yaitu: Mujahid, 'Athak bin Abu Rabah,' Ikrimah, Sa'id bin Jubair, Masruq bin Al-Ajda ', Qatadah. Pada masa tabi'in tafsir Al-Qur'an bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang terkenal: Ka'bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij.
2.      Ulama-ulama Hadist: Kitab bacaan satu-satunya adalah al-Qur'an. Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan. Hadis-hadis hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke mulut muridnya, yaitu dari hafalan uru diberikannya kepada murid, sehingga menjdi hafalan murid pula dan begitulah seterusnya.Setengah sahabat dan mahasiswa ada yang mencatat hadist-hadist itu dalam buku catatannya, tetapi belumlah berupa buku menurut istillah kita sekarang.Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis adalah: Abu Hurairah (5374 hadist), 'Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (± 1500 hadist), Anas bin Malik (± 2210 hadist).
3.      Ulama-ulama ahli Fiqh: Ulama-ulama tabi'in Fiqih pada masa bani Umayyah diantaranya adalah:, Syuriah bin Al-Harits, 'Alqamah bin Qais, Masuruq Al-Ajda', Al-Aswad bin Yazid kemudian diikuti oleh murid- murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh'l (wafat tahun 95 H) dan 'Amir bin Syurahbil As Sya'by (wafat tahun 104 H). sesudah itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H), guru dari Abu Hanafiah.
4.      Anggota bahasa / sastra: Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang karya tulisnya Al-Kitab , menjadi pegangan dalam soal berbahasa arab. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliahpun muncul kembali sehingga bidang sastra arab mengalami kemajuan. Di zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Abu Rabiah (w.719), Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w.732 ), Jarir (w.792), dan Al akhtal (w.710). sebegitu jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai Bani Umayyah terpusat pada bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab, serta pembangunan fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Dalam bidang yang pertama misalnya ditemukan ulama-ulama seperti Hasan al-Basri, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Atha. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah (w. 794/709) adalah seorang orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia.
MADRASAH / UNIVERSITAS PADA MASA Bani Umayyah
Perluasan negara islam bukanlah perluasan dengan merobohkan dan menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara islam. Pusat pendidikan telah tersebar di kota-kota besar sebagai berikut: di kota mekkah dan madinah (hijaz), di kota basrah dan kufah (irak), di kota damaskus dan palestina (syam), di kota fistat (mesir). Madrasah-madrasah yang ada pada masa bani umayyah adalah sebagai berikut:
1.      Madrasah mekkah: guru pertama yang mengajar di makkah, sesudah penduduk mekkah takluk, adalah mu'az bin jabal. Adalah yang mengajarkan al qur'an dan mana yang halal dan haram dalam islam. Pada masa khalifah abdul malik bin marwan abdullah bin abbas pergi ke mekkah, lalu mengajar disana di masjidil haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra. Abdullah bin abbaslah pembangunan madrasah mekkah, yang termasyur seluruh negeri islam.
2.      Madrasah madinah: madrasah madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
3.      Madrasah basrah: ulama sahabat yang termasyur di basrah adalah abu musa al-asy'ari dan anas bin malik. Abu musa al-asy'ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli al qur'an. Sedangkan abas bin malik terkenal dalam ilmu hadis. Al-hasan basry sebagai ahli fiqh, juga anggota pidato dan kisah, ahli pikir dan ahli tasawuf. Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada siswa, bahkan juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah di masjid bashrah.
4.      Madrasah kufah: madrasah ibnu mas'ud di kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: 'alqamah, al-aswad, masroq,' ubaidah, al-haris bin qais dan 'amr bin syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan abdullah bin mas'ud menjadi guru di kufah. Ulama kufah, bukan saja belajar kepada abdullah bin mas'ud menjadi guru di kufah. Ulama kufah, bukan saja belajar kepada abdullah bin mas'ud.bahkan mereka pergi ke madinah.
5.      Madrasah damaskus (syam): setelah negeri syam (suriah) menjadi sebagian negara islam dan penduduknya banyak memeluk agama islam. Maka negeri syam menjadi perhatian para khilafah.madrasah itu melahirkan imam penduduk syam, yaituabdurrahman al-auza'iy yang sederajat ilmunya dengan imam malik dan abu-hanafiah. Mazhabnya tersebar di syam sampai ke magrib danandalusia.tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab syafi'i dan maliki.
6.      Madrasah fistat (mesir): setelah mesir menjadi negara islam menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di mesir adalah abdullah bin 'amr bin al-' ash, yaitu di fisfat (mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya.karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari nabi saw, melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi'in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya. Karena siswa tidak mencukupi belajar pada seorang ulama di negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka mengunjungi ke kota yang lain untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar mesir mengunjungi ke madinah, siswa madinah mengunjungi ke kufah, siswa kufah mengunjungi syam, siswa syam mengunjungi kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di negara islam.

Diskusi Masalah pendidikan pada masa dinasti umayah

Dari uraian di atas, maka pada masa dinasti umayah telah terjadi perubahan sistem pemerintahan, yakni dari theo demokrasi menjadi monarci(pemerintah / dinasti). Ini tidak terlepas dari pengaruh situasi politik pada saat itu. Pendidikan sebagai suatu sistem di suatu wilayah, tentunya tidak dapat dipisahkan dari situasi politik di wilayah tersebut. Berubah-ubahnya kebijakan politik membuat berubah-ubahnya kebijaksanaan penguasa terhadap pelaksanaan pendidikan islam. Oleh karena itu, pertanyaan diskusi yang pertama adalah bagaimana pengaruh situasi politik terhadap kebijakan pemerintah dalam pendidikan islam? Selain dari pengaruh situasi politik, pengembangan pendidikan islam pada masa dinasti umayah ini mengalami hambatan yang datang dari dunia barat, seperti yunani. Oleh karena itu, pertanyaan diskusi yang kedua adalah bagaimana pola pendidikan islam pada masa itu mampu mengimbangi tantangan dari dunia barat?
Pemecahan masalah pendidikan pada masa dinasti umayah
Situasi politik yang pada awal masa dinasti umayah masih belum stabil. Ini dikarenakan upaya peralihan kekuasaan dari hasan dianggap dilakukan atas dasar kelicikan. Sebelumnya muawwiyyah telah berjanji tidak akan merubah sistem pemerintahan. Akan tetapi, muawwiyyah tetap merubah sistemnya menjadimonarci (pemerintah / dinasti). Ini sangat berdampak sekali terhadap pola pendidikan islam pada masa itu.pada masa sebelum dinasti umayah, pendidikan difokuskan di khuttab dan di masjid. Setelah sistem monarki diberlakukan, maka secara otomatis pemilihan raja didasarkan pada garis keturunan. Ini mengakibatkan munculnya pendidikan istana.pendidikan ini bertujuan agar anak-anak para raja diajarkan ilmu-ilmu tentang kepemimpinan dari sebuah kerajaan. Kurikulum dalam pendidikan istana inipun berbeda dengan kurikulum yang diberlakukan di khuttab atau masjid. Kurikulum di pendidikan istana ini ditentukan dan diatur oleh guru dan orangtua. Ini menyebabkan terjadi perbedaan kurikulum. Selain itu, seiring dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan umayyah, menyebabkan penggunaan bahasa arab semakin berkembang. Ini menyebabkan berdirinya pendidikan badiah, yaitu tempat belajar bahasa arab yang fasih dan murni. Hal ini terjadi ketika khalifah abdul malik bin marwan memprogramkan arabisasi maka muncul istilah badiah, yaitu dusun badui di padang sahara mereka masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab tersebut. Sehingga banyak khalifah yang mengirimkan anaknya ke badiah untuk belajar bahasa arab bahkan ulama juga pergi ke sana di antaranya adalah al khalil bin ahmad.
Untuk mengimbangi dengan tantangan dari negara barat, maka pemerintah tidak hanya memfokuskan pelajaran terhadap pelajaran agama islam saja. Akan tetapi, pemerintah pada saat itu telah memeulia kegiatan penerjemahan terhadap buku-buku yang dikarang oleh orang barat. Ini bertujuan agar orang-orang islam bisa memperoleh ilmu dari buku tersebut. Tetapi penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang memiliki kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni bangunan.   Pada umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan negara dan tidak dilembagakan.   Menurut franz rosenthal orang yang pertama kali melakukan penerjemahan ini adalah khalid ibn yazid cucu dari muawwiyah. Sedangkan ilmu-ilmu yang di salin dari bahasa asing ke dalam bahasa arab dan di sempurnakan untuk kepentingan keilmuan umat islam dikelompokan dalam al-ulumud dakhilah yang terdiri dari:
a.       Ilmu kima. Khalifah yazid bin yazid bin mua'wiyah adalah yang menyuruh penerjemahannya ke dalam bahsa arab.beliau mendatangkan beberapa orang romawi yang bermukim di mesir, di antaranya maryanis seorang pendeta yang mengajarkan ilmu kimia. Penerjemahan ke dalam bahasa arab dilakukan isthafun.
b.      Ilmu bintang. Masih dalam masa kholid bin walid, beliau sangat menggemari ilmu ini sehingga dikeluarkan sejumlah uang untuk mempelajari dan membeli alat-alatnya. Karena gemarnya setiap akan pergi ke medan perang selalu dibawanya ahli ilmu bintang.
c.       Ilmu kedokteran. Penduduk syam di jaman ini telah banyak menyalin bermacam ilmu ke dalam bahasa arab seperti ilmu-ilmu kedokteran, mislanya karanganm qis ahrun dalam bahasa suryani yang disalin ke dalam bahasa arab oleh masajuwaihi.
















BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan

Pemerintah dinasti umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuwan, seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Setelah sistem monarki diberlakukan, maka secara otomatis pemilihan raja didasarkan pada garis keturunan. Ini mengakibatkan munculnya pendidikan istana. Untuk mengimbangi dengan tantangan dari negara barat, maka pemerintah tidak hanya memfokuskan pelajaran terhadap pelajaran agama islam saja. Akan tetapi, pemerintah pada saat itu telah memeulia kegiatan penerjemahan terhadap buku-buku yang dikarang oleh orang barat

2.      Saran

Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu pemakalah minta saran dan kritikan dari saudara dan bapak dosen pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
2.      Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam , Jakarta, Ikhtiar Baru van Hoeve, 1967.
3.      Syu'aib, Yusuf, Sejarah Daulah Umayyah 1, Jakarta, Bulan Bintang, 1997.
8.      Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h. 7
9.      Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam , Jakarta, Ikhtiar Baru van Hoeve, 1967, cet ke-2
10.  Yusuf Syu'aib, Sejarah Daulah Umayyah 1, Jakarta, Bulan Bintang, 1997, h. 1
11.  Ibid, h.14
12.  Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad-21 , Jakarta, Pustaka Al Husna, 1980,    h. 17


Tidak ada komentar:

Posting Komentar