Minggu, 10 April 2016

Kelembagaan dan Organisasi Masyarakat


Kelembagaan dan Organisasi Masyarakat
Dalam menjalani kehidupan masyarakat Muara Jambi masih menjalankan nilai-nilai tradisi yang mereka warisi dari generasi ke generasi dan dipertahankan hingga sekarang. Meski saat ini penduduk Muara Jambi tidak hanya dari keturunan Muara Maro Sebo, tetapi juga telah banyak hidup para pendatang yang berasal dari Jawa, Minang, Batak, Kerinci, Palembang. Interaksi dan hubungan social antara masyarakat asli dengan pendatang telah terjalin dengan harmonis. Wujud dari integrasi ini dapat dilihat dari kehidupan keseharian maupun dari kegiatan-kegiatan bersama yang mereka laksanakan. Ada beberapa bentuk kelembagaan dan organisasi social yang berjalan dalam kehidupan masyarakat Muara Jambi, antara lain:
2.7.1. Pelarian
Pelarian adalah sebuah kegiatan kerja sama antar beberapa orang yang bersepakat untuk melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama, pekerjaan tersebut akan dilaksanakan secara bergiliran bagi setiap anggota yang ikut serta. Umumnya kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan pelarian adalah untuk mempermudah pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang banyak, seperti : mendirikan rumah, menanam benih padi di ladang. Misalnya kelompok pelarian RT.1 anggotanya berjumlah 5 orang, mereka bersepakat akan melakukan pekerjaan menanam padi di ladang yang mereka miliki. Kemudian mereka menyepakati bahwa pekerjaan menanam padi tersebut akan dilaksanakan dalam waktu 5 hari. Dalam kurun waktu 5 hari ini kebun mereka akan dikerjakan secara bergantian.
Kegiatan pelarian pada umumnya dikenal dan dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat Melayu. Di kelompok  masyarakat Melayu yang lain, istilah pelarian dikenal juga dengan sebutan kegiatan arian. Pada umumnya nilai-nilai yang melandasi kegiatan pelarian didasari oleh rasa tolong-menolong antar anggota kelompok dalam memudahkan kegiatan/pekerjaan. Dalam konteks kegiatan ini, ada terjadi perbedaan system pelarian yang berlaku di Muara Jambi dengan daerah lainnya. Dalam system pelarian di Muara Jambi mengenal system upah yang diberikan pada anggota yang bekerja sebagai uang ganti hari.  Sementara di dearah-daerah di jambi, upah sebagai uang ganti  hari tidak diberikan tetapi diganti dengan menyediakan makan dan minum.
2.7.2. Beselang
Beselang  pada hakikatnya hampir sama dengan pelarian, kegiatan ini dilaksanakan juga untuk melakukan suatu pekerjaan secara bersam-sama, pekerjaan tersebut akan dilaksanakan secara bergiliran bagi setiap anggota yang ikut serta. Perbedaan antara dua bentuk kelembagaan ini adalah ; pada kegiatan beselang lebih banyak  dilakukan untuk kegiatan upacara-upacara seperti perkawinan dan lain-lain. Pada umumnya hampir seluruh penduduk desa ikut  dalam kegiatan ini, sementara pelarian hanya terbatas pada beberapa orang saja.
Biasanya keluarga yang memiliki  hajatan akan mengundang para penduduk desa untuk membantu pelaksanaan kegiatan hajatan yang akan dilakukan. Mulai dari kegiatan masak-masak dan kebutuhan lainnya yang terkait dalam upacara yang akan dilaksanakan. Keterlibatan seseorang pada kegiatan beselang untuk mempersiapkan upacara ini akan dibalas pada saat dia nantinya melaksanakan upacara/hajatan (perkawinan).
Pada prinsipnya pada kegiatan pelarian dan beselang ini berlaku prinsip tolong-menolong. Azas timbal balik mutualisme berlaku pada kegiatan ini, dimana pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini akan mendapatkan keuntungan jika sama-sama telah mendapatkan bantuan dari anggota pelarian/beselang maka ia harus melakukan hal yang sama pada saat kegiatan itu dilakukan di tempat anggota yang lain.  Jika seorang individu tidak dapat hadir maka disini telah terjadi kecurangan. Ketidak hadiran atau tidak  dapatnya seorang anggota pelarian/beselang datang pada kegiatan itu dilakukan ditempat anggota yang lain, tidak dapat diganti dengan uang atau bentuk barang lainnya. Dalam kegiatan ini prinsip reciprositas atau  hubungan timbal balik diutamakan.
2.8. Yasinan
Kelompok yasinan merupakan bentuk kelembagaan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan pengajian. Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali, tepatnya pada malam jum’at. Kegiatan pengajian ini dilaksanakan secara bergantian dirumah-rumah penduduk. Kelompok yasinan yang ada umumnya hanya melingkupi warga yang berada dalam satu wilayah RT yang sama. Pada saat sekarang kelompok yasinan di setiap RT aktif dan punya kegiatan sendiri.
2.9. Berjuluk dan Bertandang
Adat dari tradisi yang ada di Desa Muara Jambi pada dasarnya memiliki kesamaan dengan kelompok masyarakat melayu lainnya yang ada di Propinsi Jambi. Beberapa tradisi dan adat yang pernah berlaku dan menjadi pedoman kehidupan masyarakat melayu masih diwarisi dan dipertahankan hingga sekarang. Namun ada juga beberapa tradisi dan adat yang ada, saat sekarang tidak ditemukan lagi ditengah kehidupan masyarakat. Hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Tradisi yang pernah ada dan tidak dilaksanakan lagi antara lain tradisi bejuluk dan betandang.
Pada dasarnya tradisi bejuluk dan betandang ini adalah sama, yaitu merupakan kebiasaan cara beremu seorang pemuda dengan seorang gadis. Perbedaan  tradisi betandang, pertemuan antara pemuda dengan seorang  si gadis dilakukan secara terbuka dimana pertemuan ini diketahui oleh orang tua si gadis. Kebiasaan dalam trdisi betandang ini dilaksanakan setelah isya. Pertemuan ini ada yang dilaksanakan di halaman rumah dan ada juga di ruang tamu.
Sementara dalam tradisi bejuluk pertemuan yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat dan diketahui orang lain. Pertemuan antara pemuda dan si gadis ini tidak berlangsung secara tatap muka, dalam artian si gadis tetap berada di dalam rumah (kamarnya) sementara si pemuda berada di luar rumah (dibawah rumah). Pertemuan dalam tradisi ini juga dilaksanakan setelah  isya tetapi lebih banyak dilakukan setelah orang pada mulai tidur. Pada saat-saatini pemuda mendatangi rumah gadis pujaannya. Si pemuda harus tahu di mana kamar si gadis agar nantinya tidak salah sasaran. Pada sore harinya, si pemuda terlebih dahulu memberi tahu si gadis bahwa dia akan datang nanti malam. Pada saat pertemuan sore itu si pemuda memberitahukan juga tanda apa yang akan digunakan  bahwa yang memanggil itu adalah si pemuda. Tanda yang sering digunakan adalah berupa suara/bunyi menyerupai binatang, siulan atau jenis bunyi lainya. Tanda ini menjadi hal yang sangat penting, karena dengan tanda berupa bunyi tertentu si gadis dapat mengetahui  bahwa yang datang adalah pemuda yang dinantikannya, bukan pemuda lain yang juga menaruh perhatian pada dirinya.
Jika seorang pemuda telah beberapa kali mendatangi rumah seorang gadis dengan tradisi bejuluk. Orang tua yang telah mengetahui hal ini bahwa anak laki-lakinya suka dengan si gadis. Biasanya orang tua si pemuda akan datang bertamu ke rumah si gadis untuk bertanya pada orang tua si gadis. Setelah cara ini dilaksanakan, jika si gadis belum dipinang orang lain. Pertemuan tersebut akan dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya yang pembicarannya membahas pertunangan dan pernikahan kedua anak mereka.
2.10. Hajran
Hajran adalah kesenian tradisional masyarakat Muara Jambi berupa permainan alat musik menyerupai rebana yang mengiringi alunan syair shlawat dan doa kepada nabi Muhammad yang dilantunkan secara bersama-sama. Permainan hajran biasanya dimainkan pada saat adanya upacara pernikahan. Hajran dimanikan pada malam hari sebelum mempelai laki-laki esok harinya akan melangsungkan pernikahan. Kesenian hajran ini dalam upacara pernikahan masyarakat di Muara Jambi hanya boleh ditampilkan/dimainkan di rumah mempelai laki-laki. Untuk kesenian yang sama dan bisa ditampilkan di rumah keluarga perempuan adalah kesenian Rebana Siam.
Berodeh merupakan waktu istirahat para pemain Hajran yang berlangsung dalam durasi beberapa menit yang memisahkan babak permainan Hajran. Semakin lama permainan Hajran dilakukan maka tingkatan berodeh pun semakin banyak. Pada waktu istirahat ini para pemain memulihkan tenaga sembari disuguhi minuman dan makanan sebelum melanjutkan permainan berikutnya. Jika permainan hajran yang dilaksanakan hingga subuh biasanya dari tingkatan berodeh yang pertama hingga terakhir, sajian minuman dan makanan yang disuguhkan berbeda antara tingkatan berodeh dengan tingkatan berikutnya.
Pada masa sekarang kegiatan hajran yang dilaksanakan hingga pagi dini hari (subuh) sudah sangat jarang dilakukan. Sudah langkahnya kegiatan ini dilaksanakan hingga subuh dikarenakan  masalah biaya pelaksanaan. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk bisa melaksanakan acara ini hingga sampai tamat. Dana yang paling besar dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah untuk biaya makanan, besarnya dana untuk makanan ini disebabkan oleh makanan yang disajikan  harus berbeda antara tingkatan-tingkatan berodeh. Makanan yang disediakan  pada acara hajran untuk stiep kali berodeh, disajikan bukan hanya untuk para pemain hajran, tetapi juga disuguhkan untuk para penonton yang hadir.
Untuk memepertahankan tradisi yang telah diwarisi agar tidak punah. Kegiatan pertunjukan hajran tetap dilestarikan dan dilaksanakan setiap kali ada upacara perkawinan. Umumnya masyarakat yang telah berniat mengundang permainan Rebana Siam dan hajran hanya melaksanakan dalam satu kali berodeh saja.
2.11. Rebana Siam
Rebana Siam merupakan kesenian tradisional masyarakat Muara Jambi yang hampir mirip dengan hajran. Rebana siam dimainkan untuk mengiringi alunan syair shalawat dan doa kepada Muhammad. Perbedaan antara Rebana siam dan hajran ini terletak pada jenis alat yang digunakan.
Di Muara Jambi kesenian ini juga dimainkan pada saat pengantin pria diantar pergi menikah kerumah calon istrinya. Pada saat pengantin pria mulai berjalan meninggalkan rumah hingga sampai ditempat tujuan. Disepanjang perjalanan kesenian ini dimainkan secara terus-menerus. Rombongan pengantar pengantin ini berjalan secara parade yang dibagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama adalah rombongan penari yang terdiri atas pemuda-pamuda yang berjalan didepan seakan-akan membuka jalan bagi rombongan.
Kelompok yang kedua adalah kelompok pemain hajran dan terakhir adalah kelompok atau rombongan pengantin dan keluarga serta pengantar lainnya yang ikut serta.

Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2009)


Sarana & Prasarana
2.6.1. Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia de desa adalah berupa Puskesmas. Namun sayang keberadaan  sarana ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mustinya. Hal ini diakibatkan tidak tersedianya tenaga medis yang siap melayani masyarakat yang membutuhkan  pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan layanan kesehatan, masyarakat Desa Muara Jambi harus bersuasah payah ke Desa Jambi Kecil. Penyakit yang paling menonjol yang sering diderita penduduk adalah penyakit muntaber. Penyakit ini sering muncul pada saat musim hujan datang, hal ini disebabkan masyarakat pada musim ini sangat sulit mendapatkan air bersih. Sungai Batanghari sebagai sumber air minum dan kebutuhan lainnya kotor akibat daerah hulu yang sering turun hujan. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir penyakit ini cenderung berkurang karena masyarakat telah mendapatkan pelayanan air bersih yang disediakan oleh PDAM.
Masyarakat Muara Jambi masih memanfaatkan jasa pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit yang mereka derita. Jasa layanan tersebut mereka dapatkan dari dukun yang ada di desa. Ada dua dukun yang dikenal masyarakat; pertama adalah dukun bayi dan kedua adalah dukun orang sakit. Selain itu pengunaan obat-obatan yang berasal dari jenis tumbuh-tumbuhan masih digunakan. Jenis tanaman yang masih digunakan sebagai obat antara lain : pucuk kates (obat sakit perut), undur-undur/sejenis (obat malaris), sirih dll.
2.6.2. Sumber Energi dan Penerangan
Pada masa sekarang masyarakat Desa Muara Jambi masih memanfaatkan kayu baker sebagai salah satu sumber energi. Pada umumnya seluruh pendudk desa masih mengunakan energi ini untuk memasak. Semen tara energi yang lainnya seperti minyak tanah dan gas juga dimanfaatkan oleh penduduk desa. Namun pengunaan jenis energi ini hanya sekitar 10 % dan 1 %. Untuk penerangan pada  malam harinya, penduduk Desa Muara Jambi telah dapat menikmati layanan penerangan dari PLN.
2.6.3. Sumber Air Bersih
Sungai Batanghari yang membagi dua wilayah daratan Desa Muara Jambi. Secara tidak langsung sangat kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang bermukim di kedua daerah daratan tersebut. Aktifitas kehidupan masyarakat selalu terkaitdengan keberadaan Sungai Batanghari, mulai dari kegiatan rumah tangga seperti; mandi, mencuci, kakus, kebutuhan akan air bersih, hingga sarana transportasi. Keberadaan sungai Batanghari sangat membantu masyarakat dalam menjalankan aktifitas mereka lainnya, seperti kegiatan ke kebun. Sungai Batanghari juga mastarakat yang berada di luar Desa Muara Jambi.
Untuk kebutuhan air bersih yang digunakan untuk segala aktifitas rumah tangga masih sangat ter gatung dengan air dari sungai Batanghari. Umumnya kegiatan MCK masih dilakukan dipinggir-pinggir sungai Batanghari. Namun untuk kebutuhan air minum, masyarakat desa telah memanfaatkan sumur gali dan layanan dari PDAM.
2.6.4. Transaksi Aktifitas Ekonomi
Aktifitas ekonomi berupa transaksi jual beli seperti pasar di Desa Muara Jambi secara khusus tempatnya belum tersedia. Untuk melakukan kegiatan, masyarakat desa harus ke pasar yang berada di luar desa, tepatnya di Desa Jambi Kecil. Padahal di masa  lalu pada masa pemerintahan pesirah, di Desa Muara Jambi pasar pernah ada dan lokasinya berada di kantor Desa Muara Jambi sekarang. Pada saat sekarang untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok dan rumah tangga lainnya  dalam jumlah terbatas umumnya masyarakat desa berbelanja di warung-warung yang banyak berjualan di tepi Sungai Batanghari. Umumnya setiap hari para pedagang tersebut menukar (membeli) barang dagangannya ke Kota Jambi. Biasanya barang-barang yang dibeli setiap hari itu adalah kebutuhan sehari-hari seperti sayur-sayuran dan bahan sembako lainnya. Sedangkan para pedagang hasil bumi seperti hasil kebun, ladang, sawah, dan hasil menangkap ikan langsung dipasarkan ke Kota Jambi. Kemudian hasil penjualan ditukar dengan membeli barang-barang yang dibutuhkan masyarakat Desa Muara Jambi.
2.6.5. Rumah dan Pola Pemukiman
Kondisi alam di Muara Jambi sangat mempengaruhi struktur bangunan rumah yang dibangun berbentuk panggung bertiang yang terbuat dari kayu. Rata-rata rumah penduduk dibangun bertiang dengan jarak satu meter dari permukaan tanah. Selain untuk menghindari dari gangguan dan serangan binatang buas dan berbisa. Pemukiman masyarakat Muara Jambi bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang berada di daerah pinggiran Sungai Batanghari. Pada umumnya pola perumahan masyarakat menghadap kea rah sungai Batanghari, namun ada juga beberapa rumah yang tidak berada ditepian sungai atau berada ditengah perkampungan menghadap ke arah jalan yang melewati perkampungan rumah mereka. Penduduk Desa Muara Jambi saai ini berjumlah 600 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut tidak semuanya memiliki rumah tinggal dan menetap di desa. Ada beberapa keluarga baru yang terbentuk (menikah) masih menumpang di rumah kepala keluarga lama. Kepala keluarga yang tidak menetap di desa, umumnya menetap dan tinggal di umo atau kebun. Pada saat musim behumo datang, para penduduk lebih banyak menetap di umo/pondok mereka yang ada di ladang. Pada musim ini biasanya suasana di kampung saat sepi sekali jika dibandingkan dengan kebun.  


Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2009)
Sistem Mata Pencarian
Hubungan manusia dengan lingkungan yang mereka tempati memiliki ikatan yang kuat dan saling mempengaruhi. Demikian juga dengan kondisi alam dan masyarakat yang hidup di Desa Muara Jambi. Wilayah Desa Muara Jambi yang dibelah oleh aliran sungai Batanghari merupakan sumber daya alam yang sangat kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Selain hamparan dataran rendah yang subur akibat kiriman Lumpur banjir sungai Batanghari. Sumber daya lainnya yang dianugerahikan sungai Batanghari kepada masyarakat desa adalah kandungan ikan. Sumber daya ini menjadi slah satu sumber mata pencaharian penduduk desa. Dengan mengunakan peralatan menangkap ikan, seperti : tajur, pancing, jala dan lukah. Kegiatan menangkap ikan dilakukan masyarakat pada waktu malam hari. Mata pancaharian lainnya yang masih berhubungan dengan mata pencaharian adalah pelayanan jasa transportasi. Sebelum adanya sarana jalan darat daerah ini, satu-satunya sarana transportasi yang biasa diman faatkan untuk bisa mencapai daerah ini adalah dengan mengunakan jasa transportasi sungai. Jasa ini menjadi primadona dan mencapai kejayaannya sebelum hadirnya sarana jalan dan mulai banyak masyarakat yang memiliki kendaraan sepeda motor.
Sekarang jasa ini digunakan sebagai sarana penyeberangan dan digunakan untuk sarana transportasi wisata air, baik di daerah aliran sungai yang ada di Desa Muara Jambi maupun membawa pengunjung yang ingin menuju Desa Muara Jambi dengan menelusuri sungai Batanghari. Terkait dengan sarana penyeberangan yang ada di Desa Muara Jambi, lokasi daerah penyeberangan ini oleh masyarakat setempet disebut dengan nama pelayangan. Keberadaan sarana penyeberangan ini merupakan badan usaha milik desa yang dikelolah secara sarana penyeberangan ini. Setiap tahun di Desa Muara Jambi dilaksanakan kegiatan lelang pengelola sarana penyeberangan ini.
Sebelumnya pada pelaksanaan lelang ini hanya diikuti oleh masyarakat yang memiliki modal/dana. Namun dalam kurun waktu dua tahun terakhir, cara ini dirubah menjadi lelang yang bisa diikuti oleh seluruh masyarakat Desa Muara Jambi meskipun lelang memiliki dana  untuk memberikan kesempatan pada masyarakat agar memilki kesempatan yang sama untuk dampak social dan memberikan peluang bagi masyarakat desa yang tergolong berada dibawah garis kemiskinan. Jika pada saat acara lelang yang diselenggarakan setiap tahunnya mereka mendapatkan keberuntungan untuk mengelola jasa penyeberangan ini. Kesempatan ini merupakan peluang bagi mereka untuk memperbaiki taraf kehidupan meraka kearah yang lebih baik. Diperkirakan pengelola jasa penyeberangan ini bisa mendapatkan hasil kotor sebesar 3 juta setiap bulannya setelah dikurangi setoran yang harus mereka bayar ke kas desa.
Sistem mata pencaharian utama penduduk Desa Muara Jambi yang utama adalah dari kegiatan pertanian, baik berupa padi lading maupun perkebunan seperti : Duren, Duku, Cokelat, Karet, Sawit dll. Pada saat musim behumo , selain menunggui kebun meraka yang sedang berbuah (duren,duku). Biasanya pada saat mereka juga melakukan aktifitas menanam jenis tanaman kultikultura, seperti : tomat, cabe dll.
Selain mendapatkan penghasilan dari hasil penjualan panen buah duren dan duku. Masyarakat juga memilki sumber mata pencaharian tambahan dari pemanfaatan kebun yang ada disekitar perkarangan rumah. Biasanya disekitar perkarangan rumah ini mereka tanami pohon pisang dan tanaman apotik.

Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2009)

Demografi
Desa Muara Jambi merupakan daerah ayang menjadi pusat dari pemerintahan adat dari Marga Maro Sebo. Marga Maro Sebo adalah kelompok masyarakat yang merupakan penduduk asli yang telah menempati wilayah ini dan berkembang hingga pada masa sekarang. Penyebaran masyarakat dari Marga Maro Sebo pada saat ini berbentuk desa. Beberapa kampung asli itu antara lain: Kunangan, Talang Duku, Tebat Palah, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, Dusun Mudo, Sekumbung dan Muara Jambi.
Pada saat ini kehidupan masyarakat Desa Muara Jambi tidak bisa lagi dikategorikan sebagai desa yang homogen. Dilihat dari komposisi penduduk desa berdasarkan asal dan etnisnya, bukan hanya dari penduduk asli Desa Muara Jambi, tetapi juga berasal dari etnis dan daerah lain, yaitu: Jawa, Minang, Batak.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pengolongan tingkat umur yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :1). Usia anak-anak 0-15 tahun,2). usia produktif 16-50 tahun,3). Lanjut usia 51 tahun ke atas. Data diatas dapat diketahui bahwa golongan usia poduktif merupakan jumlah penduduk usi produktif ini tentunya memiliki dampak positif terhadap perkembangan dan pertumbuhan, baik dalam bidang ekonomi, pembangunan dan bidang lainnya. Sementara usia sekolah merupakan jumlah kelompok usia kedua terbanyak di Muara Jambi. 
Besarnya jumlah usia produktif di Muara Jambi belum sebanding dengan sumber daya manusia yang ada. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan pendudukan Desa Muara Jambi yang umumnya menamatkan pendidikan setingkat sekolah dasar. Berdasarkan data tingkat pendidikan Muara Jambi , 50% dari jumlah penduduk Muara Jambi mengenyam pendidikan penduduk di perguruan tinggi sekitar 6% dari jumlah keseluruhan penduduk Muara Jambi. Untuk penjelasan lebih lengkap, melalui table berikut ini dapat deketahui gambaran tingkat pendidkan penduduk Muara Jambi.
 
                                                    Tabel 2. Tingkat Pendidikan
                                          Penduduk Desa Muara Jambi Tahun 2009
NO
Tingkat Pendidkan

Jumlah
1
 Belum Sekolah

260 jiwa
2
 SD

1074 jiwa
3
 SMP

401 jiwa
4
 SMA

211 jiwa
5
 Perguruan Tinggi

63 jiwa
6
 Tidak Sekolah

100 jiwa

 Total

2119 jiwa




                   Sumber : Data kependudukan Pemerintahan Desa Muara Jambi 2009
Kondisi  perkembangan tingklat pendidikan di daerah ini secara tidak langsung mempengaruhi juga jenis pekerjaan yang dipilih oleh penduduk sebagai sumber mata pencaharian mereka. Selain pengaruh tingkat pendidikan, pengaruh lingkungan alam juga turut mempengaruhi jenis pekerjaan penduduk Muara Jambi yang umumnya memiliki mata pencaharian yang umumnya petani. Berikut ini data jenis pekerjaan/mata pencaharian penduduk Muara Jambi.
                              Tabel 3.Mata Pencaharian/Pekerjaan Penduduk Muara Jambi
NO
Jenis Pekerjaan
Jumlah
1
 Belum Kerja
256
2
 Pelajar
469
3
 URT
355
4
 Buruh
37
5
 Petani
509
6
 Swasta
242
7
 Honor
15
8
 Tidak Bekerja
184
9
 PNS
52

Total
2119
                           Sumber : Data Kependudukan Pemerintahan Desa Muara Jambi 2009
Administratif Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Muara Jambi
Desa Muara Jambi secara administrasi berada dalam wilayah Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muara Jambi. Meskipun keberadaan Situs Percandian Muarajambi ada di wilayah 7 desa, yaitu Desa Dusun Baru, Desa Danau Lamo, Desa Muarajambi, Desa Kemingking Luar dan Desa Kemingking Dalam, Desa Teluk Jambi, Desa Dusun Mudo. Namun wilayah percandian yang paling luas ada di Desa Muara Jambi. Oleh karena itu secara garis besar gambaran masyarakat di desa tempat keberadaan Situs Percandian Muarajambi bisa terlihat di Desa Muara Jambi.
Pada masa sekarang secara administrasi pemerintahan. Desa Muara Jambi ter bagi dua dusun, yaitu : Dusun Sungai  Melayu dan Dusun Danau Kelari. Kedua wilayah dusun ini dibagi atas 9 RT. Wilayah RT 1 hingga RT 5 berada dalam wilayah Dusun Sungai Melayu sedangkan RT 6 sampai RT 9 berada dalam lingkungan Dusun Danau Kelari. Sedangkan secara adat wilayah Muara Jambi digambarkan dalam Piagam Muara Jambi  yang berbunyi :
 
“Dari Muara Selat menyeberang ke tanggo papan
Dari tango papan terus ke buluran bumban
Terus ke pinang rajo mengkuang
Berlayar menyeberang olak tahi besi
Dari sini langsung ke sungai seno (kedaton)
Langsung ke keliling
Langsung ke hilir
Sampai ke duren sekat
Langsung ke selat”
Dilihat dari jarak obtruasi Desa Muara Jambi dengan Ibu Kota Provinsi Jambi dan Sengeti sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Muara Jambi, antara lain berjarak lebih kurang 40 kilometer dari Kota Jambi dan 30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muara Jambi. Untuk bisa sampai ke Desa Muara Jambi dapat dilakukan dua alternatif, pertama
Melakukan perjalanan dengan menggunakan jalur darat dan yang kedua adalah dengan menggunakan jalur sungai. Akses dengan menggunakan jalur darat dapat ditempuh melalui dua arah dari Kota Jambi. Akses jalan yang pertama dapat ditempuh dari Kota Jambi melalui jembatan Aur Duri dan menempuh jalan yang menuju Desa Jambi Kecil yang menjadi pintu masuk ke Desa Muara Jambi. Akses jalan kedua dari Jambi dapat ditempuh melalui jalan raya yang melewati Pelabuhan Talang Duku hingga sampai ke Desa Muara Jambi dan jalan raya ini berakhir di Desa Kemingking Dalam. Kekhasan jalur ini adalah adanya boat penyeberangan yang menjadi alat penyeberangan bagi orang dan sepada motor untuk menuju perkampungan Desa Muara Jambi.

Jalur akses yang kedua adalah memanfaatkan jalur sungai. Jika melalui jalur sungai, lama perjalan lebih kurang 20 menit dengan menggunakan speed boat. Sebelum adanya sarana jalan darat yang menuju ke Desa Muara Jambi. Jalur sungai merupakan saran transportasi utama yang bisa digunakan untuk bisa sampai di Desa Muara Jambi. Transportasi sungai lainnya, antara lain ketek,perahu tradisional yang dilengkapi dengan mesin temple sebagai tenaga pendorong. Sarana trasportasi ini masih dimanfaatkan sebagai alat transportasi untuk jarak di daerah sepanjang Sungai Batanghari.


Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2009)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar