Kelembagaan dan Organisasi Masyarakat
Dalam menjalani kehidupan masyarakat Muara
Jambi masih menjalankan nilai-nilai tradisi yang mereka warisi dari generasi ke
generasi dan dipertahankan hingga sekarang. Meski saat ini penduduk Muara Jambi
tidak hanya dari keturunan Muara Maro Sebo, tetapi juga telah banyak hidup para
pendatang yang berasal dari Jawa, Minang, Batak, Kerinci, Palembang. Interaksi
dan hubungan social antara masyarakat asli dengan pendatang telah terjalin
dengan harmonis. Wujud dari integrasi ini dapat dilihat dari kehidupan
keseharian maupun dari kegiatan-kegiatan bersama yang mereka laksanakan. Ada
beberapa bentuk kelembagaan dan organisasi social yang berjalan dalam kehidupan
masyarakat Muara Jambi, antara lain:
2.7.1. Pelarian
Pelarian adalah sebuah kegiatan kerja sama
antar beberapa orang yang bersepakat untuk melakukan suatu pekerjaan secara
bersama-sama, pekerjaan tersebut akan dilaksanakan secara bergiliran bagi
setiap anggota yang ikut serta. Umumnya kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
pelarian adalah untuk mempermudah pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang
banyak, seperti : mendirikan rumah, menanam benih padi di ladang. Misalnya
kelompok pelarian RT.1 anggotanya berjumlah 5 orang, mereka bersepakat akan
melakukan pekerjaan menanam padi di ladang yang mereka miliki. Kemudian mereka
menyepakati bahwa pekerjaan menanam padi tersebut akan dilaksanakan dalam waktu
5 hari. Dalam kurun waktu 5 hari ini kebun mereka akan dikerjakan secara
bergantian.
Kegiatan pelarian pada umumnya dikenal dan
dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat Melayu. Di kelompok masyarakat
Melayu yang lain, istilah pelarian dikenal juga dengan sebutan kegiatan arian.
Pada umumnya nilai-nilai yang melandasi kegiatan pelarian didasari oleh rasa
tolong-menolong antar anggota kelompok dalam memudahkan kegiatan/pekerjaan.
Dalam konteks kegiatan ini, ada terjadi perbedaan system pelarian yang berlaku
di Muara Jambi dengan daerah lainnya. Dalam system pelarian di Muara Jambi
mengenal system upah yang diberikan pada anggota yang bekerja sebagai uang
ganti hari. Sementara di dearah-daerah di jambi, upah sebagai uang
ganti hari tidak diberikan tetapi diganti dengan menyediakan makan dan
minum.
2.7.2. Beselang
Beselang pada hakikatnya hampir sama
dengan pelarian, kegiatan ini dilaksanakan juga untuk melakukan suatu pekerjaan
secara bersam-sama, pekerjaan tersebut akan dilaksanakan secara bergiliran bagi
setiap anggota yang ikut serta. Perbedaan antara dua bentuk kelembagaan ini
adalah ; pada kegiatan beselang lebih banyak dilakukan untuk kegiatan
upacara-upacara seperti perkawinan dan lain-lain. Pada umumnya hampir seluruh
penduduk desa ikut dalam kegiatan ini, sementara pelarian hanya terbatas
pada beberapa orang saja.
Biasanya keluarga yang memiliki hajatan
akan mengundang para penduduk desa untuk membantu pelaksanaan kegiatan hajatan
yang akan dilakukan. Mulai dari kegiatan masak-masak dan kebutuhan lainnya yang
terkait dalam upacara yang akan dilaksanakan. Keterlibatan seseorang pada
kegiatan beselang untuk mempersiapkan upacara ini akan dibalas pada saat dia
nantinya melaksanakan upacara/hajatan (perkawinan).
Pada prinsipnya pada kegiatan pelarian dan
beselang ini berlaku prinsip tolong-menolong. Azas timbal balik mutualisme
berlaku pada kegiatan ini, dimana pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini
akan mendapatkan keuntungan jika sama-sama telah mendapatkan bantuan dari
anggota pelarian/beselang maka ia harus melakukan hal yang sama pada saat
kegiatan itu dilakukan di tempat anggota yang lain. Jika seorang individu
tidak dapat hadir maka disini telah terjadi kecurangan. Ketidak hadiran atau
tidak dapatnya seorang anggota pelarian/beselang datang pada kegiatan itu
dilakukan ditempat anggota yang lain, tidak dapat diganti dengan uang atau
bentuk barang lainnya. Dalam kegiatan ini prinsip reciprositas atau
hubungan timbal balik diutamakan.
2.8. Yasinan
Kelompok yasinan merupakan bentuk kelembagaan
masyarakat yang bergerak dalam kegiatan pengajian. Kegiatan ini dilaksanakan
seminggu sekali, tepatnya pada malam jum’at. Kegiatan pengajian ini
dilaksanakan secara bergantian dirumah-rumah penduduk. Kelompok yasinan yang
ada umumnya hanya melingkupi warga yang berada dalam satu wilayah RT yang sama.
Pada saat sekarang kelompok yasinan di setiap RT aktif dan punya kegiatan sendiri.
2.9. Berjuluk dan Bertandang
Adat dari tradisi yang ada di Desa Muara Jambi
pada dasarnya memiliki kesamaan dengan kelompok masyarakat melayu lainnya yang
ada di Propinsi Jambi. Beberapa tradisi dan adat yang pernah berlaku dan
menjadi pedoman kehidupan masyarakat melayu masih diwarisi dan dipertahankan
hingga sekarang. Namun ada juga beberapa tradisi dan adat yang ada, saat
sekarang tidak ditemukan lagi ditengah kehidupan masyarakat. Hal ini tentunya
disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi seiring dengan perkembangan zaman.
Tradisi yang pernah ada dan tidak dilaksanakan lagi antara lain tradisi bejuluk
dan betandang.
Pada dasarnya tradisi bejuluk dan betandang ini
adalah sama, yaitu merupakan kebiasaan cara beremu seorang pemuda dengan
seorang gadis. Perbedaan tradisi betandang, pertemuan antara pemuda
dengan seorang si gadis dilakukan secara terbuka dimana pertemuan ini
diketahui oleh orang tua si gadis. Kebiasaan dalam trdisi betandang ini
dilaksanakan setelah isya. Pertemuan ini ada yang dilaksanakan di halaman rumah
dan ada juga di ruang tamu.
Sementara dalam tradisi bejuluk pertemuan yang
dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat dan diketahui orang
lain. Pertemuan antara pemuda dan si gadis ini tidak berlangsung secara tatap muka,
dalam artian si gadis tetap berada di dalam rumah (kamarnya) sementara si
pemuda berada di luar rumah (dibawah rumah). Pertemuan dalam tradisi ini juga
dilaksanakan setelah isya tetapi lebih banyak dilakukan setelah orang
pada mulai tidur. Pada saat-saatini pemuda mendatangi rumah gadis pujaannya. Si
pemuda harus tahu di mana kamar si gadis agar nantinya tidak salah sasaran.
Pada sore harinya, si pemuda terlebih dahulu memberi tahu si gadis bahwa dia
akan datang nanti malam. Pada saat pertemuan sore itu si pemuda memberitahukan
juga tanda apa yang akan digunakan bahwa yang memanggil itu adalah si
pemuda. Tanda yang sering digunakan adalah berupa suara/bunyi menyerupai
binatang, siulan atau jenis bunyi lainya. Tanda ini menjadi hal yang sangat penting,
karena dengan tanda berupa bunyi tertentu si gadis dapat mengetahui bahwa
yang datang adalah pemuda yang dinantikannya, bukan pemuda lain yang juga
menaruh perhatian pada dirinya.
Jika seorang pemuda telah beberapa kali
mendatangi rumah seorang gadis dengan tradisi bejuluk. Orang tua yang telah
mengetahui hal ini bahwa anak laki-lakinya suka dengan si gadis. Biasanya orang
tua si pemuda akan datang bertamu ke rumah si gadis untuk bertanya pada orang
tua si gadis. Setelah cara ini dilaksanakan, jika si gadis belum dipinang orang
lain. Pertemuan tersebut akan dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya yang
pembicarannya membahas pertunangan dan pernikahan kedua anak mereka.
2.10. Hajran
Hajran adalah kesenian tradisional masyarakat
Muara Jambi berupa permainan alat musik menyerupai rebana yang mengiringi
alunan syair shlawat dan doa kepada nabi Muhammad yang dilantunkan secara
bersama-sama. Permainan hajran biasanya dimainkan pada saat adanya upacara
pernikahan. Hajran dimanikan pada malam hari sebelum mempelai laki-laki esok
harinya akan melangsungkan pernikahan. Kesenian hajran ini dalam upacara
pernikahan masyarakat di Muara Jambi hanya boleh ditampilkan/dimainkan di rumah
mempelai laki-laki. Untuk kesenian yang sama dan bisa ditampilkan di rumah
keluarga perempuan adalah kesenian Rebana Siam.
Berodeh merupakan waktu istirahat para pemain
Hajran yang berlangsung dalam durasi beberapa menit yang memisahkan babak
permainan Hajran. Semakin lama permainan Hajran dilakukan maka tingkatan
berodeh pun semakin banyak. Pada waktu istirahat ini para pemain memulihkan
tenaga sembari disuguhi minuman dan makanan sebelum melanjutkan permainan
berikutnya. Jika permainan hajran yang dilaksanakan hingga subuh biasanya dari
tingkatan berodeh yang pertama hingga terakhir, sajian minuman dan makanan yang
disuguhkan berbeda antara tingkatan berodeh dengan tingkatan berikutnya.
Pada masa sekarang kegiatan hajran yang
dilaksanakan hingga pagi dini hari (subuh) sudah sangat jarang dilakukan. Sudah
langkahnya kegiatan ini dilaksanakan hingga subuh dikarenakan masalah
biaya pelaksanaan. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk bisa melaksanakan acara
ini hingga sampai tamat. Dana yang paling besar dikeluarkan untuk kegiatan ini
adalah untuk biaya makanan, besarnya dana untuk makanan ini disebabkan oleh
makanan yang disajikan harus berbeda antara tingkatan-tingkatan berodeh.
Makanan yang disediakan pada acara hajran untuk stiep kali berodeh,
disajikan bukan hanya untuk para pemain hajran, tetapi juga disuguhkan untuk
para penonton yang hadir.
Untuk memepertahankan tradisi yang telah
diwarisi agar tidak punah. Kegiatan pertunjukan hajran tetap dilestarikan dan
dilaksanakan setiap kali ada upacara perkawinan. Umumnya masyarakat yang telah
berniat mengundang permainan Rebana Siam dan hajran hanya melaksanakan dalam
satu kali berodeh saja.
2.11. Rebana Siam
Rebana Siam merupakan kesenian tradisional
masyarakat Muara Jambi yang hampir mirip dengan hajran. Rebana siam dimainkan
untuk mengiringi alunan syair shalawat dan doa kepada Muhammad. Perbedaan
antara Rebana siam dan hajran ini terletak pada jenis alat yang digunakan.
Di Muara Jambi kesenian ini juga dimainkan pada
saat pengantin pria diantar pergi menikah kerumah calon istrinya. Pada saat
pengantin pria mulai berjalan meninggalkan rumah hingga sampai ditempat tujuan.
Disepanjang perjalanan kesenian ini dimainkan secara terus-menerus. Rombongan
pengantar pengantin ini berjalan secara parade yang dibagi atas tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah rombongan penari yang terdiri atas pemuda-pamuda yang
berjalan didepan seakan-akan membuka jalan bagi rombongan.
Kelompok yang kedua adalah kelompok pemain
hajran dan terakhir adalah kelompok atau rombongan pengantin dan keluarga serta
pengantar lainnya yang ikut serta.
Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage,
UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jambi, 2009)
Sarana & Prasarana
2.6.1. Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia de desa adalah
berupa Puskesmas. Namun sayang keberadaan sarana ini tidak dapat
berfungsi sebagaimana mustinya. Hal ini diakibatkan tidak tersedianya tenaga
medis yang siap melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan, masyarakat Desa Muara Jambi harus
bersuasah payah ke Desa Jambi Kecil. Penyakit yang paling menonjol yang sering
diderita penduduk adalah penyakit muntaber. Penyakit ini sering muncul pada
saat musim hujan datang, hal ini disebabkan masyarakat pada musim ini sangat
sulit mendapatkan air bersih. Sungai Batanghari sebagai sumber air minum dan
kebutuhan lainnya kotor akibat daerah hulu yang sering turun hujan. Dalam kurun
waktu 2 tahun terakhir penyakit ini cenderung berkurang karena masyarakat telah
mendapatkan pelayanan air bersih yang disediakan oleh PDAM.
Masyarakat Muara Jambi masih memanfaatkan jasa
pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit yang mereka derita. Jasa
layanan tersebut mereka dapatkan dari dukun yang ada di desa. Ada dua dukun
yang dikenal masyarakat; pertama adalah dukun bayi dan kedua adalah dukun orang
sakit. Selain itu pengunaan obat-obatan yang berasal dari jenis tumbuh-tumbuhan
masih digunakan. Jenis tanaman yang masih digunakan sebagai obat antara lain :
pucuk kates (obat sakit perut), undur-undur/sejenis (obat malaris), sirih dll.
2.6.2. Sumber Energi dan Penerangan
Pada masa sekarang masyarakat Desa Muara Jambi
masih memanfaatkan kayu baker sebagai salah satu sumber energi. Pada umumnya
seluruh pendudk desa masih mengunakan energi ini untuk memasak. Semen tara
energi yang lainnya seperti minyak tanah dan gas juga dimanfaatkan oleh
penduduk desa. Namun pengunaan jenis energi ini hanya sekitar 10 % dan 1 %.
Untuk penerangan pada malam harinya, penduduk Desa Muara Jambi telah
dapat menikmati layanan penerangan dari PLN.
2.6.3. Sumber Air Bersih
Sungai Batanghari yang membagi dua wilayah
daratan Desa Muara Jambi. Secara tidak langsung sangat kuat mempengaruhi
kehidupan masyarakat yang bermukim di kedua daerah daratan tersebut. Aktifitas
kehidupan masyarakat selalu terkaitdengan keberadaan Sungai Batanghari, mulai
dari kegiatan rumah tangga seperti; mandi, mencuci, kakus, kebutuhan akan air
bersih, hingga sarana transportasi. Keberadaan sungai Batanghari sangat
membantu masyarakat dalam menjalankan aktifitas mereka lainnya, seperti
kegiatan ke kebun. Sungai Batanghari juga mastarakat yang berada di luar Desa
Muara Jambi.
Untuk kebutuhan air bersih yang digunakan untuk
segala aktifitas rumah tangga masih sangat ter gatung dengan air dari sungai
Batanghari. Umumnya kegiatan MCK masih dilakukan dipinggir-pinggir sungai
Batanghari. Namun untuk kebutuhan air minum, masyarakat desa telah memanfaatkan
sumur gali dan layanan dari PDAM.
2.6.4. Transaksi Aktifitas Ekonomi
Aktifitas ekonomi berupa transaksi jual beli
seperti pasar di Desa Muara Jambi secara khusus tempatnya belum tersedia. Untuk
melakukan kegiatan, masyarakat desa harus ke pasar yang berada di luar desa,
tepatnya di Desa Jambi Kecil. Padahal di masa lalu pada masa pemerintahan
pesirah, di Desa Muara Jambi pasar pernah ada dan lokasinya berada di kantor
Desa Muara Jambi sekarang. Pada saat sekarang untuk memenuhi kebutuhan bahan
pokok dan rumah tangga lainnya dalam jumlah terbatas umumnya masyarakat
desa berbelanja di warung-warung yang banyak berjualan di tepi Sungai
Batanghari. Umumnya setiap hari para pedagang tersebut menukar (membeli) barang
dagangannya ke Kota Jambi. Biasanya barang-barang yang dibeli setiap hari itu
adalah kebutuhan sehari-hari seperti sayur-sayuran dan bahan sembako lainnya.
Sedangkan para pedagang hasil bumi seperti hasil kebun, ladang, sawah, dan
hasil menangkap ikan langsung dipasarkan ke Kota Jambi. Kemudian hasil
penjualan ditukar dengan membeli barang-barang yang dibutuhkan masyarakat Desa
Muara Jambi.
2.6.5. Rumah dan Pola Pemukiman
Kondisi alam di
Muara Jambi sangat mempengaruhi struktur bangunan rumah yang dibangun berbentuk
panggung bertiang yang terbuat dari kayu. Rata-rata rumah penduduk dibangun
bertiang dengan jarak satu meter dari permukaan tanah. Selain untuk menghindari
dari gangguan dan serangan binatang buas dan berbisa. Pemukiman masyarakat
Muara Jambi bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang berada di daerah
pinggiran Sungai Batanghari. Pada umumnya pola perumahan masyarakat menghadap
kea rah sungai Batanghari, namun ada juga beberapa rumah yang tidak berada
ditepian sungai atau berada ditengah perkampungan menghadap ke arah jalan yang
melewati perkampungan rumah mereka. Penduduk Desa Muara Jambi saai ini
berjumlah 600 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut tidak semuanya memiliki
rumah tinggal dan menetap di desa. Ada beberapa keluarga baru yang terbentuk
(menikah) masih menumpang di rumah kepala keluarga lama. Kepala keluarga yang
tidak menetap di desa, umumnya menetap dan tinggal di umo atau kebun. Pada saat
musim behumo datang, para penduduk lebih banyak menetap di umo/pondok mereka
yang ada di ladang. Pada musim ini biasanya suasana di kampung saat sepi sekali
jika dibandingkan dengan kebun.
Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage,
UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jambi, 2009)
Sistem Mata Pencarian
Hubungan manusia dengan lingkungan yang mereka
tempati memiliki ikatan yang kuat dan saling mempengaruhi. Demikian juga dengan
kondisi alam dan masyarakat yang hidup di Desa Muara Jambi. Wilayah Desa Muara
Jambi yang dibelah oleh aliran sungai Batanghari merupakan sumber daya alam
yang sangat kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Selain hamparan dataran rendah yang subur
akibat kiriman Lumpur banjir sungai Batanghari. Sumber daya lainnya yang
dianugerahikan sungai Batanghari kepada masyarakat desa adalah kandungan ikan.
Sumber daya ini menjadi slah satu sumber mata pencaharian penduduk desa. Dengan
mengunakan peralatan menangkap ikan, seperti : tajur, pancing, jala dan lukah.
Kegiatan menangkap ikan dilakukan masyarakat pada waktu malam hari. Mata
pancaharian lainnya yang masih berhubungan dengan mata pencaharian adalah
pelayanan jasa transportasi. Sebelum adanya sarana jalan darat daerah ini,
satu-satunya sarana transportasi yang biasa diman faatkan untuk bisa mencapai
daerah ini adalah dengan mengunakan jasa transportasi sungai. Jasa ini menjadi
primadona dan mencapai kejayaannya sebelum hadirnya sarana jalan dan mulai
banyak masyarakat yang memiliki kendaraan sepeda motor.
Sekarang jasa ini digunakan sebagai sarana
penyeberangan dan digunakan untuk sarana transportasi wisata air, baik di
daerah aliran sungai yang ada di Desa Muara Jambi maupun membawa pengunjung
yang ingin menuju Desa Muara Jambi dengan menelusuri sungai Batanghari. Terkait
dengan sarana penyeberangan yang ada di Desa Muara Jambi, lokasi daerah
penyeberangan ini oleh masyarakat setempet disebut dengan nama pelayangan.
Keberadaan sarana penyeberangan ini merupakan badan usaha milik desa yang dikelolah
secara sarana penyeberangan ini. Setiap tahun di Desa Muara Jambi dilaksanakan
kegiatan lelang pengelola sarana penyeberangan ini.
Sebelumnya pada pelaksanaan lelang ini hanya
diikuti oleh masyarakat yang memiliki modal/dana. Namun dalam kurun waktu dua
tahun terakhir, cara ini dirubah menjadi lelang yang bisa diikuti oleh seluruh
masyarakat Desa Muara Jambi meskipun lelang memiliki dana untuk
memberikan kesempatan pada masyarakat agar memilki kesempatan yang sama untuk
dampak social dan memberikan peluang bagi masyarakat desa yang tergolong berada
dibawah garis kemiskinan. Jika pada saat acara lelang yang diselenggarakan
setiap tahunnya mereka mendapatkan keberuntungan untuk mengelola jasa
penyeberangan ini. Kesempatan ini merupakan peluang bagi mereka untuk
memperbaiki taraf kehidupan meraka kearah yang lebih baik. Diperkirakan
pengelola jasa penyeberangan ini bisa mendapatkan hasil kotor sebesar 3 juta
setiap bulannya setelah dikurangi setoran yang harus mereka bayar ke kas desa.
Sistem mata pencaharian utama penduduk Desa
Muara Jambi yang utama adalah dari kegiatan pertanian, baik berupa padi lading
maupun perkebunan seperti : Duren, Duku, Cokelat, Karet, Sawit dll. Pada saat
musim behumo , selain menunggui kebun meraka yang sedang berbuah (duren,duku).
Biasanya pada saat mereka juga melakukan aktifitas menanam jenis tanaman
kultikultura, seperti : tomat, cabe dll.
Selain mendapatkan penghasilan dari hasil
penjualan panen buah duren dan duku. Masyarakat juga memilki sumber mata
pencaharian tambahan dari pemanfaatan kebun yang ada disekitar perkarangan
rumah. Biasanya disekitar perkarangan rumah ini mereka tanami pohon pisang dan
tanaman apotik.
Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage,
UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jambi, 2009)
Demografi
Desa Muara Jambi merupakan daerah ayang menjadi
pusat dari pemerintahan adat dari Marga Maro Sebo. Marga Maro Sebo adalah
kelompok masyarakat yang merupakan penduduk asli yang telah menempati wilayah
ini dan berkembang hingga pada masa sekarang. Penyebaran masyarakat dari Marga
Maro Sebo pada saat ini berbentuk desa. Beberapa kampung asli itu antara lain:
Kunangan, Talang Duku, Tebat Palah, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, Dusun Mudo,
Sekumbung dan Muara Jambi.
Pada saat ini kehidupan masyarakat Desa Muara
Jambi tidak bisa lagi dikategorikan sebagai desa yang homogen. Dilihat dari
komposisi penduduk desa berdasarkan asal dan etnisnya, bukan hanya dari
penduduk asli Desa Muara Jambi, tetapi juga berasal dari etnis dan daerah lain,
yaitu: Jawa, Minang, Batak.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
pengolongan tingkat umur yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :1). Usia
anak-anak 0-15 tahun,2). usia produktif 16-50 tahun,3). Lanjut usia 51 tahun ke
atas. Data diatas dapat diketahui bahwa golongan usia poduktif merupakan jumlah
penduduk usi produktif ini tentunya memiliki dampak positif terhadap
perkembangan dan pertumbuhan, baik dalam bidang ekonomi, pembangunan dan bidang
lainnya. Sementara usia sekolah merupakan jumlah kelompok usia kedua terbanyak
di Muara Jambi.
Besarnya jumlah usia produktif di Muara Jambi
belum sebanding dengan sumber daya manusia yang ada. Hal ini dapat dilihat dari
tingkat pendidikan pendudukan Desa Muara Jambi yang umumnya menamatkan
pendidikan setingkat sekolah dasar. Berdasarkan data tingkat pendidikan Muara
Jambi , 50% dari jumlah penduduk Muara Jambi mengenyam pendidikan penduduk di
perguruan tinggi sekitar 6% dari jumlah keseluruhan penduduk Muara Jambi. Untuk
penjelasan lebih lengkap, melalui table berikut ini dapat deketahui gambaran
tingkat pendidkan penduduk Muara Jambi.
Tabel 2. Tingkat
Pendidikan
Penduduk Desa
Muara Jambi Tahun 2009
NO
|
Tingkat Pendidkan
|
|
Jumlah
|
1
|
Belum
Sekolah
|
|
260 jiwa
|
2
|
SD
|
|
1074 jiwa
|
3
|
SMP
|
|
401 jiwa
|
4
|
SMA
|
|
211 jiwa
|
5
|
Perguruan
Tinggi
|
|
63 jiwa
|
6
|
Tidak
Sekolah
|
|
100 jiwa
|
|
Total
|
|
2119 jiwa
|
|
|
|
|
Sumber : Data kependudukan Pemerintahan Desa Muara Jambi 2009
Kondisi perkembangan tingklat pendidikan
di daerah ini secara tidak langsung mempengaruhi juga jenis pekerjaan yang
dipilih oleh penduduk sebagai sumber mata pencaharian mereka. Selain pengaruh
tingkat pendidikan, pengaruh lingkungan alam juga turut mempengaruhi jenis
pekerjaan penduduk Muara Jambi yang umumnya memiliki mata pencaharian yang
umumnya petani. Berikut ini data jenis pekerjaan/mata pencaharian penduduk
Muara Jambi.
Tabel 3.Mata Pencaharian/Pekerjaan Penduduk Muara Jambi
NO
|
Jenis Pekerjaan
|
Jumlah
|
1
|
Belum
Kerja
|
256
|
2
|
Pelajar
|
469
|
3
|
URT
|
355
|
4
|
Buruh
|
37
|
5
|
Petani
|
509
|
6
|
Swasta
|
242
|
7
|
Honor
|
15
|
8
|
Tidak
Bekerja
|
184
|
9
|
PNS
|
52
|
|
Total
|
2119
|
Sumber : Data Kependudukan Pemerintahan Desa Muara Jambi 2009
Administratif Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Desa Muara Jambi
Desa Muara Jambi secara administrasi berada
dalam wilayah Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muara Jambi. Meskipun keberadaan
Situs Percandian Muarajambi ada di wilayah 7 desa, yaitu Desa Dusun Baru, Desa
Danau Lamo, Desa Muarajambi, Desa Kemingking Luar dan Desa Kemingking Dalam,
Desa Teluk Jambi, Desa Dusun Mudo. Namun wilayah percandian yang paling luas
ada di Desa Muara Jambi. Oleh karena itu secara garis besar gambaran masyarakat
di desa tempat keberadaan Situs Percandian Muarajambi bisa terlihat di Desa
Muara Jambi.
Pada masa sekarang secara administrasi
pemerintahan. Desa Muara Jambi ter bagi dua dusun, yaitu : Dusun Sungai
Melayu dan Dusun Danau Kelari. Kedua wilayah dusun ini dibagi atas 9 RT.
Wilayah RT 1 hingga RT 5 berada dalam wilayah Dusun Sungai Melayu sedangkan RT
6 sampai RT 9 berada dalam lingkungan Dusun Danau Kelari. Sedangkan secara adat
wilayah Muara Jambi digambarkan dalam Piagam Muara Jambi yang berbunyi :
“Dari Muara Selat menyeberang ke tanggo papan
Dari tango papan terus ke buluran bumban
Terus ke pinang rajo mengkuang
Berlayar menyeberang olak tahi besi
Dari sini langsung ke sungai seno (kedaton)
Langsung ke keliling
Langsung ke hilir
Sampai ke duren sekat
Langsung ke selat”
Dilihat dari jarak obtruasi Desa Muara Jambi
dengan Ibu Kota Provinsi Jambi dan Sengeti sebagai pusat pemerintahan Kabupaten
Muara Jambi, antara lain berjarak lebih kurang 40 kilometer dari Kota Jambi dan
30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muara Jambi. Untuk bisa sampai ke Desa
Muara Jambi dapat dilakukan dua alternatif, pertama
Melakukan perjalanan dengan menggunakan jalur
darat dan yang kedua adalah dengan menggunakan jalur sungai. Akses dengan
menggunakan jalur darat dapat ditempuh melalui dua arah dari Kota Jambi. Akses
jalan yang pertama dapat ditempuh dari Kota Jambi melalui jembatan Aur Duri dan
menempuh jalan yang menuju Desa Jambi Kecil yang menjadi pintu masuk ke Desa
Muara Jambi. Akses jalan kedua dari Jambi dapat ditempuh melalui jalan raya
yang melewati Pelabuhan Talang Duku hingga sampai ke Desa Muara Jambi dan jalan
raya ini berakhir di Desa Kemingking Dalam. Kekhasan jalur ini adalah adanya
boat penyeberangan yang menjadi alat penyeberangan bagi orang dan sepada motor
untuk menuju perkampungan Desa Muara Jambi.
Jalur akses yang kedua adalah memanfaatkan
jalur sungai. Jika melalui jalur sungai, lama perjalan lebih kurang 20 menit
dengan menggunakan speed boat. Sebelum adanya sarana jalan darat yang menuju ke
Desa Muara Jambi. Jalur sungai merupakan saran transportasi utama yang bisa
digunakan untuk bisa sampai di Desa Muara Jambi. Transportasi sungai lainnya,
antara lain ketek,perahu tradisional yang dilengkapi dengan mesin temple
sebagai tenaga pendorong. Sarana trasportasi ini masih dimanfaatkan sebagai
alat transportasi untuk jarak di daerah sepanjang Sungai Batanghari.
Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage,
UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jambi, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar