BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
mengajar menunjuk pada apa yang dilakukan guru sebagai pengajar.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan
manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Inilah makna pembelajaran sebagai suatu
proses. Interaksi guru dengan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran
memegang peranan yang penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Mengingat
kedudukan siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran, maka inti
proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Sebagaimana dalam hadist lain Rasulullah SAW Bersabda:
عَنْ اِبْنُ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا
فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَا اْلأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
وَمَنْ أَرَادَهُمَامَعًا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رواه أحمد)
Artinya:
Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw bersabda: siapa
yang ingin meraih kehidupan dunia dengan baik maka harus dengan ilmu, begitu
juga siapa yang ingin meraih kesuksesan di akhirat juga harus dengan ilmu, dan
siapa saja yang ingin meraih kedua-duanya, maka harus dengan ilmu (HR. Ahmad).[1]
Hadist di atas menjelaskan
bahwa ilmu adalah segala – galanya wajib di tuntut oleh kaum muslimin dan
muslimah, serta siapa saja yang ingin mencari kebahagiaan baik di dunia maupun
di akhirat karena kebahagiaan merupakan tujuan setiap manusia untuk menuju pada
kesempurnaan.
Dalam
pencapaian tujuan pembelajaran tersebut diperlukan metode yang tepat dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran tersebut, sebab setiap metode mengajar memiliki
kekuatan dan kelemahannya dilihat dari berbagai sudut. Namun, yang penting bagi
guru, metode mengajar manapun yang akan digunakan harus jelas dahulu dengan
tujuan yang akan dicapai, baik tujuan pembelajaran umum maupun tujuan
pembelajaran khusus, dalam mencapai tujuan. Sebagaimana firman Allah dalam Al
Qur’an yang berbunyi:
(#qä9$s% y7oY»ysö6ß w zNù=Ïæ !$uZs9 wÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇÌËÈ
Artinya “tidak ada pengetahuan
yang kami miliki kecuali yang engkau ajarkan kepada kami” (QS Al-Baqarah, 2 :
32)[2]
Di samping bertitik tolak dengan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam memilih metode pembelajaran perlu dipertimbangkan pula waktu,
sarana yang tersedia. Metode karya wisata misalnya sulit dilakukan setiap hari
karena memerlukan waktu yang cukup panjang, baik dalam tahap perencanaan maupun
pelaksanaannya. Pemilihan metode mengajar hendaknya diupayakan agar dapat
terwujud proses pembelajaran yang menantang dan bermakna serta banyak
melihatkan keaktifan siswa.
Madrasah Tsanawiyah Darul muttaqin merupakan lembaga
pendidikan Islam swasta yang sederajat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP). Pada waktu penulis mengadakan observasi awal atau prapenelitian penulis
melihat bahwa metode pembelajaran yang dipergunakan guru beraneka ragam, namun
demikian penggunaan metode Tanya jawab dalam pencapaian tujuan pembelajaran
belum terlihat jelas.
Seorang guru yang mengajar harus mampu untuk menerapkan
cara, teknik dan metode yang baik serta bervariasi dan saling menutupi
kelemahan metode yang satu dengan metode yang lain sehingga siswa akan tertarik
dan mudah untuk mengerti dan memahami pelajaran yang disajikan. Metode yang
tepat juga di tekankan di dalam Alquran surat An-Nahl 125 yaitu :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.(QS. An - Nahl :125) [3]
Dari latar belakang masalah di atas penulis ingin
mengadakan penelitian yang nantinya akan penulis tuangkan dalam bentuk sebuah
skripsi guna menyelesaikan studi dengan judul : " PROSES PENGGUNAAN
METODE TANYA JAWAB DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN
FIQH DI MADRASAH TSANAWIYAH DARUL MUTTAQIN DESA PELAYANG KECAMATAN TEBO TENGAH
KABUPATEN TEBO ".
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses pembelajaran di
Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang ?
2.
Faktor – faktor apa saja yang
menjadi penunjang dan penghambat metode tanya jawab pada mata pelajaran fiqh di
Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang ?
3.
Apa hasil yang dapat di capai
dalam penerapan metode Tanya jawab di MTs Darul Muttaqin Desa Pelayang ?
C.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a.
Untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang .
b.
Untuk mengetahui bagaimana
penggunaan metode-metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
c.
Untuk mengetahui faktor penunjang
dan penghambat dari penggunaan metode Tanya jawab pada mata pelajaran Fiqh dalam
pencapaian tujuan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Tarbiyah Darul Muttaqin
Desa Pelayang.
2.
Kegunaan Penelitian
a.
Ingin memberikan gambaran
bagaimana penggunaan metode yang efektif sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
b.
Ingin memberikan informasi kepada
pembaca bagaimana hambatan yang dialami oleh guru dalam penggunaan metode
pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
c.
Dapat bermanfaat bagi penulis
dalam mengembangkan penalaran dan pemikiran.
d.
Untuk persyaratan penulis dalam
menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) Tebo.
D.
Kerangka Teori
Sebagai landasan dalam penelitian ini diperlukan suatu
kajian yang bersifat teoritis dan ada relevansinya dengan permasalahan yang
akan diteliti sehingga akan terlihat antara realitas yang terlihat di lapangan
dengan kerangka teori yang penulis pergunakan sebagai berikut :
1.
Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam
kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen penting yang ada didalamnya,
sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara optimal.
Salah satu komponen yang sangat penting yaitu metode pembelajaran. Ditinjau
dari segi bahasa metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method, dan
dari bahasa Yunani yaitu methodos. Methodos berasal dari kata meta yang
berarti sesudah atau melampaui, dan hodos berarti cara atau jalan.
Secara istilah, metode yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.[4] Jadi dapat dipahami bahwa metode merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Selain
itu ditinjau dari segi bahasa dan istilah, secara umum metode diartikan sebagai
cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar
pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi
proses pembelajaran pada diri pembelajar.[5]
Sedangkan
menurut Kokom Komalasari metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.[6] Dari paparan tersebut dapat dipahami bahwasanya metode
pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata, dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada dalam rangka mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan.
Dengan metode pembelajaran tersebut diharapakan dapat memberikan suatu kegiatan
pembelajaran yang dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta tujuan
pembelajaranpun dapat tercapai secara optimal.
2.
Tinjauan Tentang Metode Tanya Jawab
Sebelumnya
telah diuraikan mengenai metode pelajaran fiqh. Sesuai dengan judul peneliti
terkait dengan metode tanya jawab dalam mata pelajaran fiqh, maka dalam hal ini
peniliti hanya akan membahas tentang metode tanya jawab.
a.
Hakikat Metode tanya Jawab
Metode tanya
jawab diadopsi dari metode yang digunakan oleh Socrates seorang filosuf Yunani
terkenal yang hidup pada masa sebelum Masehi. Socrates meyakini bahwa kebenaran
hakiki atau pengetahuan dapat ditemukan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan mendasar atau filosofis dengan benar. Oleh karena itu, bertanya
secara terprogaram disebut “Soctartic Model of Teaching” atau model mengajar
Socrates, atau model ini sering dikenal dengan istilah lain yaitu “interactive
teaching model”.[7] Dari paparan diatas terkait dengan filosofis metode tanya jawab,
adapun pengertian dari metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada
saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.[8] Hal ini dapat dipahami bahwasanya dalam metode tanya jawab ini
merupakan suatu metode yang dapat mengktifkan suatu kegiatan pembelajaran,
kerena dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung terjadi suatu komunikasi
yang sifatnya dua arah, sehingga menjadikan hubungan timbal balik diantara keduanya.
Adapun menurut Ibrahim terkait dengan metode tanya jawab, beliau mengemukakan
bahwa metode mengajar yang mengaktifkan siswa yang paling sederhana adalah
tanya jawab, tanya jawab dapat dilakukan secara klasikal maupun secara
kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Maka dari
itu jelaslah bahwasannya metode mengajar dengan tanya jawab dapat menciptakan
suatu interaksi dalam kegiatan belajar mengajar, serta dapat membuat suatu
kegiatan pembelajaran yang lebih hidup.
b.
Fungsi Metode Tanya jawab
Dalam kegiatan
pembelajaran penggunaan suatu metode pembelajaran tentunya juga mempunyai
beberapa fungsi. Begitu juga dengan metode tanya jawab. Dalam metode tanya
jawab ini dapat berfungsi informatif, eksploratif, direktif, dan atraktif.
Tanya jawab memiliki fungsi informatif jika melalui aktivitas Tanya jawab ini
dapat diperoleh sejumlah informasi yang dipelajarinya.Tanya jawab berfungsi
eksploratif karena melalui kegiatan tanya jawab ini dapat digali kuantitas dan
kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Metode tanya jawab
akan berfungsi direktif jika metode tersebut digunakan oleh guru dalam
mengarahkan siswa untuk memperhatikan apa yang dipelajarinya dan mengajak siswa
untuk lebih berkonsentrasi pada fokus yang dipelajarinya. Sementara, metode
tanya jawab akan berfungsi atraktif jika metode tersebut dimaksudkan untuk
menarik minat siswa untuk mengetahui lebih jauh dan lebih dalam tentang materi
yang dipelajari.[9]
c.
Langkah-Langkah Menggunakan Tanya jawab
Dalam
penggunaan suatu metode tentunya ada sistematika yang dapat digunakan untuk
mempergunakan metode tersebut. Adapun langkah langkah yang ditawarkan oleh
Gintings dalam pengguanaan metode Tanya adalah sebagai berikut:
a) Pelajari topik atau sub-topik yang akan dipelajari oleh siswa dan
buat catatan tentang aspek atau isu-isu utamanya.
b) Buat pertanyaan yang terkait dengan isu-isu utama dan catat dalam
RPP.
c) Sampaikan tujuan pembelajaran yang diikuti dengan ihktisar materi
dam diselingi dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan dengan sesuai
dengan isu atau aspek yang sedang disajikan
d) Tanggapi jawaban siswa lain untuk memberikan komentar atau
melengkapi jawaban siswa tersebut.
e) Buatlah rangkuman papan tulis yang berisi jawaban dari semua
pertanyaan yang telah dijawab siswa.
f) Berikan tugas lanjutan yang harus dikerjakan siswa untuk memperkaya
pemahamannya tentang topik yang sedang dibahas.[10]
d.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Metode Tanya Jawab
Metode tanya
jawab merupakan metode mengajar yang bisa dipergunakan guru di kelas maupun
diluar kelas. Maka, jika guru akan menggunakan metode ini, ada beberapa hal
yang selalu harus diperhatikan:
a. Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban
yang mungkin akan didengarnya dari murid atas suatu pertanyaan yang diajukan
olehnya.
b. Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang akan diajukan
dengan cermat.
c. Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat. Hal ini harus
diperhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan akan diajukan secara lisan.
d. Susunlah pertanyaan dalam bahasa yang mudah dipahami murid.
e. Guru harus mengarahkan pertanyaan kepada seluruh kelas.
f. Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan,
sehingga murid dapat merumuskan dengan sistemtis.
g. Tanya jawab harus dilaksanakan dalam suasan yang tenang dan bukan
dalam suasana tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat diantara
anak didik.
h. Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab
pertanyaan, dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera giliran diberikan
kepada murid yang lain.
i.
Usahakan
selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problema saja.
j.
Pertanyaan
harus dibedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan pertanyaan reproduksi
atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya yang fakta-fakta saja.[11]
e.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab
Dalam
penggunaan suatu metode pastinya terdapat suatu kelebihan yang dimilikinya, dan
dibalik kelibahan yang dimilki oleh suatu metode tentunya ada kelemahan yang
ada didalamnya. Dalam hal ini peneliti akan memaparkan beberapa hal terkait
dengan kelebihan dan kelemahan pada metode tanya jawab. Metode tanya jawab
beberapa kelebihan, antara lain ialah:
1. Memotivasi siswa untuk mempersiapkan diri dan mengikuti pembelajaran
secara aktif.
2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan memperkaya pemahaman
terhadap materi yang diajarkan. Dapat digunakan untuk menguji pengetahuan
factual siswa untuk berbagai tingkat kemampuan atau taxonomi untuk semua ranah
terutama ranah kognitif.
3. Dapat digunakan sebagai alat motivasi ektrinsik yang akan
meningkatkan semangat belajar siswa serta ketertarikannya terhadap materi yang
diajarkan.
4. Dapat digunakan untuk mengarahkan hasil belajar yang akan
diharapkan akan dicapai oleh siswa karena tanya jawab akan memfokuskan
perhatian siswa pada aspek tertentu materi pembelajaran.
Sedangkan menurut suwarna, kelebihan dari
metode tanya jawab, yaitu:
1.
Kelas
menjadi lebih hidup dan lebih aktif sebab siswa tidak hanya mendengarkan.
2.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang
belum dimengerti oleh siswa.
3.
Guru
dapat mengetahui sejauh mana siswa mengetahui atau memahami materi yang telah
diberikan.
Begitu
banyaknya metode yang ada tentunya metode mempunyai kelebihan dan
kelemahan, dan dari sekian banyaknya metode yang tersedia tidak ada
metode yang paling sempurna. Begitu juga dengan metode Tanya jawab,
dibalik kelebihan yang dimiliki terdapat beberapa kelamahan yang ada
didalamnya. Adapun kelemahan metode tanya jawab ada beberapa hal, yaitu:
a)
Kadang-kadang
pertanyaan menyimpang dari pokok pembicaraan.
b)
Memerlukan
waktu yang lebih lama.
c)
Materi
pelajaran yang telah ditentukan tidak selalu dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditetapkan.
d)
Terkadang
jawaban yang diberikan siswa belum tentu selalu benar bahkan mungkin
kadang-kadang dapat menyimpang dari persoalannya.[14]
3.
Pengertian Fiqih
Fiqih dalam arti tekstual dapat
diartikan pemahaman dan perilaku yang diambil dari agama.[15] Kajian dalam fiqih meliputi masalah Ubudiyah (persoalan-persoalan
ibadah), ahwal
al-sakhsiyah (keluarga), mu’amalah (masyarakat) dan, siyasah
(negara). Senada dengan pengertian di atas, Sumanto al-Qurtuby melihat fiqih
merupakan kajian ilmu Islam yang digunakan untuk mengambil tindakan hukum
terhadap sebuah kasus tertentu dengan mengacu pada ketentuan yang terdapat
dalam syariat Islam yang ada.[16] Dalam perkembangan selanjutnya fiqih mampu menginterpretasikan
teks-teks agama secara kontekstual. Dalam pengertian fiqih tersebut, maka dalam
konteks pembelajaran fiqih di sekolah adalah salah satu bagian pelajaran pokok
yang termasuk dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diberikan pada
siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Madrasah Aliyah (MA).
a. Pembelajaran Fiqih di MTs
Mata
pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata
pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way of
Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman
dan pembiasaan. Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Mts adalah salah satu mata
pelajaran yang Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari fikih
yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah atau SMP.
Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajarai, memperdalam serta
memperkaya kajian fikih yang baik menyangkut aspek iadah maupun muamalah yang
dilandasi oleh kaidah-kaidah fiqih maupun ushul fiqh.[17]
b. Tujuan Bidang Studi Fiqih
Fiqih
di MTs bertujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat mengetahui dan memahami
pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan
aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. Pembelajaran fiqih diarahkan
untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan
tata cara pelaksanaanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi
muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaffah
(sempurna)
Mata
pelajaran Fiqih di Madarasah Mts berfungsi untuk:
1. Penanaman
nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah Swt. sebagai
pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;
2. Penanaman
kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan
perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat;
3. Pembentukan
kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat;
4. Pengembangan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. serta akhlak mulia peserta didik
seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan
keluarga;
5. Pembangunan
mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Fiqih Islam;
6. Perbaikan
kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan
pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari;
7. Pembekalan
bagi peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
BAB II
PROSEDUR
PENELITIAN
B.
Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Darul
Muttaqin Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Sasaran dari
penelitian ini adalah penggunaan metode Tanya jawab yang dilaksanakan guru
dalam proses pembelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
C.
Jenis dan Sumber Data
1.
Jenis Data
Penyusunan skripsi ini ada dua jenis data yang diperlukan
antara lain ialah sebagai berikut :
a.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat pertama kalinya. Data tersebut menjadi data
sekunder kalau dipergunakan ornag yang tidak berhubungan langsung dengan
penelitian yang bersangkutan.[18]
Seperti data yang berkaitan dengan proses pembelajaran
di Madrasah Tsanawiyah Tarbiyah Islamiah Darul Muttaqin Desa Pelayang, penggunaan metode Tanya jawab di dalam pencapaian tujuan pembelajaran, dan faktor penghambat dalam penggunaan metode tersebut.
di Madrasah Tsanawiyah Tarbiyah Islamiah Darul Muttaqin Desa Pelayang, penggunaan metode Tanya jawab di dalam pencapaian tujuan pembelajaran, dan faktor penghambat dalam penggunaan metode tersebut.
b.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan
sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah,
koran, keterangan – keterangan atau publikasi lainnya.
Data sekunder seperti keadaan guru dengan siswa, serta
sarana dan prasarana yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa
Pelayang yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
2.
Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a.
Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Darul Muttaqin Desa Pelayang
b.
Para majelis guru yang mengajar di
Madrasah Darul Muttaqin Desa Pelayang
c.
Pada siswa/i Madrasah Tsanawiyah
Darul Muttaqin Desa Pelayang
D.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal konsep
“keterwakilan”. Contoh/sampel dalam rangka generasilisasi yang berlaku bagi
populasi.[19]
Subjek utama dalam penelitian skripsi ini adalah kepala
sekolah, guru dan siswa – siswa Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa
Pelayang peneliti menggunakan snow ball sampling (bola salju) adalah :
“…. Proses penyebaran sampel beranting yakni proses menyebarkan sampel yang
ibarat bola salju yang pada mulanya kecil kemudian semakin membesar dalam
proses bergulir menggelinding”.
E.
Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan
beberapa metode :
1.
Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan langsung dengan
sistematika mengenai fenomena – fenomena yang diselidiki.[20]
Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimanakah
pross pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin desa pelayang, dan
faktor penghambat dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran.
2.
Metode Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data melalui wawancara langsung
kepada responden melalui tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih,
berhadap – hadapan langsung secara fisik, saling melihat secara fisik dan
mendengar.
Metode ini penulis menggunakan untuk mendapatkan data tentang
bagaimana penggunaan metode di dalam pencapaian tujuan pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang.
3.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi ialah mencari data mengenai hal – hal atau
variabel berupa catatan – catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, agenda dan lain sebagainya.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
keadaan guru, siswa dan fasilitas yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darul
Muttaqin Desa Pelayang.
F.
Analisis Data
Analisis penelitian ini menggunakan data yang bersifat
kualitatif yang akan dianalisis dengan non statistik yaitu berupa uraian
kalimat yang dapat dipahami, analisis ini menggunakan pola pikir sebagai
berikut :
1.
Analisis Domain
Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran
atau pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang
tercakup dalam suatu fokus / pokok permasalahan yang tengah diteliti. Hasilnya
masih berupa pengetahuan atau pengertian tingkat permukaan tentang sebagai
domain atau kategori – kategori konseptual (kategori simbolis yang mencakup dan
mewadahi sejumlah kategori simbolis lain secara tertentu), domain atau kategori
simbolis tersebut memiliki makna / pengertian yang lebih luas dari kategori
yang dilakukannya.[21]
Analisis ini penulis gunakan untuk menjelaskan tentang
penggunaan metode Tanya jawab dalam pencapaian tujuan pembelajaran, dan
hambatan digunakan metode tersebut guna tercapainya tujuan pembelajaran.
2.
Analisis Taksonomi
Analisis lanjutan yang lebih rinci dan mendalam, yang
terfokus kepada masalah – masalah atau domain tertentu. Penelitian ditetapkan
terbatas pada domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan
atau menjelaskan fenomena – fenomena yang menjadi semua sasaran peneliti.
Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data secara
terperinci tentang penggunaan metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran guna
tercapainya pembelajaran yang diharapkan.
3.
Analisis Komponensial
Analisis komponensial ini juga dilakukan setelah peneliti
memiliki cukup banyak fakta / informasi dari hasil wawancara dan observasi yang
melacak kontras – kontras tersebut oleh peneliti dipikirkan atau dicarikan dimensi
– dimensi yang mewadahinya.
Teknik analisis ini penulis gunakan setelah penulis
menggunakan analisis – analisis domain yang merupakan jawaban yang paling
domain yakni mengenai penggunaan metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
G.
Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.[22] jadi
dalam hal ini mengecek data yang diperolehya di lapangan berkenaan dengan
penelitian ini. Ada empat macam triangulasi yaitu dengan menggunakan sumber,
metode, penyidik dan teori. Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi
dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif.
Hal ini dapat dicapai dengan jalan :
Hal ini dapat dicapai dengan jalan :
1.
Membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara.
2.
Membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3.
Membandingkan apa yang dikatakan
orang – orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu.
4.
Membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
5.
Membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Triangulasi metode menurut Moleong adalah : Pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data
atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seseorang analis dengan analis
lainnya. Sedangkan, triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara induktif dan secara logika.
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka
dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data – data yang diperoleh di
lapangan tentang Penggunaan Metode Tanya jawab pada mata pelajaran fiqh Dalam
Pencapaian Tujuan Pembelajaran Di Madrasah Tsanawiyah Pondok pesantren Darul
Muttaqin Desa Pelayang.
BAB III
GAMBARAN UMUM UMUM
LOKASI PENELITIAN
A.
Sejarah Pondok pesantren Darul
Muttaqin Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo
Pendidikan pondok pesantren Darul Muttaqin berawal di
rumah kediaman bapak KH Ilyas Rauf dengan jumlah anak didik sebanyak 21 orang
yang berlansung selama tiga tahun yaitu mulai dari 1985 sampai dengan 1988
melihat perkembangan jumlah nak didik semakin banyak dan daya tamping rumah
sewmakin terbatas, maka di pindahkan ke Mushola Al-iklas sumber sari RT 03 RW
02 kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo proses
pelaksanaan pendidikan di laksanakan selama enam tahun (1987-1993). Pelaksanaan
pendidikan di sini dengan menrepakan kurikulum Madrasah Ibtidaiyah dan di
gabung dengan kurikulum pesantren yang di laksanakan di Mushola Al-Iklas. Di Mushola
Al-Iklas tersebut terbentuknya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda. Nurul Huda di
ambil dari putri bapak KH Ilyas Rauf yang telah berpulang kerahmatullah.[23]
Mengingat dan melihat antusias masayarakat memasukkan
anaknya kemadrasah ibtidaiyah sedangkan daya tamping sangat terbatas maka bapak
kh ilyas rauf mengundang took masyarakat untuk membangun ruang kelas baru
sebanyak tiga local, kemudian pada 1994 panitia membangun madrasah ibtidaiyah
mendapat bantuan dana sebesar Rp. 12.000.000, uang tersebut diperguanakan
untuk renovasi madrasah serta melengakapi sarana dan prasarana belajar.[24]
Melihat pesatnya kemajuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah
pada waktu itu maka bapak KH Ilyas Rauf mengundang tokoh masarakat untuk
memebentuk yayasan pondok pesantren Darul Muttaqin dan bertempat tinggal di
Sumber Sari RT 03 RW 02 kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten
Tebo. Maka di sepakati pondok pesantren Darul Muttaqin yang masih memakai
gedung Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1994, mengingat lokasi pondok pesanteren
Darul Muttaqin terlalu sempit yang berukuran 2 tumbuk tidak memadai untuk di
jadikan sebuah yayasan, maka di tambah lokasi di desa Sungai Alai berupa tanah
wakaf seluas 2 hektar dari penduduk setempat, maka di bangun lah ruang kelas
baru sebanyak 3 lokal dan di sertai asrama yang terdiri dari 3 pintu pada tahun
1995.[25]
Mengingat antusias masyarakat kurang merespon keberadaan
pondok pesantren Darul Muttaqin maka pengurus yayasan mengadakan musyawarah
untuk membicarakan keberlangsungan serta perkembangan pondok pesantren Darul
Muttaqin kedepannya. Berdasarkan hasil musyawarah memutuskan untuk menambah
lokasi baru yaitu beralamat Km 19 jalan lintas Tebo-Jambi Desa Pelayang
Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Lokasi pondok pesantren Darul Muttaqin
adalah wakaf salah seorang warga yang bernama Bapak Yusuf bin Ramli seluas 4
hertar pada tahun 2003. Maka di bangun lah ruang perpustakaan 1 unit. Bangunan
tersebut merupakan bantuan dari KAKANWIL agama Propinsi Jambi. Dengan demikian
beroperasilah MTs Darul Muttaqin Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten
Tebo, sehingga berkembang sampai saat ini yang mana telah didirikan juga
Madrasah Aliyah Darul Muttaqin.[26]
Berbicara sarana dan prasarana pondok pesantren Darul
Muttaqin yang menunjang proses belajar mengajar yaitu terdiri dari 6 ruang
belajar yang terdiri dari 3 ruang untuk tingkat MTs dan 3 ruang lagi untuk
tingkat Madrasah Aliyah pondok pesantren Darul Muttaqin. Asrama santri yang
terdiri dari 3 pintu 1 unit Mushola sehingga lokasi pondok pesantren Darul
Muttaqin di Desa sangat tepat dan strategis. Selain itu pimpinan yayasan pondok
pesantren Darul Muttaqin yakin bahwa pondok pesantren Darul Muttaqin akan maju
dan berkembang apabila di tunjang perekonomian yang tepat, serta kerja sama
yang baik semua komponen yang ada di yayasan pondok pesantren Darul Muttaqin
dan kerja sama dengan orang tua juga sangat di butuh kan.[27]
Pondok pesantren Darul Muttaqin memiliki visi dan misi. Adapaun visi dari
pondok pesantren Darul Muttaqin adalah berkualitas dalam ilmu pengetahuan
berdasarkan keimanan, ketaqwaan, persatuan, kebersamaan serta berahlak mulia.
Sedangkan misi dari pondok pesantren darul muttaqin sebagai berikut :
- Membakali kemampuan peserta didik untuk berkonvetitif dalam melanjutkan pendidikan lanjutan.
- Meningkatkan pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan optimal sehingga peserta didik berkembang sesuai dengan potensi yang di miliki.
- Meningkatkan daya kreasi dan inovasi dalam membangun kemampuan dasar.
- Meninggkatkan kemampuan siswa dalam berorganisasi, olahraga dan seni budaya.
- Membutukan penghayatan terhadap ajaran agama islam dan budaya bangsa.
- Menciptakan rasa kebersamaan yang di landasi iman dan taqwa (IMTAQ).[28]
Kemudian pondok pesantren Darul Muttaqin menetapkan peraturan atau tata tertib
bagi santriwan dan santriwati serta guru yang harus di patuhi dan di
laksanakan. Bagi para santriwan dan santriwati yang melanggar tata tertib
tersebut maka di berikan sanksi atau hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Tata tertib tersebut adalah sebagai berikut :
- Santri berpakaian muslim dan muslimat
- Santri wajib mengukiti sholat lima waktu berjama’ah di Mushola pondok pesantren Darul Muttaqin.
- Santri wajib mengikuti semua pelajaran yang di laksanakan di pondok pesantren Darul Muttaqin.
- Santri tidak di benarkan menganggu teman, seperti: mengompas, menganiaya, mengacam dan berkelahi.
- Santri tidak di benarkan melakukan pergaulan bebas atau berpacaran di dalam pondok pesantren Darul Muttaqin.
- Santri wajib melapor kepada pimpinan atau majlis guru, keamanan apabila pulang kampung maupun setelah pulang dari kampung.
- Santri wajib membawa surat keterangan izin dari pondok pesantren Darul Muttaqin apabila pulang kampung.
- Santri tidak di benarkan membawah senjata tajam ke dalam lingkungan pondok pesantren Darul Muttaqin.
- Santri tidak di benarkan beolahraga lewat pukul 5 sore dan di larang membawa teman yang bukan santri pondok pesantren Darul Muttaqin.
- Santri tidak di benarkan keluar dari lingkungan pondok pesantren Darul Muttaqin tampa izin dan duduk di pinggir pagar ketika KBM sedang berlangsung.
- Sabtri tidak di benarkan menonton televisi lewat dari pukul 9 malam.
- Santri di larang merusak sarana pondok pesantren Darul Muttaqin baik fisik maupun non fisik.
- Santri tidak di benarkan terlambat dalam membayar SPP.
- Santri di larang berkumpul di gapura pintu masuk pondok pesantren Darul Muttaqin.
- Santri tidak di benrakan pulang kampung apabila tidak libur sekolah.
- Santri tidak di benarkan pulang pergi dari kampung dalam mengikuti KBM tampa persetujauan pondok pesantren Darul Muttaqin.
- Majlis guru tidak bertugas 3 kali pertemuan akan di periksa pihak yayasan dan di potong gaji.
- Keamanan bertugas:
1.
Memerintahakan santri untuk
melaksakan sholat lima waktu serta mengikuti KBM.
2.
Menjaga keamanan di lingkungan
pondok pesantren Darul Muttaqin siang dan malam hari 24 jam.
3.
Mengunci pintu pagar pondok
pesantren Darul Muttaqin setiap pukul 9 malam dan saat KBM sedang berlangsung.
4.
Melaporkan semua persoalan yang
menyangkut kepentingan pondok pesantren darul muttaqin.[29]
B.
STRUKTUR ORGANISASI
Organisasi merupakan aktivasi menyusun dan membentuk
hubungan kerjasama antara sesama manusia, sehingga terwujud suatu kesatuan
usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan. Di dalam suatu
organisasi terdapat pembagiuan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara
terperinci menurut biudang-bidang dan bagian-bagian, sehingga tercipta adanya
hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menurut pencapaian tujuan yang
telah di tetapkan.
Tabel I
Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Tahun Ajaran 2015-2016
Desa Pelayang Kabupaten Tebo




![]() |


ANANGCIK, S.Pd BENDAHARA

HALAWATI, S.Pd.I
![]() |



WALI KELAS I WALI KELAS II WALI KELAS III
WIZARTI, S.Pd ZULFADLIANTI, S.Pd HERMANSYAH, SP
Sumber :
Document Pondok Pesantren Darul Muttaqin tahun 2015
C. Keadaan Guru dan Murid
- Kedaan Guru
Guru yang baik ialah guru yang memeberikan pelajaran kepada
siswa secara efektif dan epesien. Senantiasa membuat rencana pembelajaran, baik
jangka pendek maupun jangka panjang serta berusaha untuk menanamkan, memupuk
dan mengembangkan sikaf cinta kepada pelajaran serta memberi semangat dalam
proses pembelajaran.
Peranan guru sebagai tenaga pengajar atau mendidik sangatlah
penting di dalam memupuk minat dan menumbuhkan semngat siswa dalam pemberian
bekal ilmu pengetahuan melalui pembelajaran. Keberhasisalan dalam setiap bidang
studi tentunya di dukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi
pelajaran.
Guru yang ada pada Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa
Pelayang ada guru yang tidak tetap (tenaga honorer), setiap guru yangt mengajar
di Madrasah ini mengusai propesinya masing-masing dan pembagian jam mengajar
serta bidang study yang akan di ajarkan telah di atur oleh kepala sekolah
sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Adapun
tenaga pengajar (guru) yang terdapat di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa
Pelayang adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Keadaan Guru
Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Desa Pelayang
Tahun Ajaran
2015-2016
NO
|
NAMA
|
PENDIDIKAN
|
GURU BIDANG STUDY
|
1
|
Drs. Tarmizi, MM
|
S1 IAIN STS Jambi
|
IPS
|
2
|
A. Khusairi, S.Ag
|
S1 IAIN STS Jambi
|
Fiqih
|
3
|
Anangcik, S.Pd
|
S1 STIT Bangko
|
PPKN
|
4
|
Halawati, S.Pd.I
|
S1 STIT Rimbo Bujang
|
B. Arab
|
5
|
Zulfadli, S.Hi
|
S1 IAIN Padang
|
SKI
|
6
|
Zainatun, S.Pd.I
|
S1 STIT Tebo
|
Matematika
|
7
|
Zainur, S.Pd.I
|
S1 STIT Tebo
|
Akidah Ahlak
|
8
|
Masrifatul laila,S.Ag
|
S1 IAIN STS Jambi
|
AL-Quran Hadist
|
9
|
Nurhaiyanis, S.Pd
|
S1 UNAN Padang
|
B. Inggris
|
10
|
|
|
IPA
|
11
|
Widmaita, SE
|
S1 UNJA Jambi
|
Geografi
|
12
|
Rismawati
|
S1 IAIN STS Jambi
|
KTK
|
13
|
|
|
B. Indonesia
|
14
|
|
|
Kesenian
|
15
|
|
|
Penjaskes
|
16
|
Hermansyah, S.Pt
|
S1 USU Medan
|
TIK
|
17
|
Edi riyadi
|
S1 STIT Tebo
|
Fisika
|
18
|
Sarbaini, S.Pd.I
|
S1 STIT Tebo
|
Ekonomi
|
Sumber
: Document Pondok pesantren Darul Muttaqin Tahun 2015
- Keadaan Siswa
Di dalam pendidikan ada beberapa faktor yang menunjang dalam
kegiatan proses pembelajaran. Salah satu di antranya factor peserta didik
(siswa). Mereka merupakan bagian yang tidak dapat di abaikan dalam proses
pembelajaran karna tampa peserta didik pendidikan tidak akan dapat berlangsung
dengan baik dan benar.
Untuk lebih jelasnya jumlah siswa yang terdapat pada Madrasah
Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang dalam di lihat pada tabel di bawah
berikut ini :
Table
3. Keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Darul
Muttaqin Desa
Pelayang Tahun Ajaran 2015-2016
No
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah Semua
|
|
Lk
|
Pr
|
|||
1
|
I
|
3
|
4
|
7
|
2
|
II
|
6
|
5
|
11
|
3
|
III
|
8
|
1
|
9
|
Jumlah
|
27
|
Sumber
: Documentasi Mts Darul Muttaqin tahun 2015
Dari
tabel di atas, dapat di ketahuai bahwa jumlah siswa yang ada di Madrasah
Tsanawiyah Darul Muttaqin berjumlah 27 siswa yang terdiri dari kelas 1 sebanyak
7 siswa, kelas II sebanyak 11 siswa, kelas III sebanyak 9 siswa.
A.
Keadaan Sarana dan Prasarana
Untuk menjalankan proses pembelajran di suatu sekolah,
tentu tidak terlepas dari kebutuhan sarana dan prasarana. Hal ini sangat
penting bagi kesuksesan proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu sarana
dan prasarana mutlak di butuhkan oleh lembaga pendidikan. Begitu pula di
Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang juga di lengkapi sarana
walaupun tidak selengkap sarana yang di miliki sarana tingkat atas.
Untuk lebuih jelasnya keadaan sarana dan prasarana yang
terdapat pada Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang dapat di lihat
pada table berikutr ini:
Tabel 4. Keadaan
Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Desa Pelayang Tahun Ajaran 2015-2016
NO
|
URAIAN
|
JUMLAH
|
KETERANGAN
|
1
|
2
|
3
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
|
Ruang kepala madrasah
Ruang guru
Ruang kelas
Papan tulis
Ruang osis
Meja
Kursi
Asrama
Mushola
Perpustakaan
Perumahan guru
Poskantren(pusat kesehatan pesantren)
Kantin
Wc
Computer
Printer
Lapangan bola kaki
Lapangan bola volley
Lapangan sepak takrau
Sound system
Televise
Mesin rumput
Lemari
Jam dinding
Kipas angin
Listrik
Air bersih
|
1 ruangan
1 ruangan
6 ruangan
6 unit
1 ruangan
80 unit
100 unit
3 ruangan
1 ruangan
1 ruangan
1 ruangan
1 ruangan
1 ruangan
2 unit
2 unit
1 unit
1
1
1
3 unit
1 unit
1 unit
3 unit
3 unit
2 unit
1300 kwh
1 unit
|
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
5 rusak
Baik
Baik
Baik
Rusak
Baik
Baik
1 rusak
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
5 rusak
Baik
Baik
Baik
Baik
|
Sumber
: Documentasi Mts Darul Muttaqin Tahun 2015
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Proses Pengguanaan Metode
Pembelajaran Di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan mempunyai
pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Baik itu individu,
masyarakat maupun bernegara. Karena melalui pendidikan seorang akan dapat lebih
dewasa dalam berpikir, bahkan seseorang maupun sekelompok masyarakat atau
bangsa itu sendiri baru dapat dikatakan maju apabila pendidikan sudah maju, hal
ini sudah merupakan kenyataan bahwa mundurnya suatu bangsa akan ditentukan oleh
mutu pendidikan.
Proses pembelajaran bukanlah merupakan masalah yang
mudah untuk dipecahkan apalagi bagi kita bangsa Indonesia bahwa untuk mencapai
suatu kesepakatan tentang perundang – undangan pendidikan itu sendiri selalu
mengalami perubahan. Semua adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk pendidikan yang baik.
Usaha untuk mencapai proses pembelajaran tidak terlepas
dan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pendidikan itu sendiri karena
faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, di samping
faktor itu diperlukan sarana dan prasarana yang memadai seperti yang tercantum
pada bab sebelumnya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
pada bab sebelumnya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Proses pembelajaran adalah suatu kegiatan antara guru
dengan murid untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan di
dalam pelaksanaan proses pembelajaran tersebut sangat tergantung pada kemampuan
dan peranan guru dalam mengajar atau menyampaikan materi kepada anak didiknya
dengan menggunakan metode yang tepat, sesuai dengan materi yang diajarkan,
menggunakan alat bantu atau alat peraga yang cukup dan mengadakan evaluasi.
Khusairi, S.Ag, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah darul
muttaqin mengatakan :
“Secara praktis di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran haruslah mencakup adanya tujuan, materi atau
bahan pelajaran yang disajikan, pemakaian metode yang cocok dengan materi
pelajaran, adanya alat bantu atau alat peraga serta adanya penilaian dan
evaluasi setelah pelaksanaan proses pembelajaran diadakan”.[30]
- Tujuan
Masalah tujuan pelaksanaan Pendidikan Agama di Madrasah
Tsanawiyah darul muttaqin berpedoman kepada Garis – Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP ini sudah termuat beberapa komponen pembelajaran
seperti tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, bahan pengajaran,
metode yang digunakan, alat atau media dan evaluasi. Jadi guru haya memindahkannya
ke Program Satuan Pembelajaran (PSP). Sebagaimana dari obervasi penulis di
kelas I dan II penulis melihat bahwa untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang
sudah dirumuskan selalu berpedoman kepada Garis – Garis Program Pengajaran
(GBPP), jadi dalam mengajar guru tersebut selalu menjelaskan dan menjabarkan
bahan pelajaran yang terdapat dalam GBPP tersebut.[31]
Berikut wawancara penulis dengan beberapa orang guru yang
mengajar di Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin sebagai berikut :
Bapak M. Yusuf mengatakan :
"Mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran kami
berpedoman kepada GBPP dan kurikulum yang masih berlaku ialah tujuan
pelaksanaan proses pembelajaran adalah untuk mendewasakan anak didik, yakni
anak didik tersebut harus dapat dan mengerti dari apa yang disamakan oleh guru
kepadanya serta dapat bermanfaat dalam kehidupannya sehari – hari".[32]
Kemudian Ibu
Rismawati mengatakan :
"Tujuan dari pelaksanaan proses pembelajaran adalah untuk
menyampaikan materi atau bahan pelajaran kepada anak didik berupa ilmu
pengetahuan dengan berpedoman kepada kurikulum yang ada, ini dilakukan sebagai
upaya untuk mencerdaskan anak didik supaya dapat mencapai kedewasaan
kepribadian. Dan secara bersama dengan masyarakat luas dapat mengamalkan ilmu yang
dimiliknya".[33]
Apa yang dikatakan oleh Ibu Mei Andriani di atas menunjukkan
bahwa dalam guru yang diberikan wewenang untuk menyampaikan materi pelajaran
baik pendidikan agama maupun pendidikan umum di Madrasah Tsanawiyah Darul
Muttaqin, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak terlepas dari tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai baik tujuan pembelajaran umum maupun tujuan
pembelajaran khusus.
- Materi atau Bahan
Dari observasi penulis di kelas II dan kelas III, penulis
melihat bahwa cara guru menyampaikan materi pelajaran di kelas selalu
berpedoman kepada GBPP dan Rencana Pelaksanaan Program (RPP) yang sudah
dirumuskan yaitu dari tingkat pengetahuan yang lebih mudah sampai ke tingkat
pemahaman.[34]
Untuk lebih jelasnya mengenai materi atau bahan pelajaran
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin, Bapak Latif, S.Pd mengemukakan :
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin, Bapak Latif, S.Pd mengemukakan :
"Dalam hal materi dan bahan pelajaran kami tetap mengacu kepada
kurikulum yang ada yaitu kurikulum KTSP, baik kurikulum pendidikan agama maupun
kurikulum pendidikan umum, untuk itulah setiap guru bidang studi kami berikan
bukan pegangan berupa buku bahan dasar petunjuk pelaksanaan tugas guru yang
diterbitkan oleh Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Agama
Islam".[35]
Kemudian Ibu misnawati mengatakan :
“Mengenai materi atau bahan pelajaran yang kami ajaran kepada siswa
dengan petunjuk yang berlaku, tidak menyimpang kurikulum dan tujuan yang ingin
diharapkan yakni anak siswa dapat memahami, dapat mengerti, serta dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari – hari".[36]
Wawancara tersebut menunjukkan bahwa mengenai materi atau
bahan pendidikan agama yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
haruslah berpedoman kepada GBPP dan kurikulum yang masih berlaku dengan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
- Alat atau Media Yang Dicapai
Adapun alat atau media yang dipakai dalam proses pembelajaran
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin meliputi media klasikal, seperti : papan tulis, spidol, buku paket, dan lain – lain, dan media bantu seperti peta dunia dan gambar wudhu dan shalat, serta alat – alat untuk olahraga seperti lempar lembing, lempar cakram, bola basket, bola voly, dan lain – lain.
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin meliputi media klasikal, seperti : papan tulis, spidol, buku paket, dan lain – lain, dan media bantu seperti peta dunia dan gambar wudhu dan shalat, serta alat – alat untuk olahraga seperti lempar lembing, lempar cakram, bola basket, bola voly, dan lain – lain.
Melihat keberadaan media atau alat tersebut sekali dalam
proses pembelajaran sebagaimana observasi penulis di kelas II dan III berikut
ini :
Pada waktu penulis observasi di kelas II dan kelas III
tersebut, penulis melihat bahwa cara guru mempergunakan media atau alat praga
dalam proses pembelajaran tersebut dengan cara mempraktekkan dan
mendemonstrasikan alat tersebut sehingga siswa akan lebih mudah untuk mengerti
dan memahami materi yang diajarkan tersebut, yang disesuaikan dengan materi dan
tujuan pembelajaran yang diinginkan.[37]
Ibu Evi Yarnis, mengatakan :
“Dalam proses pembelajaran tentu tidak terlepas dari alat peraga, guna
membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa supaya lebih
cepat dimengerti dan dipahami, karena dengan adanya alat tersebut dapat
berlangsung di peragakan atau dilihat contohnya".[38]
Kemudian Ibu Darnawati mengatakan :
“Alat peraga atau alat bantu dalam kegiatan proses pembelajaran sangatlah
membantu kami sebagai guru dalam menjelaskan atau mendemonstrasikan materi
pelajaran kepada siswa, karena dengan adanya alat peraga tersebut siswa akan
lebih mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disajikan".[39]
Kemudian salah seorang siswa kelas II Halimah, mengatakan :
“Kalau guru mengajar dengan menggunakan alat peraga atau alat bantu, kami
akan lebih mudah untuk mengerti dan memahami materi pelajaran yang diajarkan
oleh guru tersebut, contohnya pada saat mata pelajaran penjas dengan materi
lempar lembing dan cakram, kami lebih mudah bagaimana cara melempar lembing dan
cakram yang baik".[40]
Dengan demikian jelaslah bahwa alat atau media yang digunakan
dalam proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin sangatlah
membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
- Metode
Dalam proses pembelajaran baik bidang studi agama maupun
bidang studi umum faktor yang sangat dominant sekali yang menjadi sorotan
adalah dari segi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut,
karena sukses tidaknya proses pembelajaran tersebut terletak pada penguasaan
guru terhadap materi yang disajikan dan metode yang digunakan.
Dari observasi penulis di kelas, penulis melihat bahwa metode
yang dipakai yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin selalu, tanya
jawab, dan metode pembagian tugas baik tugas kelompok maupun tugas individu,
kadang kala tugas tersebut dikerjakan di sekolah dan di rumah.[41]
Ibu Fatmawati mengatakan :
“Adapun metode yang kami pergunakan dalam proses pembelajaran tidak
mengacu pada satu metode saja, tergantung pada materi dan tujuan yang ingin
dicapai dalam proses pembelajaran tersebut, sebab setiap metode mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Untuk menutupi suatu metode maka digunakan metode yang
lain”.[42]
Kemudian Bapak Rino Isnain, juga mengatakan :
"Metode yang kami pergunakan dalam proses pembelajaran selalu
bervariasi sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai
di antara metode tersebut ialah demonstrasi, tanya jawab, dan gramatika.[43]
di antara metode tersebut ialah demonstrasi, tanya jawab, dan gramatika.[43]
Kemudian nurhaiyanis, S.Pd, juga mengatakan :
“Dalam proses pembelajaran sehari – hari terlebih dahulu kami memberikan
catatan yang penting kepada siswa mengenai materi yang diajarkan, kemudian kami
menjelaskan secara klasikal, setelah itu barulah diadakan tanya jawab. Pada
waktu tertentu untuk siswa kelas III sering diadakan diskusi".[44]
Jadi, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
di Madrasah Darul Muttaqin tidaklah menggunakan satu metode saja akan tetapi menggunakan beraneka ragam atau bermacam – macam metode sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah disiapkan.
di Madrasah Darul Muttaqin tidaklah menggunakan satu metode saja akan tetapi menggunakan beraneka ragam atau bermacam – macam metode sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah disiapkan.
- Evaluasi
a.
Jenis Evaluasi
Dari observasi penulis di dalam kelas, penulis melihat
bahwa setiap akan memulai menyampaikan materi pelajaran, guru selalu memberikan
pretest tentang materi pelajaran yang sudah diajarkan dan materi pelajaran
berakhir proses pembelajaran tersebut guru selalu mengadakan evaluasi lisan,
tulisan, dan perbuatan.[45]
Hasil observasi di atas menunjukkan bahwa jenis
evaluasi atau alat penilaian yang dipergunakan dalam proses pelaksanaan
pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah evaluasi formatif dan
sumatif, berikut wawancara penulis dengan beberapa orang majelis guru yang
mengajar di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin berikut ini :
Menurut Ibu Fatmawati, mengatakan :
"Penilaian yang dipakai di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ini
memakai penilaian formatif, sumatif dan nilai akhir atau nilai raport. Untuk
menentukan nilai akhir tersebut dengan cara dengan menggabungkan nilai harian
atau formatif dengan nilai sumatif kemudian di bagi dua untuk menjadi raport
atau prestasi siswa".[46]
Kemudian Bapak Ajidan, S.Pd.I, mengatakan :
"Evaluasi yang kami pergunakan dalam proses pembelajaran adalah
evaluasi formatif dan evaluasi suamtif, dengan cara memberikan pertanyaan –
pertanyaan pada akhir pelajaran baik lisan, tulisan, maupun perbuatan, kemudian
nilai tersebut kami rekap untuk dipertimbangkan padanilai sumatif atau nilai
pada buku raport siswa".[47]
b.
Alat Evaluasi
Alat penilaian atau alat evaluasi yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah melalui
test yang meliputi test lisan, test tulisan, test perbuatan, dan test ucapan.
Yang mana guru selalu memberikan beberapa pertanyaan pada akhir proses
pembelajaran baik lisan maupun tulisan, dan siswa sering juga disuruh
mempraktekkan gerakan – gerakan shalat, berwudhu. Dan tayamum serta praktek
ucapan atau bacaan yang bila sedang belajar Al-Qur'an Hadits, Bahasa Arab dan
dan Bahasa Igriris. Berikut wawancara penulis dengan beerapa majelis guru
tentang alat evaluasi tersebut.
Kemudian Ibu
Mariam mengatakan :
"Alat evaluasi yang sering saya gunakan ialah teknik test dengan
cara apabila setelah saya menjelaskan dan mendemonstrasikan materi
pelajaran yang saya ajarkan saya selalu memberikan pertanyaan kepada para siswa
baik lisan maupun tulisan. Apabila materi yang saya ajarkan itu memakai gerakan
saya menyuruh para siswa untuk mempraktekkan gerakan tersebut".[48]
Kemudian salah seorang siswa kelas III Adi, mengatakan
:
"Apabila proses pembelajaran akan berakhir kami selalu diberi
pertanyaan oleh guru yang bersangkutan tentang materi yang diajarkan, apabila
kami waktu tidak mencukupi maka guru memberikan pekerjaan rumah (RP) dan kami
sering disuruh mempraktekkan gerakan – gerakan berwudlu, shalat, serta ucapan –
ucapan kalau lagi bahasa Arab, bahasa Inggris, dan Al-Qu'an Hadits".[49]
Jadi alat penilaian atau evaluasi proses pembelajaran
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah melalui test yang meliputi test
lisan, test tulisan, test perbuatan dan ucapan.
- Penerapan Metode Tanya Jawab Pada Pembelajaran fiqh
Penelitian
ini dilaksanakan di kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 11 siswa pada
materi fiqh. Dengan penerapan metode tanya jawab ini siswa dilatih untuk
mengembangkan kemampuannya dalam menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya. Serta dalam proses pembelajaran siswa di tuntun belajar
secara aktif dengan menyampaikan pendapat ataupun pertanyaan. Adapun
menurut Ibrahim terkait dengan metode tanya jawab, beliau mengemukakan
bahwa metode mengajar yang mengaktifkan siswa yang paling sederhana
adalah Tanya jawab, tanya jawab dapat dilakukan secara klasikal maupun
secara kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan
siswa.[50] Maka
kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab ini merupakan suatu kegiatan
pembelajaran dengan melakukan komunikasi secara langsung, baik yang
dilakukan antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa sehingga
kegiatan yang dilaksanakan dapat mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran.
Tahapan
awal yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian dengan
metode tanya jawab adalah melakukan identifikasi dan klarifikasi terhadap
persoalan yang terjadi, membuat hipotesis, mengumpulkan data dari hasil
wawancara dan dari pengadaan pre test yang dilakukan peneliti untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi, menganalisis
data berdasarkan hasil dari pengumpulan data, dan mengambil keputusan
dari analisis data sehingga dari keputusan tersebut peneliti dapat menentukan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Penelitian yang dilaksanakan
oleh peneliti berjalan sesuai dengan jadwal pelajaran serta kesepakatan
dari guru pengajar. Adapun kegiatan penelitian tersebut berlangsung
dengan dua siklus, yang mana dalam setiap siklusnya terjadi dua kali
pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan dua jam pelajaran. Setiap
siklus dalam pembelajaran peneliti mengawali dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran, kemudian pemberian apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terkait materi dengan tujuan siswa mampu
mengaitkan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki dengan materi yang
akan dipelajari hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan dan
pengalaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari serta membantu
tumbuhnya perhatian siswa terhadap materi yang dipelajari. Proses
pembelajaran dalam kegiatan inti, peneliti menyampaikan materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran, dalam penyampaiannya peneliti menggunakan
media gambar dengan tujuan untuk mempermudah peniliti dalam menyampaikan
materi dan siswa juga lebih mudah dalam memahami materi. Selanjutnya,
peneliti melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa terkait dengan
materi yang telah di jelaskan. Langkah berikutnya peneliti memberikan
tugas kepada setiap siswa untuk mendiskripsikan tumbuhan dan binatang.
Kegiatan mendiskripsikan dilakukan secara lisan yang dilaksanakan siswa
secara bergiliran, dan selama salah satu siswa mendiskripsikan siswa
yang lain mendengarkan dan selanjutnya siswa dapat melakukan kegiatan
tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan atapun menyampaikan pendapatnya
kepada siswa yang sedang mendiskripsikan. Selama proses kegiatan
mendiskripsikan dan kegiatan tanya jawab antara siswa, peneliti memantau
jalannya kegiatan tanya jawab dan membantu siswa mengalami kesulitan.
Peneliti juga memberikan penilaian dari kemampuan siswa dalam
mendiskripsikan tumbuhan dan binatang hal terkait dengan keterampilan
bebicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, adapun kegiatan tersebut
temasuk dalam tes lisan yang diberikan peneliti kepada siswa. Terkait
dengan tes lisan yang diberikan peneliti ini dilaksanakan pada setiap
pertemuan, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berbicara siswa selama tindakan. Setelah kegiatan tersebut selesai,
kemudian peneliti memberikan penguatan dari hasil kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Akhir kegiatan dalam tiap siklus, peneliti
menyimpulkan materi bersama dengan siswa hal ini dimaksudkan agar
pemahaman siswa terhadap materi lebih tahan lama, peneliti juga
memberikan motivasi agar siswa lebih giat dalam belajarnya. Dalam tiap
akhir siklusnya peneliti juga melakukan tes tulis sebagai alat evaluasi
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi, tujuannya yaitu untuk
mengetahui perubahan yang terjadi selama peneliti melakukan tindakan. Perubahan
tersebut dapat dilihat mulai dari diadakannya pre test, tes lisan
dan tulis siklus I serta tes lisan dan tulis pada siklus II dan dari
hasil yang diperoleh tentunya mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
siswa terkait peningkatan keterampilan berbicara pada materi
mendiskripsikan tumbuhan dan binatang. Dalam melaksanakan penelitian
tersebut peneliti bekerjasama dengan teman sejawat serta guru pengajar
bahasa Indonesia yang bertugas sebagai observer. Segala aktivitas
peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung mulai dari
awal sampai akhir pembelajaran tersebut diamati oleh observer melalui
format observasi yang telah disediakan peneliti. Adapun hal-hal maupun
kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi akan dimasukkan
dalam catatan lapangan. Dari hasil catatan lapangan ini peniliti juga
dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Dan untuk
mengetahui pendapat siswa terkait dengan kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan, peniliti melakukan wawancara dengan siswa. Adapun
hasil wawancara tersebut diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode
tanya jawab membuat siswa merasa termotivasi dalam mengemukakan pendapat
maupun bertanya, siswa juga merasa senang dalam mengikuti pembelajaran,
mereka juga memperoleh pengalaman baru, bahkan mereka juga tidak merasa
bosan terkait dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti,
dan siswa juga merasa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari.
- Tujuan Pelajaran Fiqh
Adapun tujuan yang
ingin dicapai mata pelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah
agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan mempraktekkan tentang segala hal
yang menyangkut hukum – hukum Islam seperti bersuci, shalat, zakat, puasa dan
hukum – hukum mu'amalah lainnya. Metode yang dipergunakan guru dalam
menyampaikan materi tersebut ialah ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan
pengembangan tugas.
Berikut wawancara
penulis dengan guru mata pelajaran fiqh
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin berikut ini :
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin berikut ini :
"Untuk tercapainya tujuan pembelajaran
mata pelajaran fiqh ini metode variatif yang saya pakai adalah dengan memadukan
metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan metode pembagian tugas tergantung
pada materi dan tujuan yang ingin dicapai".[51]
Kemudian siswa kelas
II mengatakan :
"Dalam mengajar mata pelajaran fiqih terlebih
dahulu guru memberikan catatan yang penting kepada kami, kemudian guru tersebut
menjelaskan materi yang diajarkan secara mendetail, setelah itu diadakanlah
tanya jawab, dan kalau waktu memungkinkan guru selalu memberikan tugas baik
tugas sekolah maupun tugas rumah".[52]
B.
Faktor Penunjang dan
Penghambat Dalam Penggunaan Metode Tanya Jawab Di Madrasah Tsanawiyah Darul
Muttaqin
Pada halaman yang terdahulu telah digambarkan tentang
pelaksanaan proses pembelajaran serta penggunaan metode Tanya jawab dalam
pencapaian tujuan pembelajaran, namun demikian faktor penunjang dan penghambat
untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan mengenai faktor penunjang dan
penghambat tersebut.
- Faktor Penunjang
Adapun yang menjadi faktor penunjang penggunaan metode tanyan
jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah dari faktor guru dan siswa,
sebagai guru yang mengajar di madrasah tersebut mayoritas berpendidikan sarjana
strata satu (S1) dari berbagai macam disiplin ilmu tertentu, yang mengetahui
kelebihan dan kelemahan suatu metode sehingga tujuan pembelajaran bisa
tercapai.
Dari hasil observasi penulis di kelas penulis melihat bahwa
dalam mengajar guru selalu menggunakan metode yang bervariasi atau berselang –
seling yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai, contoh
untuk menutupi kelemahan dari metode ceramah guru menggunakan metode drill, dan
demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.[53]
Berikut hasil wawancara penulis dengan majelis guru mengenai
hal tersebut :
Ibu Mariam mengatakan :
"Dalam pelaksanana proses pembelajaran di dalam kelas, setelah saya
memberikan catatan yang penting kepada siswa, lalu saya menjelaskan materi
tersebut, untuk mengetahui apakah siswa mengetahui dan memahami materi yang saya
sampaikan, saya menggunakan metode tanya jawab dan drill supaya tujuan
pembelajaran yang sudah saya buat dapat tercapai".[54]
Kemudian Ibu Fatmawati mengatakan :
"Penggunaan metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran, untuk
tercapainya tujuan pembelajaran, kami selalu menutupi kelemahan suatu metode
dengan metode yang lain, seperti untuk menutupi kelemahan metode ceramah kami
menggunakan metode, demonstrasi, drill dan lain – lain"[55]
Adapun yang menjadi faktor penunjang kedua dalam penggunaan
metode Tanya jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ini ialah faktor
siswa, sebab dengan bervariasinya atau berselang – selingnya metode
pembelajaran yang dipergunakan oleh guru, siswa/i tidak menjadi bosan dalam
proses pembelajaran tersebut dan termotivasi untuk mengetahui dan memahami
materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Observasi penulis di kelas penulis melihat bahwa dengan
menggunakan metode Tanya jawab atau dengan tidak menutup kemungkinan guru
memakai metode yang berselang - seling
siswa tidak menjadi bosan dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut
contohnya apabila guru sudah menjelaskan materi pelajaran yang diajarkan
setelah itu diadakan tanya jawab jadi apabila siswa belum memahami materi yang
diajarkan guru tersebut siswa dapat menanyakan kembali. [56]
Bapak Abdul Mutholib, S.Ag mengemukakan :
"Dalam penggunaan metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran
menyesuaikan dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai, tujuan kami juga agar
pada siswa/i yang belajar tidak merasa jenuh atau bosan sebab kalau kita
menggunakan satu metode saja kami khawatir siswa akan merasa jenuh".[57]
Kemudian salah seorang siswa kelas II mengatakan :
"Apabila dalam proses pembelajaran guru menggunakan banyak metode
Tanya jawab akan bersemangat untuk belajar, contohnya apabila guru memberikan
catatan yang penting – penting saja, lalu dijelaskan setelah itu barulah
diadakan tanya jawab".[58]
Kemudian salah seorang siswa kelas III mengatakan :
"Saya sangat senang sekali apabila dalam proses pembelajaran cara
yang dipakai oleh guru, setelah memberikan catatan yang penting, guru
menjelaskan materi pelajaran itu sejelas – jelasnya, setelah itu guru menyuruh
kami bertanya apa yang belum kami mengerti dan pahami, kemudian guru memberikan
tugas kepada kami".[59]
Jadi yang menjadi faktor penunjang dalam penggunaan metode
vtanya jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah faktor guru, sebab
guru yang mengajar di madrasah tersebut berpendidikan Sarjana S.1, dan siswa
sebab dengan menggunakan metode Tanya jawab metode yang dipergunakan siswa/i
tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran tersebut.
- Faktor Penghambat
Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam penggunaan metode
Tanya jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah faktor waktu dan media
atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Sebab pada saat
proses pembelajaran berlangsung waktunya sering dihabiskan guru untuk
memberikan catatan yang penting kepada siswa, menjelaskan materi, sering sekali
tugas yang semestinya dikerjakan di sekolah, harus dikerjakan siswa di rumah.
Dari observasi penulis di kelas I Sampai kelas III penulis
melihat bahwa yang menjadi penghambat dalam penggunaan metode Tanya jawab di
Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah kurangnya media atau alat yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran tersebut
bisa mempengaruhi waktu yang dipergunakan contohnya pada saat
proses pembelajaran berlangsung waktunya banyak dihabiskan
untuk memberikan catatan yang penting dan menjelaskan materi pelajaran".[60]
bisa mempengaruhi waktu yang dipergunakan contohnya pada saat
proses pembelajaran berlangsung waktunya banyak dihabiskan
untuk memberikan catatan yang penting dan menjelaskan materi pelajaran".[60]
Kemudian Sispa Yarni, S.Pd.I, mengatakan :
"Yang dimaksud faktor waktu menjadi penghambat penggunaan metode
Tanya Jawab di sini adalah bukan setidaknya waktu yang disediakan, sebab waktu
yang digunakan untuk satu jam pelajaran ialah 45 menit, namun karena siswa/i
banyak tidak memiliki buku paket bisa mempengaruhi waktu yang disediakan".[61]
Jadi yang menjadi faktor penghambat dalam penggunaan metode
Tanya Jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin adalah kurangnya media atau
alat yang pergunakan dalam proses pembelajaran tersebut dapat mempengaruhi
waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut sebab banyaknya siswa
yang tidak memiliki buku paket dalam proses pembelajaran tersebut.
C.
Hasil Penerapan Metode
Tanya Jawab pada pelajaran Fiqh
Suatu metode
pembelajaran dalam penerapannya tidak hanya sekadar digunakan saja, tapi
pengguanaan suatu metode pasti ada hasil atau tujuan dibalik penggunaannya.
Begitu juga dengan penggunaan metode tanya jawab. Adapun hasil dari penggunaan metode tanya jawab,
yaitu:
a) Siswa dapat mengerti dan mengingat-ingat tentang fakta yang
dipelajari, didengar, ataupun dibaca, sehingga mereka memiliki pengertian yang mendalam
tentang fakta itu.
b) Dengan tanya jawab siswa dapat berpikir secara kronologis atau
runtut.
c) Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada
pelajaran, serta mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya.
d) Melalui tanya jawab guru juga dapat mengetahui kemampuan /daya
tangkap siswa terhadap meteri yang disampaikan.[62]
Berdasarkan pernyataan di atas maka tindakan guru dalam
menggunakan metode Tanya jawab harus di persiapkan secermat mungkin supaya anak
didik tersebut lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar
selanjutnya upaya pembinaan pembelajaran siswa terhadap anak dengan menggunakan metode Tanya
jawab seperti yang di kemukan oleh guru agama oleh bapak khusairi,S.Ag bahwa:
Agar
penggunaan metode Tanya jawab menjadi
efektif ada beberapa hal penting yang perlu di perhatikan oleh seorang guru
yakni Mempersiapakan pertanyaan yang mudah di pahami dan di mengerti oleh siswa
dan juga seorang guru hendak nya menguasai materi pembelajaran agar dapat
menumbuhkan respon bagi peserta didik.[64]
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penulis uraikan dari masing – masing bab tentang
skripsi ini dan sampailah pada bab terakhir yaitu kesimpulan. Dari uraian
penulis paparkan dalam masing – masing sub bab maka selanjutnya dapatlah
diambil kesimpulan :
1.
Pelaksanaan proses pembelajaran
pada Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin dapat terlaksana dengan baik, sebab
dalam proses pembelajaran tersebut sudah meliputi komponen – komponen
pembelajaran yaitu adanya tujuan – tujuan yang ingin dicapai, materi atau bahan
pelajaran yang disampaikan, media atau alat yang digunakan, metode pembelajaran
yang dipakai, dan adanya evaluasi.
2.
Faktor yang menjadi dalam
penggunaan metode Tanya jawab yaitu faktor guru dan siswa, sedangkan yang
menjadi faktor penghambat ialah kurangnya media / alat yang dipakai dalam
proses pembelajaran tersebut, yaitu banyakny siswa/i yang tidak memiliki paket
bisa mempengaruhi waktu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran tersebut
3.
Pembelajaran yang di lakukan dalam
metode Tanya jawab mengarahkan dan meningkatkan daya kritis siswa untuk dapat
menumbuhkan rasa keberanian siswa seperti yang di kemukan oleh bapak kepala
sekolah metode Tanya jawab dlam proses pembelajran berlangsung baik itu di luar
sekolah maupun di dalam kelas sehingga interaksi siswa dengan guru, siswa
dengan siswa menjadi aktif.
B.
Saran – Saran
1. Diharapkan kepada para majelis guru agar dapat melaksanakan
metode Tanya jawab ini dengan menutupi kelemahan suatu metode dengan metode
yang lain supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Diharapkan kepada pejabat yang berwenang dalam hal ini Departemen
Agama RI dapat memberikan bantuan berupa media atau alat pembelajaran, berupa
buku – buku paket yang dapat menunjang proses pembelajaran.
[1]
Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari, terj. Muhajir, juz. III
(Bandung: Dahlan, t.t.), hal. 1314
[2] Tim
Penyusun, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta : Depag RI,1989
[3]
Departemen Agama RI. Alquran Dan Terjemahannya, Toha Putra. Semarang,
1996, h.231
[5] Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar,
(Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 47
[6]
Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual:
Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 56
[7] Gintings,
Esensi Praktis…, hal. 45
[8] 10
Ibrahim, perencanaan…, hal 106
[9] Suyitno,
Memahami Tindakan…, hal. 25
[10] Gintings,
Esensi Praktis…, hal. 49
[11] Achmad
Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004),hal.
116-117
[12] Gintings,
Esensi Praktis…, hal. 46
[13] Suwarna,
Pengajaran…, hal.109
[14] Roestiyah, Strategi…, hal. 132
[15] M.
Kholidul Adib, Fiqh Progresif: membangun Nalar Fiqih Bervisi Kemanusiaan, dalam
Jurnal Justisia, Edisi 24 XI 2003, hlm. 4
[16] Sumanto
al-Qurtuby, K.H MA. Sahal Mahfudh; Era baru Fiqih Indonesia, (Yogyakarta:
Cermin, 1999) hlm. 134
[17]
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Ara Di
Madrasah. Hal 84
[18]
Mukhtar. Bimbingan Skripsi , Tesis dan Artikel Ilmiah. Jambi : Sulthan
Thaha Press, 2007, hlm. 87.
[19]
Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasinya, Malang :
Pustaka Setia, 1990, hal. 38.
[20]
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM,
Edisi ke-2, 1998, hal. 336.
[21] Faisal,
Op. Cip,. Hal. 91.
[22]
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007, hlm. 330.
[23]
Document pondok pesantren darul muttaqin
tahun 2015
[24]
Document pondok pesantren darul muttaqin
tahun 2015
3 Document pondok
pesantren darul muttaqin tahun 2015
[26]
Document pondok pesantren darul muttaqin
tahun 2015
[27]
Document pondok pesantren darul muttaqin
tahun 2015
[28]
Document pondok pesantren darul muttaqin
tahun 2015
[29]
Document pondok pesantren darul muttaqin
tahun 2015
[30]
Wawancara, 11 oktober 2015.
[31]
Observasi, 12 oktober 2015.
[32]
Wawancara, 12 oktober 2015.
[33]
Wawancara, 13 oktober 2015.
[34]
Observasi, 14 oktober 2015.
[35]
Wawancara, 14 oktober 2015.
[36]
Wawancara, 14 oktober 2015.
[37]
Observasi, 3 Januari 2010.
[38]
Wawancara, 15 oktober 2015.
[39]
Wawancara, 15 oktober 2015.
[40]
Wawancara, 15 oktober 2015.
[41]
Observasi, 15 oktober 2015.
[42]
Wawancara, 16 oktober 2015.
[43]
Wawancara, 16 oktober 2015.
[44]
Wawancara, 16 oktober 2015.
[45]
Observasi, 17 oktober 2015.
[46]
Wawancara, 17 oktober 2015.
[47]
Wawancara, 17 oktober 2015.
[48]
Wawancara, 18 oktober 2015.
[49]
Wawancara, 18 oktober 2015.
[50] R Ibrahim, perencanaan Pengajaran,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal. 44
[51]
Wawancara, 19 oktober 2015.
[52]
Wawancara, 20 oktober 2015.
[53]
Observasi, 21 oktober 2015.
[54]
Wawancara, 22 oktober 2015.
[55]
Wawancara, 22 oktober 2015.
[56]
Observasi, 22 oktober 2015.
[57]
Wawancara, 23 oktober 2015.
[58]
Wawancara, 23 oktober 2015.
[59]
Wawancara, 23 oktober 2015.
[60]
Observasi, 23 oktober 2015.
[61]
Wawancara, 24 oktober 2015.
[62] Roestiyah, strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2008), hal.129-130
[63] Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara
Wacana. 2006), hal. 109
[64] Wawancara
07 Nopember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar