Senin, 11 April 2016

SKRIPSI PROSES PENGGUNAAN METODE TANYA JAWAB DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN FIQH DI MADRASAH TSANAWIYAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang dilakukan guru sebagai pengajar.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Inilah makna pembelajaran sebagai suatu proses. Interaksi guru dengan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan yang penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran, maka inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana dalam hadist lain Rasulullah SAW Bersabda:
عَنْ اِبْنُ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَا اْلأَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَامَعًا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رواه أحمد)


Artinya:
Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw bersabda: siapa yang ingin meraih kehidupan dunia dengan baik maka harus dengan ilmu, begitu juga siapa yang ingin meraih kesuksesan di akhirat juga harus dengan ilmu, dan siapa saja yang ingin meraih kedua-duanya, maka harus dengan ilmu (HR. Ahmad).[1]

Hadist di atas menjelaskan bahwa ilmu adalah segala – galanya wajib di tuntut oleh kaum muslimin dan muslimah, serta siapa saja yang ingin mencari kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat karena kebahagiaan merupakan tujuan setiap manusia untuk menuju pada kesempurnaan.

Dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut diperlukan metode yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut, sebab setiap metode mengajar memiliki kekuatan dan kelemahannya dilihat dari berbagai sudut. Namun, yang penting bagi guru, metode mengajar manapun yang akan digunakan harus jelas dahulu dengan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan pembelajaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus, dalam mencapai tujuan. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an yang berbunyi:
(#qä9$s% y7oY»ysö6ß Ÿw zNù=Ïæ !$uZs9 žwÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇÌËÈ  

Artinya “tidak ada pengetahuan yang kami miliki kecuali yang engkau ajarkan kepada kami” (QS Al-Baqarah, 2 : 32)[2]
Di samping bertitik tolak dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam memilih metode pembelajaran perlu dipertimbangkan pula waktu, sarana yang tersedia. Metode karya wisata misalnya sulit dilakukan setiap hari karena memerlukan waktu yang cukup panjang, baik dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaannya. Pemilihan metode mengajar hendaknya diupayakan agar dapat terwujud proses pembelajaran yang menantang dan bermakna serta banyak melihatkan keaktifan siswa.
Madrasah Tsanawiyah Darul muttaqin merupakan lembaga pendidikan Islam swasta yang sederajat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Pada waktu penulis mengadakan observasi awal atau prapenelitian penulis melihat bahwa metode pembelajaran yang dipergunakan guru beraneka ragam, namun demikian penggunaan metode Tanya jawab dalam pencapaian tujuan pembelajaran belum terlihat jelas.
Seorang guru yang mengajar harus mampu untuk menerapkan cara, teknik dan metode yang baik serta bervariasi dan saling menutupi kelemahan metode yang satu dengan metode yang lain sehingga siswa akan tertarik dan mudah untuk mengerti dan memahami pelajaran yang disajikan. Metode yang tepat juga di tekankan di dalam Alquran surat An-Nahl 125 yaitu :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. An - Nahl :125) [3]

Dari latar belakang masalah di atas penulis ingin mengadakan penelitian yang nantinya akan penulis tuangkan dalam bentuk sebuah skripsi guna menyelesaikan studi dengan judul : " PROSES PENGGUNAAN METODE TANYA JAWAB DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN FIQH  DI MADRASAH TSANAWIYAH DARUL MUTTAQIN DESA PELAYANG KECAMATAN TEBO TENGAH KABUPATEN TEBO ".
                                                                                                 
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang ?
2.      Faktor – faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat metode tanya jawab pada mata pelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang ?
3.      Apa hasil yang dapat di capai dalam penerapan metode Tanya jawab di MTs Darul Muttaqin Desa Pelayang ?

C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang .
b.      Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode-metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
c.       Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat dari penggunaan metode Tanya jawab pada mata pelajaran Fiqh dalam pencapaian tujuan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Tarbiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang.  

2.      Kegunaan Penelitian
a.       Ingin memberikan gambaran bagaimana penggunaan metode yang efektif sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b.      Ingin memberikan informasi kepada pembaca bagaimana hambatan yang dialami oleh guru dalam penggunaan metode pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
c.       Dapat bermanfaat bagi penulis dalam mengembangkan penalaran dan pemikiran.
d.      Untuk persyaratan penulis dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Tebo.

D.    Kerangka Teori
Sebagai landasan dalam penelitian ini diperlukan suatu kajian yang bersifat teoritis dan ada relevansinya dengan permasalahan yang akan diteliti sehingga akan terlihat antara realitas yang terlihat di lapangan dengan kerangka teori yang penulis pergunakan sebagai berikut :

1.      Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen penting yang ada didalamnya, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara optimal. Salah satu komponen yang sangat penting yaitu metode pembelajaran. Ditinjau dari segi bahasa metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method, dan dari bahasa Yunani yaitu methodos. Methodos berasal dari kata meta yang berarti sesudah atau melampaui, dan hodos berarti cara atau jalan. Secara istilah, metode yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[4] Jadi dapat dipahami bahwa metode merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu ditinjau dari segi bahasa dan istilah, secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar.[5]
Sedangkan menurut Kokom Komalasari metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.[6] Dari paparan tersebut dapat dipahami bahwasanya metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pembelajaran tersebut diharapakan dapat memberikan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta tujuan pembelajaranpun dapat tercapai secara optimal.
2.      Tinjauan Tentang Metode Tanya Jawab
Sebelumnya telah diuraikan mengenai metode pelajaran fiqh. Sesuai dengan judul peneliti terkait dengan metode tanya jawab dalam mata pelajaran fiqh, maka dalam hal ini peniliti hanya akan membahas tentang metode tanya jawab.
a.      Hakikat Metode tanya Jawab
Metode tanya jawab diadopsi dari metode yang digunakan oleh Socrates seorang filosuf Yunani terkenal yang hidup pada masa sebelum Masehi. Socrates meyakini bahwa kebenaran hakiki atau pengetahuan dapat ditemukan dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan mendasar atau filosofis dengan benar. Oleh karena itu, bertanya secara terprogaram disebut “Soctartic Model of Teaching” atau model mengajar Socrates, atau model ini sering dikenal dengan istilah lain yaitu “interactive teaching model”.[7] Dari paparan diatas terkait dengan filosofis metode tanya jawab, adapun pengertian dari metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.[8] Hal ini dapat dipahami bahwasanya dalam metode tanya jawab ini merupakan suatu metode yang dapat mengktifkan suatu kegiatan pembelajaran, kerena dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung terjadi suatu komunikasi yang sifatnya dua arah, sehingga menjadikan hubungan timbal balik diantara keduanya. Adapun menurut Ibrahim terkait dengan metode tanya jawab, beliau mengemukakan bahwa metode mengajar yang mengaktifkan siswa yang paling sederhana adalah tanya jawab, tanya jawab dapat dilakukan secara klasikal maupun secara kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Maka dari itu jelaslah bahwasannya metode mengajar dengan tanya jawab dapat menciptakan suatu interaksi dalam kegiatan belajar mengajar, serta dapat membuat suatu kegiatan pembelajaran yang lebih hidup.
b.      Fungsi Metode Tanya jawab
Dalam kegiatan pembelajaran penggunaan suatu metode pembelajaran tentunya juga mempunyai beberapa fungsi. Begitu juga dengan metode tanya jawab. Dalam metode tanya jawab ini dapat berfungsi informatif, eksploratif, direktif, dan atraktif. Tanya jawab memiliki fungsi informatif jika melalui aktivitas Tanya jawab ini dapat diperoleh sejumlah informasi yang dipelajarinya.Tanya jawab berfungsi eksploratif karena melalui kegiatan tanya jawab ini dapat digali kuantitas dan kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Metode tanya jawab akan berfungsi direktif jika metode tersebut digunakan oleh guru dalam mengarahkan siswa untuk memperhatikan apa yang dipelajarinya dan mengajak siswa untuk lebih berkonsentrasi pada fokus yang dipelajarinya. Sementara, metode tanya jawab akan berfungsi atraktif jika metode tersebut dimaksudkan untuk menarik minat siswa untuk mengetahui lebih jauh dan lebih dalam tentang materi yang dipelajari.[9]
c.       Langkah-Langkah Menggunakan Tanya jawab
Dalam penggunaan suatu metode tentunya ada sistematika yang dapat digunakan untuk mempergunakan metode tersebut. Adapun langkah langkah yang ditawarkan oleh Gintings dalam pengguanaan metode Tanya adalah sebagai berikut:
a)      Pelajari topik atau sub-topik yang akan dipelajari oleh siswa dan buat catatan tentang aspek atau isu-isu utamanya.
b)      Buat pertanyaan yang terkait dengan isu-isu utama dan catat dalam RPP.
c)      Sampaikan tujuan pembelajaran yang diikuti dengan ihktisar materi dam diselingi dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan dengan sesuai dengan isu atau aspek yang sedang disajikan
d)     Tanggapi jawaban siswa lain untuk memberikan komentar atau melengkapi jawaban siswa tersebut.
e)      Buatlah rangkuman papan tulis yang berisi jawaban dari semua pertanyaan yang telah dijawab siswa.
f)       Berikan tugas lanjutan yang harus dikerjakan siswa untuk memperkaya pemahamannya tentang topik yang sedang dibahas.[10]
d.      Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan metode mengajar yang bisa dipergunakan guru di kelas maupun diluar kelas. Maka, jika guru akan menggunakan metode ini, ada beberapa hal yang selalu harus diperhatikan:
a.       Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban yang mungkin akan didengarnya dari murid atas suatu pertanyaan yang diajukan olehnya.
b.      Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang akan diajukan dengan cermat.
c.       Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat. Hal ini harus diperhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan akan diajukan secara lisan.
d.      Susunlah pertanyaan dalam bahasa yang mudah dipahami murid.
e.       Guru harus mengarahkan pertanyaan kepada seluruh kelas.
f.       Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga murid dapat merumuskan dengan sistemtis.
g.      Tanya jawab harus dilaksanakan dalam suasan yang tenang dan bukan dalam suasana tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat diantara anak didik.
h.      Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan, dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera giliran diberikan kepada murid yang lain.
i.        Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problema saja.
j.        Pertanyaan harus dibedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya yang fakta-fakta saja.[11]
e.       Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab
Dalam penggunaan suatu metode pastinya terdapat suatu kelebihan yang dimilikinya, dan dibalik kelibahan yang dimilki oleh suatu metode tentunya ada kelemahan yang ada didalamnya. Dalam hal ini peneliti akan memaparkan beberapa hal terkait dengan kelebihan dan kelemahan pada metode tanya jawab. Metode tanya jawab beberapa kelebihan, antara lain ialah:
1.      Memotivasi siswa untuk mempersiapkan diri dan mengikuti pembelajaran secara aktif.
2.      Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan memperkaya pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Dapat digunakan untuk menguji pengetahuan factual siswa untuk berbagai tingkat kemampuan atau taxonomi untuk semua ranah terutama ranah kognitif.
3.      Dapat digunakan sebagai alat motivasi ektrinsik yang akan meningkatkan semangat belajar siswa serta ketertarikannya terhadap materi yang diajarkan.
4.      Dapat digunakan untuk mengarahkan hasil belajar yang akan diharapkan akan dicapai oleh siswa karena tanya jawab akan memfokuskan perhatian siswa pada aspek tertentu materi pembelajaran.
5.      Mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran.[12]
Sedangkan menurut suwarna, kelebihan dari metode tanya jawab, yaitu:
1.      Kelas menjadi lebih hidup dan lebih aktif sebab siswa tidak hanya mendengarkan.
2.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3.      Guru dapat mengetahui sejauh mana siswa mengetahui atau memahami materi yang telah diberikan.
4.      Komunikasi dan interaksi yang terjadi tidak hanya satu arah.[13]
Begitu banyaknya metode yang ada tentunya metode mempunyai kelebihan dan kelemahan, dan dari sekian banyaknya metode yang tersedia tidak ada metode yang paling sempurna. Begitu juga dengan metode Tanya jawab, dibalik kelebihan yang dimiliki terdapat beberapa kelamahan yang ada didalamnya. Adapun kelemahan metode tanya jawab ada beberapa hal, yaitu:
a)      Kadang-kadang pertanyaan menyimpang dari pokok pembicaraan.
b)      Memerlukan waktu yang lebih lama.
c)      Materi pelajaran yang telah ditentukan tidak selalu dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
d)     Terkadang jawaban yang diberikan siswa belum tentu selalu benar bahkan mungkin kadang-kadang dapat menyimpang dari persoalannya.[14]
3.      Pengertian Fiqih
Fiqih dalam arti tekstual dapat diartikan pemahaman dan perilaku yang diambil dari agama.[15] Kajian dalam fiqih meliputi masalah Ubudiyah (persoalan-persoalan ibadah), ahwal al-sakhsiyah (keluarga), mu’amalah (masyarakat) dan, siyasah (negara). Senada dengan pengertian di atas, Sumanto al-Qurtuby melihat fiqih merupakan kajian ilmu Islam yang digunakan untuk mengambil tindakan hukum terhadap sebuah kasus tertentu dengan mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam syariat Islam yang ada.[16] Dalam perkembangan selanjutnya fiqih mampu menginterpretasikan teks-teks agama secara kontekstual. Dalam pengertian fiqih tersebut, maka dalam konteks pembelajaran fiqih di sekolah adalah salah satu bagian pelajaran pokok yang termasuk dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diberikan pada siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Madrasah Aliyah (MA).
a.      Pembelajaran Fiqih di MTs
Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata pelajaran  PAI  yang  diarahkan  untuk  menyiapkan  peserta  didik  mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way of Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Mts adalah salah satu mata pelajaran yang Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari fikih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah atau SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajarai, memperdalam serta memperkaya kajian fikih yang baik menyangkut aspek iadah maupun muamalah yang dilandasi oleh kaidah-kaidah fiqih maupun ushul fiqh.[17]
b.      Tujuan Bidang Studi Fiqih
Fiqih  di  MTs  bertujuan  untuk  membekali  peserta  didik  agar  dapat mengetahui  dan  memahami  pokok-pokok  hukum  islam  secara  terperinci  dan menyeluruh,  baik  berupa  dalil  naqli  dan  aqli.  Pengetahuan  dan  pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan tata cara pelaksanaanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaffah (sempurna)
Mata pelajaran Fiqih di Madarasah Mts berfungsi untuk:
1.      Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah Swt. sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;
2.      Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat;
3.      Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat;
4.      Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;
5.      Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Fiqih Islam;
6.      Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari;
7.      Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada jenjang  pendidikan yang lebih tinggi.








BAB  II
PROSEDUR PENELITIAN

B.     Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Sasaran dari penelitian ini adalah penggunaan metode Tanya jawab yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
C.    Jenis dan Sumber Data
1.      Jenis Data
Penyusunan skripsi ini ada dua jenis data yang diperlukan antara lain ialah sebagai berikut :
a.       Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan ornag yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan.[18]
Seperti data yang berkaitan dengan proses pembelajaran
di Madrasah Tsanawiyah Tarbiyah Islamiah Darul Muttaqin Desa Pelayang, penggunaan metode Tanya jawab di dalam pencapaian tujuan pembelajaran, dan faktor penghambat dalam penggunaan metode tersebut.

b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran, keterangan – keterangan atau publikasi lainnya.
Data sekunder seperti keadaan guru dengan siswa, serta sarana dan prasarana yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

2.      Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang
b.      Para majelis guru yang mengajar di Madrasah Darul Muttaqin Desa Pelayang
c.       Pada siswa/i Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang

D.    Subjek Penelitian 
Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal konsep “keterwakilan”. Contoh/sampel dalam rangka generasilisasi yang berlaku bagi populasi.[19]
Subjek utama dalam penelitian skripsi ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa – siswa Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang peneliti menggunakan snow ball sampling (bola salju) adalah : “…. Proses penyebaran sampel beranting yakni proses menyebarkan sampel yang ibarat bola salju yang pada mulanya kecil kemudian semakin membesar dalam proses bergulir menggelinding”.
E.     Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan beberapa metode :
1.      Metode Observasi 
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan langsung dengan sistematika mengenai fenomena – fenomena yang diselidiki.[20]
Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimanakah pross pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin desa pelayang, dan faktor penghambat dalam penggunaan metode dalam proses pembelajaran.

2.      Metode Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data melalui wawancara langsung kepada responden melalui tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih, berhadap – hadapan langsung secara fisik, saling melihat secara fisik dan mendengar.
Metode ini penulis menggunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana penggunaan metode di dalam pencapaian tujuan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang.




3.      Metode Dokumentasi
Dokumentasi ialah mencari data mengenai hal – hal atau variabel berupa catatan – catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan lain sebagainya.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang keadaan guru, siswa dan fasilitas yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang.
F.     Analisis Data
Analisis penelitian ini menggunakan data yang bersifat kualitatif yang akan dianalisis dengan non statistik yaitu berupa uraian kalimat yang dapat dipahami, analisis ini menggunakan pola pikir sebagai berikut :
1.      Analisis Domain
Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam suatu fokus / pokok permasalahan yang tengah diteliti. Hasilnya masih berupa pengetahuan atau pengertian tingkat permukaan tentang sebagai domain atau kategori – kategori konseptual (kategori simbolis yang mencakup dan mewadahi sejumlah kategori simbolis lain secara tertentu), domain atau kategori simbolis tersebut memiliki makna / pengertian yang lebih luas dari kategori yang dilakukannya.[21]
Analisis ini penulis gunakan untuk menjelaskan tentang penggunaan metode Tanya jawab dalam pencapaian tujuan pembelajaran, dan hambatan digunakan metode tersebut guna tercapainya tujuan pembelajaran.

2.      Analisis Taksonomi
Analisis lanjutan yang lebih rinci dan mendalam, yang terfokus kepada masalah – masalah atau domain tertentu. Penelitian ditetapkan terbatas pada domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena – fenomena yang menjadi semua sasaran peneliti.
Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data secara terperinci tentang penggunaan metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran guna tercapainya pembelajaran yang diharapkan.
3.      Analisis Komponensial
Analisis komponensial ini juga dilakukan setelah peneliti memiliki cukup banyak fakta / informasi dari hasil wawancara dan observasi yang melacak kontras – kontras tersebut oleh peneliti dipikirkan atau dicarikan dimensi – dimensi yang mewadahinya.
Teknik analisis ini penulis gunakan setelah penulis menggunakan analisis – analisis domain yang merupakan jawaban yang paling domain yakni mengenai penggunaan metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
G.    Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.[22] jadi dalam hal ini mengecek data yang diperolehya di lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Ada empat macam triangulasi yaitu dengan menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori. Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Hal ini dapat dicapai dengan jalan :

1.      Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2.      Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3.      Membandingkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4.      Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
5.      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Triangulasi metode menurut Moleong adalah : Pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seseorang analis dengan analis lainnya. Sedangkan, triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan secara logika.
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data – data yang diperoleh di lapangan tentang Penggunaan Metode Tanya jawab pada mata pelajaran fiqh Dalam Pencapaian Tujuan Pembelajaran Di Madrasah Tsanawiyah Pondok pesantren Darul Muttaqin Desa Pelayang.










BAB III

GAMBARAN UMUM UMUM LOKASI PENELITIAN


A.    Sejarah Pondok pesantren Darul Muttaqin Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo
Pendidikan pondok pesantren Darul Muttaqin berawal di rumah kediaman bapak KH Ilyas Rauf dengan jumlah anak didik sebanyak 21 orang yang berlansung selama tiga tahun yaitu mulai dari 1985 sampai dengan 1988 melihat perkembangan jumlah nak didik semakin banyak dan daya tamping rumah sewmakin terbatas, maka di pindahkan ke Mushola Al-iklas sumber sari RT 03 RW 02 kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo proses pelaksanaan pendidikan di laksanakan selama enam tahun (1987-1993). Pelaksanaan pendidikan di sini dengan menrepakan kurikulum Madrasah Ibtidaiyah dan di gabung dengan kurikulum pesantren yang di laksanakan di Mushola Al-Iklas. Di Mushola Al-Iklas tersebut terbentuknya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda. Nurul Huda di ambil dari putri bapak KH Ilyas Rauf yang telah berpulang kerahmatullah.[23]
Mengingat dan melihat antusias masayarakat memasukkan anaknya kemadrasah ibtidaiyah sedangkan daya tamping sangat terbatas maka bapak kh ilyas rauf mengundang took masyarakat untuk membangun ruang kelas baru sebanyak tiga local, kemudian pada 1994 panitia membangun madrasah ibtidaiyah mendapat bantuan dana sebesar Rp. 12.000.000, uang tersebut diperguanakan untuk renovasi madrasah serta melengakapi sarana dan prasarana belajar.[24]
Melihat pesatnya kemajuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah pada waktu itu maka bapak KH Ilyas Rauf mengundang tokoh masarakat untuk memebentuk yayasan pondok pesantren Darul Muttaqin dan bertempat tinggal di Sumber Sari RT 03 RW 02 kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Maka di sepakati pondok pesantren Darul Muttaqin yang masih memakai gedung Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1994, mengingat lokasi pondok pesanteren Darul Muttaqin terlalu sempit yang berukuran 2 tumbuk tidak memadai untuk di jadikan sebuah yayasan, maka di tambah lokasi di desa Sungai Alai berupa tanah wakaf seluas 2 hektar dari penduduk setempat, maka di bangun lah ruang kelas baru sebanyak 3 lokal dan di sertai asrama yang terdiri dari 3 pintu pada tahun 1995.[25]
Mengingat antusias masyarakat kurang merespon keberadaan pondok pesantren Darul Muttaqin maka pengurus yayasan mengadakan musyawarah untuk membicarakan keberlangsungan serta perkembangan pondok pesantren Darul Muttaqin kedepannya. Berdasarkan hasil musyawarah memutuskan untuk menambah lokasi baru yaitu beralamat Km 19 jalan lintas Tebo-Jambi Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo. Lokasi pondok pesantren Darul Muttaqin adalah wakaf salah seorang warga yang bernama Bapak Yusuf bin Ramli seluas 4 hertar pada tahun 2003. Maka di bangun lah ruang perpustakaan 1 unit. Bangunan tersebut merupakan bantuan dari KAKANWIL agama Propinsi Jambi. Dengan demikian beroperasilah MTs Darul Muttaqin Desa Pelayang Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Tebo, sehingga berkembang sampai saat ini yang mana telah didirikan juga Madrasah Aliyah Darul Muttaqin.[26]
Berbicara sarana dan prasarana pondok pesantren Darul Muttaqin yang menunjang proses belajar mengajar yaitu terdiri dari 6 ruang belajar yang terdiri dari 3 ruang untuk tingkat MTs dan 3 ruang lagi untuk tingkat Madrasah Aliyah pondok pesantren Darul Muttaqin. Asrama santri yang terdiri dari 3 pintu 1 unit Mushola sehingga lokasi pondok pesantren Darul Muttaqin di Desa sangat tepat dan strategis. Selain itu pimpinan yayasan pondok pesantren Darul Muttaqin yakin bahwa pondok pesantren Darul Muttaqin akan maju dan berkembang apabila di tunjang perekonomian yang tepat, serta kerja sama yang baik semua komponen yang ada di yayasan pondok pesantren Darul Muttaqin dan kerja sama dengan orang tua juga sangat di butuh kan.[27]
Pondok pesantren Darul Muttaqin memiliki visi dan misi. Adapaun visi dari pondok pesantren Darul Muttaqin adalah berkualitas dalam ilmu pengetahuan berdasarkan keimanan, ketaqwaan, persatuan, kebersamaan serta berahlak mulia. Sedangkan misi dari pondok pesantren darul muttaqin sebagai berikut :
  1. Membakali kemampuan peserta didik untuk berkonvetitif dalam melanjutkan pendidikan lanjutan.
  2. Meningkatkan pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan optimal sehingga peserta didik berkembang sesuai dengan potensi yang di miliki.
  3. Meningkatkan daya kreasi dan inovasi dalam membangun kemampuan dasar.
  4. Meninggkatkan kemampuan siswa dalam berorganisasi, olahraga dan seni budaya.
  5. Membutukan penghayatan terhadap ajaran agama islam dan budaya bangsa.
  6. Menciptakan rasa kebersamaan yang di landasi iman dan taqwa (IMTAQ).[28]
Kemudian pondok pesantren Darul Muttaqin menetapkan peraturan atau tata tertib bagi santriwan dan santriwati serta guru yang harus di patuhi dan di laksanakan. Bagi para santriwan dan santriwati yang melanggar tata tertib tersebut maka di berikan sanksi atau hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Tata tertib tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Santri berpakaian muslim dan muslimat
  2. Santri wajib mengukiti sholat lima waktu berjama’ah di Mushola pondok pesantren Darul Muttaqin.
  3. Santri wajib mengikuti semua pelajaran yang di laksanakan di pondok pesantren Darul Muttaqin.
  4. Santri tidak di benarkan menganggu teman, seperti: mengompas, menganiaya, mengacam dan berkelahi.
  5. Santri tidak di benarkan melakukan pergaulan bebas atau berpacaran di dalam pondok pesantren Darul Muttaqin.
  6. Santri wajib melapor kepada pimpinan atau majlis guru, keamanan apabila pulang kampung maupun setelah pulang dari kampung.
  7. Santri wajib membawa surat keterangan izin dari pondok pesantren Darul Muttaqin apabila pulang kampung.
  8. Santri tidak di benarkan membawah senjata tajam ke dalam lingkungan pondok pesantren Darul Muttaqin.
  9. Santri tidak di benarkan beolahraga lewat pukul 5 sore dan di larang membawa teman yang bukan santri pondok pesantren Darul Muttaqin.
  10. Santri tidak di benarkan keluar dari lingkungan pondok pesantren Darul Muttaqin tampa izin dan duduk di pinggir pagar ketika KBM sedang berlangsung.
  11. Sabtri tidak di benarkan menonton televisi lewat dari pukul 9 malam.
  12. Santri di larang merusak sarana pondok pesantren Darul Muttaqin baik fisik maupun non fisik.
  13. Santri tidak di benarkan terlambat dalam membayar SPP.
  14. Santri di larang berkumpul di gapura pintu masuk pondok pesantren Darul Muttaqin.
  15. Santri tidak di benrakan pulang kampung apabila tidak libur sekolah.
  16. Santri tidak di benarkan pulang pergi dari kampung dalam mengikuti KBM tampa persetujauan pondok pesantren Darul Muttaqin.
  17. Majlis guru tidak bertugas 3 kali pertemuan akan di periksa pihak yayasan dan di potong gaji.
  18. Keamanan bertugas:
1.      Memerintahakan santri untuk melaksakan sholat lima waktu serta mengikuti KBM.
2.      Menjaga keamanan di lingkungan pondok pesantren Darul Muttaqin siang dan malam hari 24 jam.
3.      Mengunci pintu pagar pondok pesantren Darul Muttaqin setiap pukul 9 malam dan saat KBM sedang berlangsung.
4.      Melaporkan semua persoalan yang menyangkut kepentingan pondok pesantren darul muttaqin.[29]
B.     STRUKTUR ORGANISASI
Organisasi merupakan aktivasi menyusun dan membentuk hubungan kerjasama antara sesama manusia, sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan. Di dalam suatu organisasi terdapat pembagiuan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara terperinci menurut biudang-bidang dan bagian-bagian, sehingga tercipta adanya hubungan kerjasama yang harmonis dan lancar menurut pencapaian tujuan yang telah di tetapkan.

Tabel I
Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Tahun Ajaran 2015-2016
Desa Pelayang Kabupaten Tebo
KETUA KOMITE                           KEPALA SEKOLAH
        TAYIF                                         


 
                                            WAKIL
                                    ANANGCIK, S.Pd                         BENDAHARA
HALAWATI, S.Pd.I


 
 
WALI KELAS I                   WALI KELAS II               WALI KELAS III
WIZARTI, S.Pd              ZULFADLIANTI, S.Pd         HERMANSYAH, SP


Sumber : Document Pondok Pesantren Darul Muttaqin tahun 2015






C.     Keadaan Guru dan Murid
  1. Kedaan Guru
Guru yang baik ialah guru yang memeberikan pelajaran kepada siswa secara efektif dan epesien. Senantiasa membuat rencana pembelajaran, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta berusaha untuk menanamkan, memupuk dan mengembangkan sikaf cinta kepada pelajaran serta memberi semangat dalam proses pembelajaran.
Peranan guru sebagai tenaga pengajar atau mendidik sangatlah penting di dalam memupuk minat dan menumbuhkan semngat siswa dalam pemberian bekal ilmu pengetahuan melalui pembelajaran. Keberhasisalan dalam setiap bidang studi tentunya di dukung oleh semangat guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Guru yang ada pada Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang ada guru yang tidak tetap (tenaga honorer), setiap guru yangt mengajar di Madrasah ini mengusai propesinya masing-masing dan pembagian jam mengajar serta bidang study yang akan di ajarkan telah di atur oleh kepala sekolah sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Adapun tenaga pengajar (guru) yang terdapat di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang adalah sebagai berikut :





Tabel 2. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Desa Pelayang
Tahun Ajaran 2015-2016

NO
NAMA
PENDIDIKAN
GURU BIDANG STUDY
1
Drs. Tarmizi, MM
S1 IAIN STS Jambi
IPS
2
A. Khusairi, S.Ag
S1 IAIN STS Jambi
Fiqih
3
Anangcik, S.Pd
S1 STIT Bangko
PPKN
4
Halawati, S.Pd.I
S1 STIT Rimbo Bujang
B. Arab
5
Zulfadli, S.Hi
S1 IAIN Padang
SKI
6
Zainatun, S.Pd.I
S1 STIT Tebo
Matematika
7
Zainur, S.Pd.I
S1 STIT Tebo
Akidah Ahlak
8
Masrifatul laila,S.Ag
S1 IAIN STS Jambi
AL-Quran Hadist
9
Nurhaiyanis, S.Pd
S1 UNAN Padang
B. Inggris
10


IPA
11
Widmaita, SE
S1 UNJA Jambi
Geografi
12
Rismawati
S1 IAIN STS Jambi
KTK
13


B. Indonesia
14


Kesenian
15


Penjaskes
16
Hermansyah, S.Pt
S1 USU Medan
TIK
17
Edi riyadi
S1 STIT Tebo
Fisika
18
Sarbaini, S.Pd.I
S1 STIT Tebo
Ekonomi

Sumber : Document Pondok pesantren Darul Muttaqin Tahun 2015


  1. Keadaan Siswa
Di dalam pendidikan ada beberapa faktor yang menunjang dalam kegiatan proses pembelajaran. Salah satu di antranya factor peserta didik (siswa). Mereka merupakan bagian yang tidak dapat di abaikan dalam proses pembelajaran karna tampa peserta didik pendidikan tidak akan dapat berlangsung dengan baik dan benar.
Untuk lebih jelasnya jumlah siswa yang terdapat pada Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang dalam di lihat pada tabel di bawah berikut ini :
Table 3. Keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Darul  Muttaqin Desa
       Pelayang Tahun Ajaran 2015-2016

No
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Semua
Lk
Pr
1
I
3
4
7
2
II
6
5
11
3
III
8
1
9
Jumlah
27

Sumber : Documentasi Mts Darul Muttaqin tahun 2015

Dari tabel di atas, dapat di ketahuai bahwa jumlah siswa yang ada di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin berjumlah 27 siswa yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 7 siswa, kelas II sebanyak 11 siswa, kelas III sebanyak 9 siswa.
A.    Keadaan Sarana dan Prasarana
Untuk menjalankan proses pembelajran di suatu sekolah, tentu tidak terlepas dari kebutuhan sarana dan prasarana. Hal ini sangat penting bagi kesuksesan proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu sarana dan prasarana mutlak di butuhkan oleh lembaga pendidikan. Begitu pula di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang juga di lengkapi sarana walaupun tidak selengkap sarana yang di miliki sarana tingkat atas.
Untuk lebuih jelasnya keadaan sarana dan prasarana yang terdapat pada Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin Desa Pelayang dapat di lihat pada table berikutr ini:









   Tabel 4. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
  Desa Pelayang Tahun Ajaran 2015-2016

NO
URAIAN
JUMLAH
KETERANGAN
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Ruang kepala madrasah
Ruang guru
Ruang kelas
Papan tulis
Ruang osis
Meja
Kursi
Asrama
Mushola
Perpustakaan
Perumahan guru
Poskantren(pusat kesehatan pesantren)
Kantin
Wc
Computer
Printer
Lapangan bola kaki
Lapangan bola volley
Lapangan sepak takrau
Sound system
Televise
Mesin rumput
Lemari
Jam dinding
Kipas angin
Listrik
Air bersih
1 ruangan
1 ruangan
6 ruangan
6 unit
1 ruangan
80 unit
100 unit
3 ruangan
1 ruangan
1 ruangan
1 ruangan
1 ruangan

1 ruangan
2 unit
2 unit
1 unit
1
1
1
3 unit
1 unit
1 unit
3 unit
3 unit
2 unit
1300 kwh
1 unit
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
5 rusak
Baik
Baik
Baik
Rusak

Baik
Baik
1 rusak
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
5 rusak
Baik
Baik
Baik
Baik

Sumber : Documentasi Mts Darul Muttaqin Tahun 2015



BAB  IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Proses Pengguanaan Metode Pembelajaran Di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Baik itu individu, masyarakat maupun bernegara. Karena melalui pendidikan seorang akan dapat lebih dewasa dalam berpikir, bahkan seseorang maupun sekelompok masyarakat atau bangsa itu sendiri baru dapat dikatakan maju apabila pendidikan sudah maju, hal ini sudah merupakan kenyataan bahwa mundurnya suatu bangsa akan ditentukan oleh mutu pendidikan.
Proses pembelajaran bukanlah merupakan masalah yang mudah untuk dipecahkan apalagi bagi kita bangsa Indonesia bahwa untuk mencapai suatu kesepakatan tentang perundang – undangan pendidikan itu sendiri selalu mengalami perubahan. Semua adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk pendidikan yang baik.
Usaha untuk mencapai proses pembelajaran tidak terlepas dan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pendidikan itu sendiri karena faktor tersebut saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, di samping faktor itu diperlukan sarana dan prasarana yang memadai seperti yang tercantum
pada bab sebelumnya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Proses pembelajaran adalah suatu kegiatan antara guru dengan murid untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tersebut sangat tergantung pada kemampuan dan peranan guru dalam mengajar atau menyampaikan materi kepada anak didiknya dengan menggunakan metode yang tepat, sesuai dengan materi yang diajarkan, menggunakan alat bantu atau alat peraga yang cukup dan mengadakan evaluasi.
Khusairi, S.Ag, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin mengatakan :
 “Secara praktis di dalam pelaksanaan proses pembelajaran haruslah mencakup adanya tujuan, materi atau bahan pelajaran yang disajikan, pemakaian metode yang cocok dengan materi pelajaran, adanya alat bantu atau alat peraga serta adanya penilaian dan evaluasi setelah pelaksanaan proses pembelajaran diadakan”.[30]

  1. Tujuan
Masalah tujuan pelaksanaan Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin berpedoman kepada Garis – Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP ini sudah termuat beberapa komponen pembelajaran seperti tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, bahan pengajaran, metode yang digunakan, alat atau media dan evaluasi. Jadi guru haya memindahkannya ke Program Satuan Pembelajaran (PSP). Sebagaimana dari obervasi penulis di kelas I dan II penulis melihat bahwa untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan selalu berpedoman kepada Garis – Garis Program Pengajaran (GBPP), jadi dalam mengajar guru tersebut selalu menjelaskan dan menjabarkan bahan pelajaran yang terdapat dalam GBPP tersebut.[31]
Berikut wawancara penulis dengan beberapa orang guru yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin sebagai berikut :
Bapak M. Yusuf mengatakan :
"Mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran kami berpedoman kepada GBPP dan kurikulum yang masih berlaku ialah tujuan pelaksanaan proses pembelajaran adalah untuk mendewasakan anak didik, yakni anak didik tersebut harus dapat dan mengerti dari apa yang disamakan oleh guru kepadanya serta dapat bermanfaat dalam kehidupannya sehari – hari".[32]

Kemudian Ibu Rismawati mengatakan :

"Tujuan dari pelaksanaan proses pembelajaran adalah untuk menyampaikan materi atau bahan pelajaran kepada anak didik berupa ilmu pengetahuan dengan berpedoman kepada kurikulum yang ada, ini dilakukan sebagai upaya untuk mencerdaskan anak didik supaya dapat mencapai kedewasaan kepribadian. Dan secara bersama dengan masyarakat luas dapat mengamalkan ilmu yang dimiliknya".[33]

Apa yang dikatakan oleh Ibu Mei Andriani di atas menunjukkan bahwa dalam guru yang diberikan wewenang untuk menyampaikan materi pelajaran baik pendidikan agama maupun pendidikan umum di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak terlepas dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai baik tujuan pembelajaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus.
  1. Materi atau Bahan
Dari observasi penulis di kelas II dan kelas III, penulis melihat bahwa cara guru menyampaikan materi pelajaran di kelas selalu berpedoman kepada GBPP dan Rencana Pelaksanaan Program (RPP) yang sudah dirumuskan yaitu dari tingkat pengetahuan yang lebih mudah sampai ke tingkat pemahaman.[34]
Untuk lebih jelasnya mengenai materi atau bahan pelajaran
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin, Bapak Latif, S.Pd mengemukakan :
"Dalam hal materi dan bahan pelajaran kami tetap mengacu kepada kurikulum yang ada yaitu kurikulum KTSP, baik kurikulum pendidikan agama maupun kurikulum pendidikan umum, untuk itulah setiap guru bidang studi kami berikan bukan pegangan berupa buku bahan dasar petunjuk pelaksanaan tugas guru yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam".[35]

Kemudian Ibu misnawati mengatakan :
“Mengenai materi atau bahan pelajaran yang kami ajaran kepada siswa dengan petunjuk yang berlaku, tidak menyimpang kurikulum dan tujuan yang ingin diharapkan yakni anak siswa dapat memahami, dapat mengerti, serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari – hari".[36]

Wawancara tersebut menunjukkan bahwa mengenai materi atau bahan pendidikan agama yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin haruslah berpedoman kepada GBPP dan kurikulum yang masih berlaku dengan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

  1. Alat atau Media Yang Dicapai
Adapun alat atau media yang dipakai dalam proses pembelajaran
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin meliputi media klasikal, seperti : papan tulis, spidol, buku paket, dan lain – lain, dan media bantu seperti peta dunia dan gambar wudhu dan shalat, serta alat – alat untuk olahraga seperti lempar lembing, lempar cakram, bola basket, bola voly, dan lain – lain.
Melihat keberadaan media atau alat tersebut sekali dalam proses pembelajaran sebagaimana observasi penulis di kelas II dan III berikut ini :
Pada waktu penulis observasi di kelas II dan kelas III tersebut, penulis melihat bahwa cara guru mempergunakan media atau alat praga dalam proses pembelajaran tersebut dengan cara mempraktekkan dan mendemonstrasikan alat tersebut sehingga siswa akan lebih mudah untuk mengerti dan memahami materi yang diajarkan tersebut, yang disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang diinginkan.[37]


Ibu Evi Yarnis, mengatakan :
“Dalam proses pembelajaran tentu tidak terlepas dari alat peraga, guna membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa supaya lebih cepat dimengerti dan dipahami, karena dengan adanya alat tersebut dapat berlangsung di peragakan atau dilihat contohnya".[38]

Kemudian Ibu Darnawati mengatakan :
“Alat peraga atau alat bantu dalam kegiatan proses pembelajaran sangatlah membantu kami sebagai guru dalam menjelaskan atau mendemonstrasikan materi pelajaran kepada siswa, karena dengan adanya alat peraga tersebut siswa akan lebih mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disajikan".[39]

Kemudian salah seorang siswa kelas II Halimah, mengatakan :
“Kalau guru mengajar dengan menggunakan alat peraga atau alat bantu, kami akan lebih mudah untuk mengerti dan memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut, contohnya pada saat mata pelajaran penjas dengan materi lempar lembing dan cakram, kami lebih mudah bagaimana cara melempar lembing dan cakram yang baik".[40]

Dengan demikian jelaslah bahwa alat atau media yang digunakan dalam proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin sangatlah membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran.




  1. Metode 
Dalam proses pembelajaran baik bidang studi agama maupun bidang studi umum faktor yang sangat dominant sekali yang menjadi sorotan adalah dari segi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut, karena sukses tidaknya proses pembelajaran tersebut terletak pada penguasaan guru terhadap materi yang disajikan dan metode yang digunakan.
Dari observasi penulis di kelas, penulis melihat bahwa metode yang dipakai yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin selalu, tanya jawab, dan metode pembagian tugas baik tugas kelompok maupun tugas individu, kadang kala tugas tersebut dikerjakan di sekolah dan di rumah.[41]
Ibu Fatmawati mengatakan :             
“Adapun metode yang kami pergunakan dalam proses pembelajaran tidak mengacu pada satu metode saja, tergantung pada materi dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran tersebut, sebab setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Untuk menutupi suatu metode maka digunakan metode yang lain”.[42]

Kemudian Bapak Rino Isnain, juga mengatakan :
"Metode yang kami pergunakan dalam proses pembelajaran selalu bervariasi sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai
di antara metode tersebut ialah demonstrasi, tanya jawab, dan gramatika.[43]
Kemudian nurhaiyanis, S.Pd, juga mengatakan :
“Dalam proses pembelajaran sehari – hari terlebih dahulu kami memberikan catatan yang penting kepada siswa mengenai materi yang diajarkan, kemudian kami menjelaskan secara klasikal, setelah itu barulah diadakan tanya jawab. Pada waktu tertentu untuk siswa kelas III sering diadakan diskusi".[44]

Jadi, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
di Madrasah Darul Muttaqin tidaklah menggunakan satu metode saja akan tetapi menggunakan beraneka ragam atau bermacam – macam metode sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah disiapkan.
                                                                                                                                                                      
  1. Evaluasi 
a.       Jenis Evaluasi
Dari observasi penulis di dalam kelas, penulis melihat bahwa setiap akan memulai menyampaikan materi pelajaran, guru selalu memberikan pretest tentang materi pelajaran yang sudah diajarkan dan materi pelajaran berakhir proses pembelajaran tersebut guru selalu mengadakan evaluasi lisan, tulisan, dan perbuatan.[45]
Hasil observasi di atas menunjukkan bahwa jenis evaluasi atau alat penilaian yang dipergunakan dalam proses pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah evaluasi formatif dan sumatif, berikut wawancara penulis dengan beberapa orang majelis guru yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin berikut ini :
Menurut Ibu Fatmawati, mengatakan :
"Penilaian yang dipakai di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ini memakai penilaian formatif, sumatif dan nilai akhir atau nilai raport. Untuk menentukan nilai akhir tersebut dengan cara dengan menggabungkan nilai harian atau formatif dengan nilai sumatif kemudian di bagi dua untuk menjadi raport atau prestasi siswa".[46]

Kemudian Bapak Ajidan, S.Pd.I, mengatakan :
"Evaluasi yang kami pergunakan dalam proses pembelajaran adalah evaluasi formatif dan evaluasi suamtif, dengan cara memberikan pertanyaan – pertanyaan pada akhir pelajaran baik lisan, tulisan, maupun perbuatan, kemudian nilai tersebut kami rekap untuk dipertimbangkan padanilai sumatif atau nilai pada buku raport siswa".[47]
b.      Alat Evaluasi
Alat penilaian atau alat evaluasi yang dipergunakan dalam proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah melalui test yang meliputi test lisan, test tulisan, test perbuatan, dan test ucapan. Yang mana guru selalu memberikan beberapa pertanyaan pada akhir proses pembelajaran baik lisan maupun tulisan, dan siswa sering juga disuruh mempraktekkan gerakan – gerakan shalat, berwudhu. Dan tayamum serta praktek ucapan atau bacaan yang bila sedang belajar Al-Qur'an Hadits, Bahasa Arab dan dan Bahasa Igriris. Berikut wawancara penulis dengan beerapa majelis guru tentang alat evaluasi tersebut.
Kemudian Ibu Mariam mengatakan :

"Alat evaluasi yang sering saya gunakan ialah teknik test dengan
cara apabila setelah saya menjelaskan dan mendemonstrasikan materi pelajaran yang saya ajarkan saya selalu memberikan pertanyaan kepada para siswa baik lisan maupun tulisan. Apabila materi yang saya ajarkan itu memakai gerakan saya menyuruh para siswa untuk mempraktekkan gerakan tersebut".[48]

Kemudian salah seorang siswa kelas III Adi, mengatakan :
"Apabila proses pembelajaran akan berakhir kami selalu diberi pertanyaan oleh guru yang bersangkutan tentang materi yang diajarkan, apabila kami waktu tidak mencukupi maka guru memberikan pekerjaan rumah (RP) dan kami sering disuruh mempraktekkan gerakan – gerakan berwudlu, shalat, serta ucapan – ucapan kalau lagi bahasa Arab, bahasa Inggris, dan Al-Qu'an Hadits".[49]

Jadi alat penilaian atau evaluasi proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah melalui test yang meliputi test lisan, test tulisan, test perbuatan dan ucapan.


  1. Penerapan Metode Tanya Jawab Pada Pembelajaran fiqh
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 11 siswa pada materi fiqh. Dengan penerapan metode tanya jawab ini siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuannya dalam menggunakan pengetahuan dan pengalamannya. Serta dalam proses pembelajaran siswa di tuntun belajar secara aktif dengan menyampaikan pendapat ataupun pertanyaan. Adapun menurut Ibrahim terkait dengan metode tanya jawab, beliau mengemukakan bahwa metode mengajar yang mengaktifkan siswa yang paling sederhana adalah Tanya jawab, tanya jawab dapat dilakukan secara klasikal maupun secara kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa.[50] Maka kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab ini merupakan suatu kegiatan pembelajaran dengan melakukan komunikasi secara langsung, baik yang dilakukan antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian dengan metode tanya jawab adalah melakukan identifikasi dan klarifikasi terhadap persoalan yang terjadi, membuat hipotesis, mengumpulkan data dari hasil wawancara dan dari pengadaan pre test yang dilakukan peneliti untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi, menganalisis data berdasarkan hasil dari pengumpulan data, dan mengambil keputusan dari analisis data sehingga dari keputusan tersebut peneliti dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti berjalan sesuai dengan jadwal pelajaran serta kesepakatan dari guru pengajar. Adapun kegiatan penelitian tersebut berlangsung dengan dua siklus, yang mana dalam setiap siklusnya terjadi dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan dua jam pelajaran. Setiap siklus dalam pembelajaran peneliti mengawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian pemberian apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi dengan tujuan siswa mampu mengaitkan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki dengan materi yang akan dipelajari hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan dan pengalaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari serta membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap materi yang dipelajari. Proses pembelajaran dalam kegiatan inti, peneliti menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dalam penyampaiannya peneliti menggunakan media gambar dengan tujuan untuk mempermudah peniliti dalam menyampaikan materi dan siswa juga lebih mudah dalam memahami materi. Selanjutnya, peneliti melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa terkait dengan materi yang telah di jelaskan. Langkah berikutnya peneliti memberikan tugas kepada setiap siswa untuk mendiskripsikan tumbuhan dan binatang. Kegiatan mendiskripsikan dilakukan secara lisan yang dilaksanakan siswa secara bergiliran, dan selama salah satu siswa mendiskripsikan siswa yang lain mendengarkan dan selanjutnya siswa dapat melakukan kegiatan tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan atapun menyampaikan pendapatnya kepada siswa yang sedang mendiskripsikan. Selama proses kegiatan mendiskripsikan dan kegiatan tanya jawab antara siswa, peneliti memantau jalannya kegiatan tanya jawab dan membantu siswa mengalami kesulitan. Peneliti juga memberikan penilaian dari kemampuan siswa dalam mendiskripsikan tumbuhan dan binatang hal terkait dengan keterampilan bebicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, adapun kegiatan tersebut temasuk dalam tes lisan yang diberikan peneliti kepada siswa. Terkait dengan tes lisan yang diberikan peneliti ini dilaksanakan pada setiap pertemuan, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa selama tindakan. Setelah kegiatan tersebut selesai, kemudian peneliti memberikan penguatan dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Akhir kegiatan dalam tiap siklus, peneliti menyimpulkan materi bersama dengan siswa hal ini dimaksudkan agar pemahaman siswa terhadap materi lebih tahan lama, peneliti juga memberikan motivasi agar siswa lebih giat dalam belajarnya. Dalam tiap akhir siklusnya peneliti juga melakukan tes tulis sebagai alat evaluasi pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi, tujuannya yaitu untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama peneliti melakukan tindakan. Perubahan tersebut dapat dilihat mulai dari diadakannya pre test, tes lisan dan tulis siklus I serta tes lisan dan tulis pada siklus II dan dari hasil yang diperoleh tentunya mempunyai pengaruh terhadap kemampuan siswa terkait peningkatan keterampilan berbicara pada materi mendiskripsikan tumbuhan dan binatang. Dalam melaksanakan penelitian tersebut peneliti bekerjasama dengan teman sejawat serta guru pengajar bahasa Indonesia yang bertugas sebagai observer. Segala aktivitas peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung mulai dari awal sampai akhir pembelajaran tersebut diamati oleh observer melalui format observasi yang telah disediakan peneliti. Adapun hal-hal maupun kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi akan dimasukkan dalam catatan lapangan. Dari hasil catatan lapangan ini peniliti juga dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Dan untuk mengetahui pendapat siswa terkait dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, peniliti melakukan wawancara dengan siswa. Adapun hasil wawancara tersebut diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode tanya jawab membuat siswa merasa termotivasi dalam mengemukakan pendapat maupun bertanya, siswa juga merasa senang dalam mengikuti pembelajaran, mereka juga memperoleh pengalaman baru, bahkan mereka juga tidak merasa bosan terkait dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, dan siswa juga merasa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari.
  1. Tujuan Pelajaran Fiqh
Adapun tujuan yang ingin dicapai mata pelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan mempraktekkan tentang segala hal yang menyangkut hukum – hukum Islam seperti bersuci, shalat, zakat, puasa dan hukum – hukum mu'amalah lainnya. Metode yang dipergunakan guru dalam menyampaikan materi tersebut ialah ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan pengembangan tugas.
Berikut wawancara penulis dengan guru mata pelajaran fiqh
di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin berikut ini :
"Untuk tercapainya tujuan pembelajaran mata pelajaran fiqh ini metode variatif yang saya pakai adalah dengan memadukan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan metode pembagian tugas tergantung pada materi dan tujuan yang ingin dicapai".[51]
Kemudian siswa kelas II mengatakan :
"Dalam mengajar mata pelajaran fiqih terlebih dahulu guru memberikan catatan yang penting kepada kami, kemudian guru tersebut menjelaskan materi yang diajarkan secara mendetail, setelah itu diadakanlah tanya jawab, dan kalau waktu memungkinkan guru selalu memberikan tugas baik tugas sekolah maupun tugas rumah".[52]

B.     Faktor Penunjang dan Penghambat Dalam Penggunaan Metode Tanya Jawab Di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin
Pada halaman yang terdahulu telah digambarkan tentang pelaksanaan proses pembelajaran serta penggunaan metode Tanya jawab dalam pencapaian tujuan pembelajaran, namun demikian faktor penunjang dan penghambat untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan mengenai faktor penunjang dan penghambat tersebut.
  1. Faktor Penunjang 
Adapun yang menjadi faktor penunjang penggunaan metode tanyan jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah dari faktor guru dan siswa, sebagai guru yang mengajar di madrasah tersebut mayoritas berpendidikan sarjana strata satu (S1) dari berbagai macam disiplin ilmu tertentu, yang mengetahui kelebihan dan kelemahan suatu metode sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Dari hasil observasi penulis di kelas penulis melihat bahwa dalam mengajar guru selalu menggunakan metode yang bervariasi atau berselang – seling yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai, contoh untuk menutupi kelemahan dari metode ceramah guru menggunakan metode drill, dan demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.[53]
Berikut hasil wawancara penulis dengan majelis guru mengenai hal tersebut :
Ibu Mariam mengatakan :
"Dalam pelaksanana proses pembelajaran di dalam kelas, setelah saya memberikan catatan yang penting kepada siswa, lalu saya menjelaskan materi tersebut, untuk mengetahui apakah siswa mengetahui dan memahami materi yang saya sampaikan, saya menggunakan metode tanya jawab dan drill supaya tujuan pembelajaran yang sudah saya buat dapat tercapai".[54]

Kemudian Ibu Fatmawati mengatakan :
"Penggunaan metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran, untuk tercapainya tujuan pembelajaran, kami selalu menutupi kelemahan suatu metode dengan metode yang lain, seperti untuk menutupi kelemahan metode ceramah kami menggunakan metode, demonstrasi, drill dan lain – lain"[55]

Adapun yang menjadi faktor penunjang kedua dalam penggunaan metode Tanya jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ini ialah faktor siswa, sebab dengan bervariasinya atau berselang – selingnya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru, siswa/i tidak menjadi bosan dalam proses pembelajaran tersebut dan termotivasi untuk mengetahui dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Observasi penulis di kelas penulis melihat bahwa dengan menggunakan metode Tanya jawab atau dengan tidak menutup kemungkinan guru memakai metode yang berselang  - seling siswa tidak menjadi bosan dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut contohnya apabila guru sudah menjelaskan materi pelajaran yang diajarkan setelah itu diadakan tanya jawab jadi apabila siswa belum memahami materi yang diajarkan guru tersebut siswa dapat menanyakan kembali. [56]
Bapak Abdul Mutholib, S.Ag mengemukakan :
"Dalam penggunaan metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran menyesuaikan dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai, tujuan kami juga agar pada siswa/i yang belajar tidak merasa jenuh atau bosan sebab kalau kita menggunakan satu metode saja kami khawatir siswa akan merasa jenuh".[57]

Kemudian salah seorang siswa kelas II mengatakan :
"Apabila dalam proses pembelajaran guru menggunakan banyak metode Tanya jawab akan bersemangat untuk belajar, contohnya apabila guru memberikan catatan yang penting – penting saja, lalu dijelaskan setelah itu barulah diadakan tanya jawab".[58]

Kemudian salah seorang siswa kelas III mengatakan :
"Saya sangat senang sekali apabila dalam proses pembelajaran cara yang dipakai oleh guru, setelah memberikan catatan yang penting, guru menjelaskan materi pelajaran itu sejelas – jelasnya, setelah itu guru menyuruh kami bertanya apa yang belum kami mengerti dan pahami, kemudian guru memberikan tugas kepada kami".[59]

Jadi yang menjadi faktor penunjang dalam penggunaan metode vtanya jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah faktor guru, sebab guru yang mengajar di madrasah tersebut berpendidikan Sarjana S.1, dan siswa sebab dengan menggunakan metode Tanya jawab metode yang dipergunakan siswa/i tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran tersebut.
  1. Faktor Penghambat
Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam penggunaan metode Tanya jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah faktor waktu dan media atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Sebab pada saat proses pembelajaran berlangsung waktunya sering dihabiskan guru untuk memberikan catatan yang penting kepada siswa, menjelaskan materi, sering sekali tugas yang semestinya dikerjakan di sekolah, harus dikerjakan siswa di rumah.
Dari observasi penulis di kelas I Sampai kelas III penulis melihat bahwa yang menjadi penghambat dalam penggunaan metode Tanya jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin ialah kurangnya media atau alat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran tersebut
bisa mempengaruhi waktu yang dipergunakan contohnya pada saat
proses pembelajaran berlangsung waktunya banyak dihabiskan
untuk memberikan catatan yang penting dan menjelaskan materi pelajaran".[60]
Kemudian Sispa Yarni, S.Pd.I, mengatakan :
"Yang dimaksud faktor waktu menjadi penghambat penggunaan metode Tanya Jawab di sini adalah bukan setidaknya waktu yang disediakan, sebab waktu yang digunakan untuk satu jam pelajaran ialah 45 menit, namun karena siswa/i banyak tidak memiliki buku paket bisa mempengaruhi waktu yang disediakan".[61]

Jadi yang menjadi faktor penghambat dalam penggunaan metode Tanya Jawab di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqin adalah kurangnya media atau alat yang pergunakan dalam proses pembelajaran tersebut dapat mempengaruhi waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut sebab banyaknya siswa yang tidak memiliki buku paket dalam proses pembelajaran tersebut.
C.    Hasil Penerapan Metode Tanya Jawab pada pelajaran Fiqh
Suatu metode pembelajaran dalam penerapannya tidak hanya sekadar digunakan saja, tapi pengguanaan suatu metode pasti ada hasil atau tujuan dibalik penggunaannya. Begitu juga dengan penggunaan metode tanya jawab. Adapun  hasil dari penggunaan metode tanya jawab, yaitu:
a)      Siswa dapat mengerti dan mengingat-ingat tentang fakta yang dipelajari, didengar, ataupun dibaca, sehingga mereka memiliki pengertian yang mendalam tentang fakta itu.
b)      Dengan tanya jawab siswa dapat berpikir secara kronologis atau runtut.
c)      Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, serta mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya.
d)     Melalui tanya jawab guru juga dapat mengetahui kemampuan /daya tangkap siswa terhadap meteri yang disampaikan.[62]
e)      Mendorong siswa berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar.[63]

Berdasarkan pernyataan di atas maka tindakan guru dalam menggunakan metode Tanya jawab harus di persiapkan secermat mungkin supaya anak didik tersebut lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar
selanjutnya upaya pembinaan pembelajaran siswa  terhadap anak dengan menggunakan metode Tanya jawab seperti yang di kemukan oleh guru agama oleh bapak khusairi,S.Ag bahwa:
Agar penggunaan metode Tanya jawab  menjadi efektif ada beberapa hal penting yang perlu di perhatikan oleh seorang guru yakni Mempersiapakan pertanyaan yang mudah di pahami dan di mengerti oleh siswa dan juga seorang guru hendak nya menguasai materi pembelajaran agar dapat menumbuhkan respon bagi peserta didik.[64]

















BAB  V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah penulis uraikan dari masing – masing bab tentang skripsi ini dan sampailah pada bab terakhir yaitu kesimpulan. Dari uraian penulis paparkan dalam masing – masing sub bab maka selanjutnya dapatlah diambil kesimpulan :
1.      Pelaksanaan proses pembelajaran pada Madrasah Tsanawiyah darul muttaqin dapat terlaksana dengan baik, sebab dalam proses pembelajaran tersebut sudah meliputi komponen – komponen pembelajaran yaitu adanya tujuan – tujuan yang ingin dicapai, materi atau bahan pelajaran yang disampaikan, media atau alat yang digunakan, metode pembelajaran yang dipakai, dan adanya evaluasi.
2.      Faktor yang menjadi dalam penggunaan metode Tanya jawab yaitu faktor guru dan siswa, sedangkan yang menjadi faktor penghambat ialah kurangnya media / alat yang dipakai dalam proses pembelajaran tersebut, yaitu banyakny siswa/i yang tidak memiliki paket bisa mempengaruhi waktu yang dipergunakan dalam proses pembelajaran tersebut
3.      Pembelajaran yang di lakukan dalam metode Tanya jawab mengarahkan dan meningkatkan daya kritis siswa untuk dapat menumbuhkan rasa keberanian siswa seperti yang di kemukan oleh bapak kepala sekolah metode Tanya jawab dlam proses pembelajran berlangsung baik itu di luar sekolah maupun di dalam kelas sehingga interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa menjadi aktif.
B.     Saran – Saran
1.      Diharapkan kepada para majelis guru agar dapat melaksanakan metode Tanya jawab ini dengan menutupi kelemahan suatu metode dengan metode yang lain supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2.      Diharapkan kepada pejabat yang berwenang dalam hal ini Departemen Agama RI dapat memberikan bantuan berupa media atau alat pembelajaran, berupa buku – buku paket yang dapat menunjang proses pembelajaran.



[1] Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairy, Shahih Bukhari, terj. Muhajir, juz. III (Bandung: Dahlan, t.t.), hal. 1314
[2] Tim Penyusun, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta : Depag RI,1989
[3] Departemen Agama RI. Alquran Dan Terjemahannya, Toha Putra. Semarang, 1996, h.231

[4] Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal.[4]
[5] Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 47
[6] Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 56
[7] Gintings, Esensi Praktis…, hal. 45
[8] 10 Ibrahim, perencanaan…, hal 106
[9] Suyitno, Memahami Tindakan…, hal. 25
[10] Gintings, Esensi Praktis…, hal. 49
[11] Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004),hal. 116-117
[12] Gintings, Esensi Praktis…, hal. 46
[13] Suwarna, Pengajaran…, hal.109
[14] Roestiyah, Strategi…, hal. 132
[15] M. Kholidul Adib, Fiqh Progresif: membangun Nalar Fiqih Bervisi Kemanusiaan, dalam Jurnal Justisia, Edisi 24 XI 2003, hlm. 4
[16] Sumanto al-Qurtuby, K.H MA. Sahal Mahfudh; Era baru Fiqih Indonesia, (Yogyakarta: Cermin, 1999) hlm. 134
[17] Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Ara Di Madrasah. Hal 84
[18] Mukhtar. Bimbingan Skripsi , Tesis dan Artikel Ilmiah. Jambi : Sulthan Thaha Press, 2007, hlm. 87.
[19] Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasinya, Malang : Pustaka Setia, 1990, hal. 38.
[20] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM, Edisi ke-2, 1998, hal. 336.
[21] Faisal, Op. Cip,. Hal. 91.
[22] Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 330.
[23] Document pondok pesantren darul muttaqin  tahun 2015
[24] Document pondok pesantren darul muttaqin  tahun 2015
3 Document pondok pesantren darul muttaqin  tahun 2015

[26] Document pondok pesantren darul muttaqin  tahun 2015
[27] Document pondok pesantren darul muttaqin  tahun 2015
[28] Document pondok pesantren darul muttaqin  tahun 2015
[29] Document pondok pesantren darul muttaqin  tahun 2015
[30] Wawancara, 11 oktober 2015.
[31] Observasi, 12 oktober 2015.
[32] Wawancara, 12 oktober 2015.
[33] Wawancara, 13 oktober 2015.
[34] Observasi, 14 oktober 2015.
[35] Wawancara, 14 oktober 2015.
[36] Wawancara, 14 oktober 2015.
[37] Observasi, 3 Januari 2010.
[38] Wawancara, 15 oktober 2015.
[39] Wawancara, 15 oktober 2015.
[40] Wawancara, 15 oktober 2015.
[41] Observasi, 15 oktober 2015.
[42] Wawancara, 16 oktober 2015.
[43] Wawancara, 16 oktober 2015.
[44] Wawancara, 16 oktober 2015.
[45] Observasi, 17 oktober 2015.
[46] Wawancara, 17 oktober 2015.
[47] Wawancara, 17 oktober 2015.
[48] Wawancara, 18 oktober 2015.
[49] Wawancara, 18 oktober 2015.
[50] R Ibrahim, perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hal. 44
[51] Wawancara, 19 oktober 2015.
[52] Wawancara, 20 oktober 2015.
[53] Observasi, 21 oktober 2015.
[54] Wawancara, 22 oktober 2015.
[55] Wawancara, 22 oktober 2015.
[56] Observasi, 22 oktober 2015.
[57] Wawancara, 23 oktober 2015.
[58] Wawancara, 23 oktober 2015.
[59] Wawancara, 23 oktober 2015.
[60] Observasi, 23 oktober 2015.
[61] Wawancara, 24 oktober 2015.
[62] Roestiyah, strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hal.129-130
[63] Suwarna, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006), hal. 109
[64] Wawancara 07 Nopember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar