Selasa, 05 April 2016

tata cara dalam jenazah

PENDAHULUAN
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan Allah swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat memerhatikan dan menghormati orang-orang yang meninggal dunia.
Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah makhluk Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke haribaan Allah swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang masih hidup.
Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh seluruh umat Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau pengurusan jenazah sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
a. Bagaimana tata cara pengurusan jenazah?
b. Bagaimana cara memperagakan tata cara pengurusan jenazah?
a. Menjelaskan tata cara pengurusan jenazah.
b. Memperagakan tata cara pengurusan jenazah.

PEMBAHASAN
1. Memandikan jenazah
Hukum memandikan jenazah adalah fardlu kifayah, artinya kewajiban ini dibebankan kepada semua mukalaf di tempat itu, tetapi apabila dilakukan oleh sebagian orang, gugurlah kewajiban seluruh mukalaf.
Berkaitan dengan memandikan jenazah, berikut dibahas mengenai syarat memandikan jenazah, orang yang memandikan jenazah, dan tata cara memandikan jenazah.
a. Syarat memandikan jenazah
Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir aadalah orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu yang harus diperhatikan, antara lain :
1) Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.
2) Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat.
3) Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang itu hanya menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-man yang jelek tentang si mayat.
b. Orang yang utama memandikan jenazah.
1) Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang yang diberi wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan boleh juga istrinya.
2) Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya, atau keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
3) Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak perempuan boleh laki-laki memandikannya,
4) Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak ada suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw bersabda sebagai berikut.
اذا ماتت اة مع ا لرجال, ليس معهم امراةغيرها,والرجل معالنساء,ليس معهن رجل غيره فانهماييممان ويدفنا ن, وهمابمنز لةمن لم يجدالماء
Artinya :
Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)
c. Tata cara memandikan jenazah
1) Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.
2) Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
3) Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
4) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
5) Tinggiakan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
6) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian, wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
7) Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya.
8) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
9) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
10) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
11) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya, tetapi cukup untuk membuang najisnya saja.
12) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandiakan dengan kain atau handuk sehingga tidak membasahi kafannya.
13) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol. Pembaerian wewangian untuk jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.
2. Mengafani jenazah
Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah.
Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:
a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima lapis.
d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.
e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
a. Cara mengafani jenazah laki-laki
1) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas. Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus.
2) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
3) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
5) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
6) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap syuhadak dalam perang uhud/
b. Cara mengafani jenazah perempuan
Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu:
1) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih lebar.
2) Lembar kedua untuk kerudung kepala.
3) Lembar ketiga untuk baju kurung.
4) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
5) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut:
1) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkna diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
2) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
3) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit )
5) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit )
6) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
8) Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan ddilepaskan ikatanya setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk di sholatkan.
3. Menyalatkan jenazah
Telah disepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah fardlu kifayah. Seperti yang diriwayatkan oleh Rasulullah.
صلواعلى موتاكم
Artinya:
Sholatilah oranng yang meninggal dunia diantaramu. (HR.Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah)
Sholat jenazah mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satu diantaranya tidak dipenuhi maka ia batal dan tiadak dianggap sah oleh syarak. Diantara rukun menyalatkan jenazah sebagai berikut:
a. Berniat menyalatjan jenazah
sebelum menyalatkan jenazah, hendaklah wudlu terlebih dahulu seperti sholat biasa. Kemudian, berniat hendak menyolatkan jenazah.
Niat menegakkan sholat jenazah karena Allah swt baik jenazah laki-laki, perempuan maupun anak-anak (hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati.
b. Takbir empat kali.
1) Takbir pertama untuk melakukan sholat dengan mengangkat tangan dilanjutkan membaca surat al-Fatiha.
2) Mengangkat tangan untuk takbir kedua. Lalu membaca shalawat berikut.
اللهم صل على محمدوععلى ال محمد كماصليت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم وبارك على محمدوعلى ال محمد. كماباركت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم. فى العالمين انك حميدمجيد.
Artinya:
Ya Allah limpahkanlah rahmad kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri rahmad kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh ala mini, engkaulah yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
3) Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah. Dengan do’a seperti berikut.
اللهم اغفرله وارحمه وعافه واعف عنه واكرمنزله ووسع مدخله واغسله بماءوثلج وبردونقه من الخطاياكماينقى الثوب الابيض من الدنس وابدلهداراخيرامن داره واهلاخيرامن اهله وقه فتنة القبروعذاب النار.
Artinya :
Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan, maafkanlah dia, hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air dan salju serta smbun. Bersihkanlah dia dari segala dosanya, sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, gantilah buat dia rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, gantilah buat dia ahli keluarganya yang lebih baik dari pada ahli keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari bencana kubur dan siksa api neraka.
4) Mengangkat tangan dan takbir keempat, lalu diam sejenak atau membaca doa. Doa merupakan rukun sholat jenazah yang telh disepakati para fukaha. Disunnahkan doa setelah takbir keempat, meskipun seseorang telah berdoa setelah takbir . doa untuk jenazah laki-laki seperti berikut:
اللهم لا تحرمنااجرهولاتفتنابعده واغفرلناوله
Artinya :
Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari mendapat pahalanya, janganlah Engkau jadikan fitnah kami setelah dia tiada, ampunilah kami dan dia.
5) Mengucapkan salam
c. Berdiri bagi yang kuasa
Berdiri merupakan rukun menyalatkan jenazah menurut jumhur ulama. Oleh sebab itu, tidak sah menyalatkan jenazah sambil berkendaraan.
4. Menguburkan jenazah
Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.
Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.
1. Ketika jenazah baru meninggal
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai orang yang baru saja meninggal dunia.
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-pelan.
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan ditali (selendang) agar tidak kembali terbuka.
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
2. Memandikan jenazah
Cara memandikan jenazah sebagai berikut :
a. Ambillah kain penutup dan menggantinya dengan kain basahan sehingga utamanya tidak kelihatan.
b. Siramlah kepala jenazah dengan air dari arah kepala sampai kaki sambil ditekan seperlunya pada bagian perut. Hal itu dimaksudkan agar kotoran dapat keluar dari dubur. Rambut hendaklah diurai apabila jenazah memiliki rambut panjang. Tangan kanan mengambil air dan tangan kiri mengikuti jalannya siraman. Pakailah sarung tangan plastic saat memandikan jenazah dan laksanakan dengan pelan-pelan.
c. Setelah disiram dalam posisi terlentang, bersihkan badan bagian belakang dan samping. Oleh karena itu, jenazah perlu dimiringkan. Seorang atau beberapa orang membantu memiringkan jenazah, yang lain menyiram. Apabila memungkinkan, sabunlah pelan-pelan sambil digosok.
3. Mengafani jenazah
Beberapa hal yang perlu disiapkan ketika hendak mengafani jenazah.
a. Setelah jenazah dimandikan, bawalah jenazah tersebut ketempat yang sudah dipersiapkan untuk dikafani.
b. Siapkan kain pembungkus untuk jenazah laki-laki atau perempuan.
c. Sobek kain tersebut (tidak perlu dijahit) untuk baju dan sarung bagi jenazah laki-laki dan bagi jenazah perempuan, yaitu baju, bawahan, dan mukena.
d. Sesuaikan sobekan kain dengan keadaan jenazah.
Cara mengafani jenazah, dapat dilihat pada keterangan berikut:
a. Hamparkan kain pembungkus jenazah dibawah tubuh jenazah..
b. Luruskan kaki jenazah, tangan disedekapkan seperti sikap orang sholat.
c. Bungkuslah jenazah dengan rapatdan lebihkan kain sekedar dapat digunakan untuk pocong.
d. Ikatlah beberapa bagian tubuh jenazah dengan tali agar kain pembungkus jenazah tidak lepas.
4. Menyalatkan jenazah
Untuk menyalatkan jenazah, perhatikan urutan pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Berniat menyalatkan jenazah
b. Bacalah takbir pertama
c. Bacalah Surah al-Fatihah
d. Bacalah takbir kedua
e. Bacalah salawat nabi
f. Bacalah takbr ketiga
g. Doakan jenazah
h. Bacalah takbir keempat
i. Bacalah doa untuk keluarga yang ditinggal pergi
j. Bacalah salam
5. Menguburkan jenazah
Peragakan cara mengubur jenazah dengan mengikuti petunjuk berikut :
a. Turunlah tiga orang ke liang lahat guna menerima jenazah. Ada yang menerima jenazah pada bagian kepala, bagian tengah, dan bagian kaki.
b. Angkatlah jenazah pelan-pelan. Orang yang berada di atas liang lahat berrtugas mengangkat jenazah. Ada yang memegangi kepala, perut dan kaki.
c. Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping kubur (mana yang mudah).
d. Taruhkan jenazah di liang lahat, menghadap kiblat, miring kebarat, sehingga membujur keutara.
e. Berilah penyangga dengan tanah secukupnya agar jenazah tetap miring. Penyangga diletakkan pada bagian kepala dan punggung serta paha.
f. Kenakan pipi kanan jenazah dengan tanah. Oleh karena itu, lepaskan tali pocong, kain kafan dilonggarkan dibagian kepala agar mudah ditarik untuk meletakkan pipi mengenai tanah.
g. Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang lain. Hal itu dimaksudkan agar apabila ditimbun, badan jenazah tidak terhimpit dengan timbunan.
h. Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai. Maksudnya, agar penutup liang lahat tidak patah. Timbunan ditinggikan dari tanah sekitarnya agar tidak tergenang air apabila tergenang hujan.
i. Berilah tanda dari kayu atau batu.
j. Doakan si mayit dan keluarga yang ditinggalkannya.

1. Hidup dan mati adalah hak Allah swt. Apabila Allah swt telah menghendaki kematian seseorang, tidak seorang pun dapat menghindari dan lari dari takdir-Nya.
2. Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang bagus. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh akan menerima azab-Nya.
3. Orang yang mati wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur) hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.
4. Hokum mengurus, mengantarkan, dan mendoakan jenazah adalah sunnah.
5. Pengurusan mayat disunnahkan dilakukan dengan kelembutan dan kasih sayang karena roh jenazah masih menyaksikan keluarga yang ditinggalkan.




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kewajiban pengurusan jenazah bagi orang yang masih hidup ialah memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkannya. Kewajiban-kewajiban ini termasuk fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada umat islam yang  jika telah dilaksanakan oleh sebagian dari mereka maka kewajiban tersebut telah dianggap mencukupi. Yang berhak memandikan jenazah jika laki-laki maka yang memandikannya harus orang laki-laki kecuali istri dan mahramnya, demikian juga jika jenazah itu perempuan maka yang memandikan harus perempuan kecuali suami atau mahramnya. Mengkafani ialah membungkus jenazah dengan kain. Kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi seluruh badan mayat, baik mayat laki-laki maupun perempuan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara memandikan jenazah?
2.      Siapa saja yang berhak memandikan jenazah?
3.      Bagaimana cara mengafani jenazah?

C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui kewajiban mengurus jenazah bagi orang yang masih hidup
b.      Untuk mengetahui cara memandikan jenazah
c.       Untuk mengetahui siapa saja yang berhak memandikan jenazah
d.      Untuk mengetahui cara mengafani jenazah laki-laki dan perempuan




BAB II
PEMBAHASAN


            Sebelum memandikan jenazah, segala sesuatu yang akan diperlukan dalam proses memandikan jenazah perlu dipersiapkan terlebih dahulu.
2.1       Berikut hal hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan  jenazah :
1.      Tempat memandikan
2.      Ember, gayung, dan Air
3.      Kapas
4.      Kapur barus atau kamfer,
5.      Daun Bidara/ Sidr
6.      Kaos tangan karet 7-8 buah dan sarung tangan kain sesuai dengan jumlah   petugas yang memandikan.
7.      Kain penutup mayat 5-6
8.      Handuk dan waslap
9.      Bila dibutuhkan sebagai tambahan: Sabun (lebih baik cair), Shampoo, Cutton buds.
10.     Gunting
11.     Minyak wangi.
12.     Tempat sampah untuk membuang kotoran atau sampah.
13.     Kafan menyesuaikan keadaan dan  jenis kelamin jenazah.
Sebelum memandikan jenazah ada baiknya kita memenuhi aturan sebelum memandikan jenazah yaitu:
  • Mengikat kepala mayit
  • Melatakkan kedua tangan di atas perut (seperti orang yan sedang melakukan salat)
  • Mengikat dan menyatukan persendian lutut
  • Menyatukan kedua ibu jari kaki
  • Menghadapkan mayit kearah kiblat
2.2       Tata cara memandikan Jenazah :
Ketika memandikan mayat, tidak boleh hadir kecuali orang yang diperlukan kehadirannya. Dan hendaklah yang memandi­kan itu adalah orang yang jujur, salih dan dapat dipercaya, agar ia tidak menyiarkan keaiban dari mayat tersebut.[1]
Rasulullah saw. bersabda yang diriwayat­kan oleh Ibnu Majah berikut:
ليغسل موتا كم المأ مونون
"Hendaklah yang akan memandikan jenazahmu itu orang-orang yang dapat dipercaya".

Berikut langkah – langkah memandikan jenazah:
1.      Pada mulanya kita sediakan air sebanyak mungkin, air kapur barus, dan sabun, kain. Kemudian lakukan bacaan niat, ketentuan bacaan niat :
  • Jika mayat laki-laki dewasa,lafadz niatnya adalah :
    (Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit fardhal kifaayati lillahita’ala).
    Artinya : Sengaja aku memandikan mayat ini, fardhu kifayah karena Allah Ta’ala.
  • Jika mayat perempuan dewaasa,lafadz niatnya adalah:
    (Nawaitul ghusla lihaadzihil mayyitati fardhal kifaayati lillahita’ala)
    Artinya : Sengaja aku memandikan mayat perempuan dewasa ini, fardhu kifayah karena Allah Ta’ala.
  • Jika mayat kanak-kanak laki-laki, lafadz niatnya adalah :
    (Nawaitul ghusla lihaadzal mayyit tifli fardhal kifaayati lillahita’ala).
    Artinya : Sengaja aku memandikan mayat kanak-kanak laki-laki ini, fardhu kifayah karena Allah Ta’ala.
  • Jika mayat kanak-kanak perempuan,lafadz niatnya adalah :
    (Nawaitul ghusla lihaadzihil mayyitati tiflati fardhal kifaayati lillahita’ala).
    Artinya : Sengaja aku memandikan mayat kanak -kanak perempuan ini, fardhu kifayah karena Allah Ta’ala.
2.      Kemudian ambil air kemudian sirami seluruh bagian persendian tubuh mayit, agar tidak kaku dan mudah membersihkan semua bagian tubuh mayit. Kemudian sabuni dan bersihkan semua anggota bagian tubuh. Lebih utama meletakkan mayat di tempat yang tinggi, pakaiannya ditanggalkan dan ditaruh di atasnya sesuatu yang dapat menutupi auratnya. Untuk sunnah-nya dahulukan anggota bagian kanan baru kemudian kiri. Ketika memandikan mayat, tidak boleh hadir kecuali orang yang diperlukan kehadirannya.
3.      Setelah itu dudukkan mayit dan tekan-tekan perut, agar kotoran dalam perut keluar. Setelah itu bersihkan dubur mayit dengan niat istinja’ bagi mayit. Dengan bacaan niat :
Nawaitul istinjaa-i minal mayyit fardhan a’layya lillahi ta’ala).
Artinya : Sengaja aku menyucikan daripada mayit ini fardhu atasku karena Allah Ta’ala.
Dan ketika hendak membersih­kan "auratnya", hendaklah tangan orang yang memandikan dilapisi dengan kain, karena menyentuh aurat itu hukumnya haram.
4.      Kemudian diambil wudlu bagi simayit, dengan bacaan niat :
(Nawaitul wudhu-a lihaadzal mayyit lillahi Ta’ala).
Artinya : Sengaja aku mengambil wudhu’ bagi mayit ini karena Allah.
Hendaklah mayat itu diwudlukan seperti wudlu sembahyang yakni diawali atau dimulai dari agian kanan, berdasarkan hadits Rasulullah saw.
ابدأ بميا منها وهواضع اُلوضنوءِ منها
"Mulailah dengan bagian yang kanan dari anggota wudlu".
Dan siram dengan air kapur barus untuk menghilangkan segala bau yang mengganggu.
5.      Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air sabun atau dengan air bidara, dengan memulainya bagian yang kanan. Dan seandainya tiga kali tidak cukup, misalnya belum bersih maka hendaklah dilebihinya menjadi lima atau tujuh kali. Rasulullah saw. bersabda :
اغسلنهاوتراًّ :ثلاثاً او خمسًا او سبعا : اواكثر من ذلك ان رايتنّ
"Mandikanlah jenazah-jenazah itu secara (hitungan) ganjil, tiga, lima atau tujuh kali. Atau boleh lebih jika kau pandang perlu".


6.      JIka telah selesai memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan dengan kain atau handuk yang bersih, agar kain kafannya tidak basah, lalu ditaruh, diatas minyak wangi.
Tetapi kalau mayat itu meninggal ketika sedang dalam keadaan ihram, maka harus dimandikan seperti biasa tanpa dikenai kafur atau lainnya yang berbau harum.
Menurut riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas ra.
انّ رجلا وقصه بعيره, ونحن مع النّبى صلى الله عليه وسلّم وهو محرم, فقال النبي صلى الله عليه وسلم : اغسلوه بماء وسدرٍ وكفنوه فى ثوبين, ولا تمسوه طيبًا ولاتخمروا رأسه فأنّ الله يبعثه يوم القيامة ملبدا, و فى رواية ملبيا.
"Bahwa seorang laki-laki terinjak oleh untanya, ketika kami menyertai Nabi saw. sedang ia dalam keadaan ihram. Maka beliau saw. bersabda : "Mandikan dia dengan air bidara, dan bungkuslah dengan dua lembar kain, dan janganlah dia dikenai dengan wewangian, dan jangan pula ditutupi kepala­nya. Karena, sesungguhnya Allah akan membangkitkan dia pada hari kiamat dalam keadaan rekat rambutnya. Sedang menurut riwayat lain : "dalam keadaan talbiyah".

Dan ketentuan lain sehubungan dengan memandikan mayat, ialah mayat laki-laki wajib dimandikan oleh laki-laki, dan mayat perempuan dimandikan dengan mayat perem­puan pula, sebagaimana yang bisa disimpul­kan dari beberapa hadits. Hanya saja bagi mayat laki-laki boleh dimandikan oleh isteri­nya dan mayat perempuan oleh suaminya.
Kalau untuk memandikan mayat perem­puan hanya ada seorang laki-laki yang bukan mahramnya, atau untuk memandikan mayat laki-laki hanya seorang perempuan yang bukan mahramnya, maka gugurlah kewajiban memandikan mayat itu, diganti dengan tayam­mum.' Demikian menurut Musthafa Al Khin.
Hal ini didasarkan pada riwavat Baihaki dari Makhul dan juga Abu Dawud.
Rasulullah saw. bersabda :
اِذا ماتت ألمرأة مع الرجال, ليس معهم امرأة غيرها والرجول مع النساء, ليس معهنّ رجل غيره فإنهماييممان ويد فنان, وهمابمنزله من لم يجدالماء
"Jika seorang wanita _meninggal di lingkungan Iaki-laki hingga tak ada wanita lain, atau laki-laki di lingkungan wanita wanita dimana tidak ada laki-laki lain, maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan lalu dimakamkan. Kedua Mereka itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air”.
Menurut Imam Malik dan Syafi`i, jika diantara laki-laki itu terdapat seorang mahram yang haram kawin dengannya, hendaklah ia di mandikan mayat wanita itu, karna ia ini  adalah seperti laki-laki bagi mahram tersebut, mengenai soal aurat dan khalwat."

2.3                 Cara Memotong Kain Kafan
Yang perlu diperhatikan adalah sebelum mengkafani mayit sebaiknya mayit dipakaikan celana dalam terlebih dahulu baru kemudian dikafani, berikut tata cara mengkafani jenazah laki - laki :
  1. Siapkan kain kafan
  2. Potong sesuai ukuran kain kafan, yaitu : kurang lebih 15.5 meter dengan aturan potongan kain :
a)              Kafan 2 lapis dengan panjang @ 2,5 m X lebar kain + 0,5 m lebar potong kain. Total 7,5 meter
b)             Baju dengan panjang 2,5 meter, diambil 2/3 dari lebar. Sisanya 1/3 untuk sorban. Total 2,5 meter
c)              1,5 meter untuk lengan baju, 2/3 dari lebar untuk baju. Sisanya 1/3 untuk anak baju. Total 1,5 meter
d)             1 meter untuk sal atau selendang. Total 1 meter
e)              1,5 meter untuk ikat pinggang (1/3 dari lebar). Total 1,5 meter
Baru kemdian kita melakukan pengkafanan

2.4        Mengafani Mayat
Hukum mengafani (membungkus) mayat itu adalah fardu ki fayah atas yang yang hidup. Kafan diambil dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan harta. Kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafannya menjadi kewajiban orang yang wajib memberi belanjanya ketika ia hidup. kalau yang wajib memberi belanja itu juga tidak mampu, hendaklah di ambilkan dari baitul-mal, dan diatur menurut hukum agama Islam. jika baitul-mal tidak ada atau tidak teratur, maka hal itu menjadi kewajiban muslim yang mampu. Demikian pula keperluan lainnya yang bersangkutan dengan mayat.
Kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi seluruh badan mayat, baik mayat laki-laki maupun perempuan. Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis kain; tiap-tiap lapis menutupi seluruh badannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu dari tiga lapis itu hendaldah izar (kain mandi), sedangkan dua lapis lagi menutupi seluruh badannya.

Cara Mengafani
1.        Mula-mula kita siapkan segala sesuatunya yang diper-lukan untuk mengkafani mayat (kain kafan dan lain-lain).
2.        Kemudian sobek / koyak bagian tepi kain kafan tersebut, setelah itu potong kain kafan tersebut (sesuaikan dengan ukuran pemotongan kain kafan sebagaimana telah disebut pada huruf B dari aturan pemotongan kain kafan). Hal tersebut hendaklah disesuaikan dengan kondisi badan/fisik mayat.
3.        Seterusnya buatlah bajunya, kain sarungnya, cawatnya serta sorban bagi mayat laki-laki atau kerudung bagi mayat perempuan. Disunnatkan pada pertama kali menyobek kain tersebut dengan membaca :
Allahummaj’al libaasahu (ha) ‘anil kariim wa adkhilhu (ha) Ya Allahu ta’ala birahmatikal Jannata yaa arhamarraahimiin.
4.        Adapun cara meletakkan kain kafan itu ialah dibujurkan ke arah kiblat (letak kaki mayat ke arah qiblat) jika tempat mengizinkan. Susunannya adalah sebagai berikut :
a. Letakkan tali kain kafan sebanyak 5 helai
b. Kain kafan pertama dibentangkan
c. Ikat pinggang mayat dibentangkan
d. Kain kafan kedua dibentangkan
e. Selendang / sal dipasang
f. Sorban dibentangkan di atas sal / selendang
g. Baju dibentangkan
h. Anak baju dibentangkan di atas baju
i. Kain sarung dibentangkan di atas baju
j. Kapas ditebarkan di atas baju dan kain sarung
k. Selasih serbuk cendana dan wewangian ditabur di atas kapas
Hendaknyalah mendahulukan kain yang kanan dari pada kain yang kiri
Kemudian dihamparkan sehelai-sehelai, dan di atas tiap-tiap lapis itu ditaburkan wangi-wangian, seperti kapur barus dan sebagainya; lalu mayat diletakkan di atasnya. Kedua tangannya diletakkan di atas dadanya, tangan kanan di atas tangan kiri; atau kedua tangan itu diluruskan menurut lambung­nya (rusuknya).[2]
عن عائشة كفن رسول الله صلى الله عليه وسلم فى ثلاثة اثواب بيضسحوليةمن كرسف ليس فيهاقميص ولاعمامة. متفق عليه
Diriwayatkan:
Dari Aisyah, "Rasulullah Saw. dikafani dengan tiga lapis kain putih bersih yang terbuat dari kapas (katun), tanpa memakai gamis dan serban." (Sepakat ahli hadis)
Mayat perempuan sebaiknya dikafani dengan lima lembar kain, yaitu basahan (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung (cadar), dan kain yang menutupi seluruh badannya.
Cara mengafani Mayat Perempuan
Mula-mula dipakaikan kain basahan, baju, tutup kepala, lalu kerudung, kemudian dimasukkan ke dalam kain yang meliputi seluruh badannya. Di antara beberapa lapisan kain tadi sebaiknya diberi wangi-wangian, misalnya kapur barus.
عن ليلى بنت قانف قالت كنت فيمن فيمن غسل ام كلثوم بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم عند وفاتهاوكان اول مااعطانارسول الله صلى الله عليه وسلم الحقاء ثم الدرع ثم الخمارثم الملحفق ثم ادرحت بعدذلك فى الشوب الاخر. قالت ورسول الله صلى الله عليه وسلم عند الباب ومعه كفنهايناولناثوباثوبا. رواه أحمدوأبوداود
Dari Laila binti Qanif. Ia berkata, "Saya salah seorang yang turut memandikan Ummi Kalsum binti Rasulullah Saw. ketika ia wafat. Yang pertama-tama diberikan oleh Rasulullah Saw. kepada kami ialah kain basahan, kemudian baju, tutup kepala, lalu kerudung, dan sesudah itu dimasukkan ke dalam kain yang lain (yang menutupi seluruh badannya)."Kata Laila, "Sedangkan Nabi berdiri di tengah pintu membawa kafannya, dan memberikannya kepada kami sehelai demi sehelai." (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Kecuali orang yang mati ketika sedang dalam ihram haji atau umrah, ia tidak boleh diberi harum-haruman dan jangan pula ditutup kepalanya. Sabda Rasulullah Saw.:
عن ابن عباس قال بينمارحل واقف مع رسول الله صلى الله عليه وسلم بعرفة اذوقع عن راحلته فوقصته فذ كر ذلك للنبى صلى الله عليه وسلم فقال اغسلوه بماء وسدر وكفنوه فى ثوبيه ولاتحنطوه ولاتخمروا رأسه فان الله يبعثه يوم القيامة ملبيا. رواه الجماعة
Dari Ibnu Abbas. Ia berkata, "Ketika seorang laki-laki sedang wukuf atau mengerjakan haji bersama-sama Rasulullah Saw. di Padang Arafah, tiba-tiba laki-laki itu terjatuh dari kendaraannya hingga meninggal. Maka kejadian itu diceritakan kepada Nabi Saw: Beliau berkata, `Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, dan kafanilah dia dengan dua kain ihramnya. Jangan kamu beri dia wangi-wangian, dan jangan ditutup kepalanya. Maka sesungguhnya Allah akan membangkitkan dia nanti pada hari kiamat seperti keadaannya sewaktu berihram':" (Riwayat Jama'ah ahli hadis)
Kafan itu sebaiknya adalah kain putih bersih. Sabda Rasulullah Saw.:
البسوامن ثيابكم البياض فانهاخيررثيابكم وكفنوافيهاموتاكم. رواه الترمذىوغيره
"Pakailah olehmu kain putihmu; karena sesungguhnya kain putih itu sebaik-baik kainmu; dan kafanilah mayatmu dengan kain putih itu." (Riwayat Tirmizi dan lain-lain)

2.5       Menyempurnakan Pemakaian Kain Kafan
Sabda Rasulullah Saw.:
عن جابرقال رسول الله صلى الله عليه وسلم اذاكفن احدكم اخاه فليحسن كفنه. )رواه مسلم(
Dari Jabir, "Rasulullah Saw. berkata, Apabila salah seorang dari kamu menga fani saudaranya, hendaklah ka fannya dibaikkan." (Riwayat Muslim)
Kafan yang baik maksudnya baik sifatnya, baik cara memakainya, serta terbuat dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan, yaitu kain yang putih, begitu pula cara memakaikannya yang baik. Adapun baik yang tersangkut dengan dasar kain ialah, jangan sampai berlebih-lebihan memilih dasar kain yang mahal-mahal harganya.
Sabda Rasulullah Saw.:[3]
عن على بن ابى طالب قال رسول الله صلى الهه عليه وسلم: لاتغالوافى الكفن فانه يسلب سريعا. رواه أبوداود
Dari Ali bin Abi Talib. Rasulullah Saw. berkata, "Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal-mahal) untuk kafan karena. sesungguhnya ka fan itu akan hancur dengan segera." (Riwayat Abu Dawud)
Agar Sahabat:
عن عائثة ان ابابكر نظر الى ثوب عليه كان يسرض فيه فقال اغسلوا ثوبى ثذاوزيدوا عليه ثوبين فكفنو نى فيهاقلب ان هذا خلق قال ان الحى احق بالجديدمن الميت انما هوللمهلة. مختصرمن البخارى
Dari Aisyah. Abu Bakar (khalifah pertama) memandang kain yang beliau pakai sewaktu beliau sakit. Kata beliau, "Cuci olehmu kainku ini, dan tambahilah dua kain lagi, lalu kafanilah aku dengan kain itu,"JawabAisyah, "Kain ini sudah usang." Ujar beliau, "Sesungguh­nya orang yang hidup lebih berhak memakai yang baru dari pada mayat. Kafan itu hanya untuk tanah, daging, dan kulit yang hancur.”(Ringksan dari bukhori)





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Memandikan  dan  mengkafani  jenazah adalah  kawajiban bagi orang yang masih hidup, kewajiban ini termasuk  fardhu  kifayah. Yang wajib dalam memandikan itu ialah menyampaikan atau menyiramkan air keseluruh tubuhnya. Lebih utama meletakkan mayat di tempat yang tinggi, pakaiannya ditanggalkan dan ditaruh di atasnya sesuatu yang dapat menutupi auratnya. mayat laki-laki wajib dimandikan oleh laki-laki, dan mayat perempuan dimandikan dengan mayat perem­puan pula, sebagaimana yang bisa disimpul­kan dari beberapa hadits. Hanya saja bagi mayat laki-laki boleh dimandikan oleh isteri­nya dan mayat perempuan oleh suaminya. Kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi seluruh badan mayat, baik mayat laki-laki maupun perempuan. Sebaiknya untuk laki-laki tiga lapis kain; tiap-tiap lapis menutupi seluruh badannya.




 DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, sulaiman. 2010. Fiqih Islam. Bandung: sinnar baru algensindo
Mujtaba’, saifuddin. 2003. Sucikan Tubuh Anda. Jember: H.I Press
Sabiq, sayyid. 1993. Fiqih Sunnah 4. Bandung: PT. Al Ma’rif
Hassan. 1996. Soal-Jawab ( tentang berbagai masalah agama ). Bandung: CV. Diponogoro
Muttaqin, zainal. 2004. Fiqih Madrasah Tsanawiyah. Semarang: PT. Toha Putra

. Lafal lafal niat mewudhukan jenazah
            - Lafal niat mewudhukan jenazah laki – laki
      نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِهٰذَا الْمَيِّتِ لِلّٰهِ تَعَالَى
             - Lafal niat mewudhukan jenazah perempuan
      نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِهٰذِهِ الْمَيِّتِ لِلّٰهِ تَعَالَى
b. Lafal lafal niat memandikan jenazah
            - Lafal  niat memandikan jenazah laki – laki
    نَوَيْتُ الْغُسْلِ لِهٰذَا الْمَيِّتِ لِلّٰهِ تَعَالَى

            - Lafal niat memandikan jenazah perempuan
    نَوَيْتُ الْغُسْلِ لِهٰذِهِ الْمَيِّتِ لِلّٰهِ تَعَالَى
            - Lafal  niat mentayamumkan jenazah
    نَوَيْتُ التَّيَمُّمَ عَنْ تَحْتِ قُلْفَةِ هٰذَا الْمَيِّتِ لِلّٰهِ تَعَالَى
               Artinya  : Saya niat tayamum untuk menggantikan membasuh dibawah   ini jenazah  karena allah ta ‘ala .

c. Lafal lafal niat shalat jenazah
1. untuk jenazah laki laki Satu
      اُصَلِّى عَلَى هَذَا اْلمَيِّتِ اَرْبَعَ نَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا / اِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

2. untuk jenazah laki laki dua
      اُصَلِّى عَلَى هَذَيْنِ اْلمَيِّتِ اَرْبَعَ نَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا / اِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

3. untuk jenazah banyak
     اُصَلِّى عَلَى هَۤؤُلاَءِاْلمَوْتَى اَرْبَعَ نَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا / اِمَامًا لِلَّهِ تَعَالى  

4.untuk jenazah perempuan Satu
      اُصَلِّى عَلَى هَذِهِ اْلمَيِّتَةِ اَرْبَعَ نَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا / اِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

5. untuk jenazah ghoib ( imam )
      اُصَلِّى عَلَى اْلمَيِّتِ اْلغَائِبِ (فُلاَنْ) اَرْبَعَ نَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ اِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى
6. untuk jenazah ghoib ( makmum )

      اُصَلِّى عَلَى مَنْ صَلىَّ عَلَيْهِ اْلاِمَامُ اَرْبَعَ نَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

d . Lafal doa setelah takbir ke 3
    اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْ خَلَهُ وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ
   مَثْوَاهُ

“ Ya Allah , ampunilah dia , berilah kasih (rahmat  ) padanya , berilah maaf padanya , muliakanlah kedatangannya ( tempatnya ) , lapangkanlah pintu masuknya ( kekubur ) dan jadikanlah surga tempat kembalinya . “

e . Lafal do ‘a setelah takbir ke 4
     اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْناَ اَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِناَ بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَناَ وَلَهُ
“Ya Allah , janganlah Engkau rugikan kami dari pada mendapat pahalanya , dan janganlah Engkau beri kami  fitnah sepeninggalnya , dan ampunilah kami dan dia . “

Penjelasan  :
            Ketika membaca do‘a dalam salat jenazah  setelah takbir ke 3 dan  ke  4 hendaklah bacaan dlamir  ( kata ganti orang ) disesuaikan dengan jenis jenazah tersebut ( laki – laki atau permpuan ), misalnya :
1.      Apabila jenazahnya wanita maka dlamir ( kata ) hu (  هُ) diganti dengan dlamir ha ( هاَ )
            2 . Apabila jenazahnya  dua orang  maka dlamir ( kata ) hu (  هُ) diganti dengan dlamir huma
                ( هُمَا )
3        . Apabila jenazahnya  banyak   maka dlamir ( kata ) hu (  هُ) diganti dengan dlamir hum






Tidak ada komentar:

Posting Komentar