makalah
pengantar studi ISLAM
|
|
Ruang : E
|
Semester : 3(tiga)
|
Dosen pembimbing : toyib
|
Di susun oleh :
·
ZULKARNAIN
·
M.HENDRA
·
ARISKA DEWI
|
|

S.T.I.T
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH
KABUPATEN TEBO
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN……………………………………………….
BAB 2
Riwayat hidup imam
al-khozali…………………………………
Konsep pendidikan
al-khozali………………………………….
·
Tujuan
pendidikan………………………………………
·
Kurikulum
pendidikan………………………………….
·
Metode
pengajaran………………………………………
·
Criteria guru yang
baik………………………………….
·
Sifat murid yang
baik……………………………………
·
Ganjaran dan
hukuman………………………………….
Karya-karya imam
al-khozali…………………………………..
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………....
1.
Tujuan
pendidikan……………………………………….
2.
Kurikulum
pendidikan…………………………………..
3.
Metode pengajaran………………………………………
4.
Criteria guru yang
baik………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Para ahli sejarah dan sarjana telah menyaksikan bahwasanya
ilmuwan-ilmuwan nuslim itu telah bersih, jernih jiwanya dan dekat kepada Allah
SWT, dan hatinya suci dari pada kejahatan dan dosa, sedanng jasmani mereka
kosong dari pengaruh duniawi dan kelezatannya, lalu memusatkan perhatiannya
kepada ilmu, mereka ditunjuki Allah dengan cahaya-Nya kepada cahaya mereka,
lallu mereka menngetahui dan menngenal, kemudian mereka memproduksi sebagian apa
yang mereka ketahui dari yang dikehendaki Allah SWT
Oleh karena itu di kalangan umat islam, masalah hubungan
hidup manusia dengan Tuhannya, hubungan dengan masyarakat dan alam sekitarnya
telah dianallisa oleh ahlli-ahli pikir muslim, sehingga membuahkan berbagai
bidang ilmu pengetahuan dan seni budaya serta norma-norma etis dibarengi dengan
keterampilan mengerjakan dan mengamalkannya,
BABII
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. RIWAYAT HIDUP AL-GHAZALI
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
Al-ghazali dilahirkan di Thus, sebuah Kota di khurasan, Persia, pada tahun 450
H atau 1058 M. ayahnya seorang pemintal wool. Al-ghazali mempunyai seprang
saudara, ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada sahabat setianya agar
keduanya putranya diasuh dan disempurnakan pendidikan keduanya. Sahabatnya
segera melaksanakan wasiat ayah Al-Ghazali, kedua anak itu dididik dan
disekolahkan, setelah harta pusaka peninggalan ayah mereka habis, mereka
dinasehati agar meneruskan mencari ilmu semampunya
Imam Al-Ghazali sejak kecil
dikenal sebagai seorang anak pencinta ilmu pengetahuan dan penggandrung mencari
kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa nestapa
dan sengsara. Di masa kanak-kanak imam
al-Ghazali belajar kepada Ahmad bin Muhammad Ar-Raziqani di Thus kemudian
belajar kepada Abi Nasr Al-Ismaili di Jurjani dan akhirnya ia kembali ke Thus
lagi.
Setelah itu Imam Ghazali pindah ke Nisabur untuk belajar kepada seorang ahli agama kenamaan di masanya, yaitu Al-Juwaini, Imam Haramain, dari beliau ini al-Ghazali belajar ilmu kalam, ilmu ushul, dan ilmu agama lainnya. Imam Al-Ghazali memang orang yang cerdas dan sanggup mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih , sehingga Imam Juwini memberi predikat sebagai orang yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan “Laut dalam nan menenggelamkan”
Keikutsertaan Al-Ghazali dalam suatu diskusi bersama sekelompok ulama dan intelektual di hadapan Nidzam Al-Mulk membawa kemenangan baginya, Nidzam Al-mulk berjanji akan mengangkatnya sebagai guru besar di Universitas yang didirikannya di Baghdad pada tahun 484 atau 1091 M. setelah empat tahun beliau memutuskan untuk berhenti mengajar dan meninggalka Baghdad, setelah itu beliau ke Syam, hidup dalam Jami’Umawy dengan kehidupan penuh ibadah, dilanjutkan ke padang pasir untuk untuk meninggalkan kemewahan hidup dan mendalami agama.
Kemudian sewaktu-waktu beliau kembali ke Baghdad untuk kembali mengajar di sana, kitab pertama yang dikarangnya adalah Al-Munqidz min al-Dholal. Sekembalinya ke Baghdad sekitar sepuluh tahun, beliau ke Nisabur dan sibuk mengajar di sana dalam waktu yang tidak lama, setelah itu beliau meninggal di Thus, kota kelahiranyya pada tahun 505 H atau 1111 M.
Setelah itu Imam Ghazali pindah ke Nisabur untuk belajar kepada seorang ahli agama kenamaan di masanya, yaitu Al-Juwaini, Imam Haramain, dari beliau ini al-Ghazali belajar ilmu kalam, ilmu ushul, dan ilmu agama lainnya. Imam Al-Ghazali memang orang yang cerdas dan sanggup mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih , sehingga Imam Juwini memberi predikat sebagai orang yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan “Laut dalam nan menenggelamkan”
Keikutsertaan Al-Ghazali dalam suatu diskusi bersama sekelompok ulama dan intelektual di hadapan Nidzam Al-Mulk membawa kemenangan baginya, Nidzam Al-mulk berjanji akan mengangkatnya sebagai guru besar di Universitas yang didirikannya di Baghdad pada tahun 484 atau 1091 M. setelah empat tahun beliau memutuskan untuk berhenti mengajar dan meninggalka Baghdad, setelah itu beliau ke Syam, hidup dalam Jami’Umawy dengan kehidupan penuh ibadah, dilanjutkan ke padang pasir untuk untuk meninggalkan kemewahan hidup dan mendalami agama.
Kemudian sewaktu-waktu beliau kembali ke Baghdad untuk kembali mengajar di sana, kitab pertama yang dikarangnya adalah Al-Munqidz min al-Dholal. Sekembalinya ke Baghdad sekitar sepuluh tahun, beliau ke Nisabur dan sibuk mengajar di sana dalam waktu yang tidak lama, setelah itu beliau meninggal di Thus, kota kelahiranyya pada tahun 505 H atau 1111 M.
B. KONSEP PENDIDIKAN AL-GHAZALI
Untuk mengetahui konsep
pendidikan Al-Ghazali, dapat diketahui dengan cara memahami pemikirannya yang
berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu:
tujuan, kurikulum, metode, etika guru, dan etika murid.
1. Tujuan Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Seorang guru baru dapat merumuskan suatu tujuan kegiatan,
jika ia memahami benar filsafat yang mendasarinya. Rumusan selanjutnya akan
menentukan aspek kurikulum, metode, guru dan lainnya. Dari hasil studi terhadap
pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin
dicapai melaliu pendidikan ada dua, pertama: tercapainya kesempurnaan insani
yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT, kedua, kesempurnaan insani
yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena itu, beliau
bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran yang merupakan
tujuan akhir dan maksud pendidikan itu. Tujuan itu tampak bernuansa religius
dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi.
Akan tetapi, disamping bercorak agamis yang merupakan cirri
spesifik pendidikan islam, tampak pula cenderung pada sisi keruhanian.
Kecenderungan tersebut sejalan dengan filsafat Al-ghazali yang bercorak
tasawuf. Maka sasaran pendidikan adalah kesempurnaan insani dunia dan akhirat.
Manusia akan sampai pada tingkat ini hanya dengan menguasai sifat keutamaam
melalui jalur ilmu. Keutamaan itulsh yang akan membuat bahagia di dunia dan
mendekatkan kepada Allah SWT sehingga bahagia di ahkirat kelak. Oleh karena
itu, menguasai ilmu bagi beliautermasuk tujuan pendidikan, mengingat nilai yang
dikandungnya serta kenikmatan yang diperoleh manusia padanya.
2. Kurikulum Pendidikan
Al-Ghazali
membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
• Ilmu yang tercela, sedikit atau banyak. Ilmu tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu nujum, sihir, dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat bagi yang memilikinya maupun orang lain, dan akan meragukan Allah SWT.
• Ilmu yang tercela, sedikit atau banyak. Ilmu tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu nujum, sihir, dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat bagi yang memilikinya maupun orang lain, dan akan meragukan Allah SWT.
• Ilmu
yang terpuji, sedikit atau banyak, misalnya ilmu tauhid, dan ilmu agama. Bila
ilmu ini dipelajari akan membawa orang kepadajiwa yang suci bersih dari
kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
• Ilmu
yang terpuji pada taraf tertentu, dan tidak boleh didalami, karma dapat membawa
kepada goncangan iman, seperti ilmu filsafat.
Dari
ketiga kelompok ilmu tersebut, Al-Ghazalimembagi lagi menjadi dua bagian dilihatdari
kepentingannya, yaitu:
• Ilmu
yang fardhu (wajib) untuk diketahui oleh semua orang muslim, yaitu ilmu agama.
• Ilmu yang merupakan fardhu kifayah untuk dipelajari setiap muslim, ilmu dimanfaatkan untuk memudahkan urusan duniawi, seperti : ilmu hitung, kedokteran, teknik, dan ilmu pertanian dan industri.
• Ilmu yang merupakan fardhu kifayah untuk dipelajari setiap muslim, ilmu dimanfaatkan untuk memudahkan urusan duniawi, seperti : ilmu hitung, kedokteran, teknik, dan ilmu pertanian dan industri.
Dalam menyusun kurikulum pelajaran, Al-Ghazali memberi
perhatian khusus pada ilmu-ilmu agama dan etika sebagaimana yang dilakukannya
terhadap ilmu-ilmu yang sangat menentukan bagi kehidupan masyarakat. Kurikilum menurut Al-Ghazali didasarkan pada dua
kecenderungan sebagai berikut:
•
Kecenderungan agama dan tasawuf. Kecenderungan ini membuat Al-ghazali
menempatkan ilmu-ilmu agama di atas segalanya dan memandangya sebagai alat
untuk menyucikan diri dan membersihkannya dari pengaruh kehidupan dunia.
• Kecenderungan pragmatis. Kecenderungan ini tampak dalam karya tulisnya. Al-ghazali beberapa kali mengulangi penilaian terhadap ilmu berdasarkan manfaatnyabagi manusia, baik kehidupan di dunia, maupun untuk kehidupan akhirat, ia menjelaskan bahwa ilmu yang tidak bermanfaat bagi manusia merupakan ilmu tang tak bernilai. Bagi al-Ghazali, setiap ilmu harus dilihat dari fungsi dan kegunaannya dalam bentuk amaliyah.
• Kecenderungan pragmatis. Kecenderungan ini tampak dalam karya tulisnya. Al-ghazali beberapa kali mengulangi penilaian terhadap ilmu berdasarkan manfaatnyabagi manusia, baik kehidupan di dunia, maupun untuk kehidupan akhirat, ia menjelaskan bahwa ilmu yang tidak bermanfaat bagi manusia merupakan ilmu tang tak bernilai. Bagi al-Ghazali, setiap ilmu harus dilihat dari fungsi dan kegunaannya dalam bentuk amaliyah.
3. Metode Pengajaran
Perhatian Al-Ghazali akan pendidikan
agama dan moral sejalan dengan kecenderungan pendidikannya secara umum, yaitu
prinsip-prinsip yang berkaitan secara khusus dengan sifat yang harus
dimilikioleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.
Tentang pentingnya keteladanan utama dari seorang guru, juga dikaitkan dengan pandangannya tentang pekerjaan mengajar. Menurutnya mengajar adalah pekerjaan yang paling mulia sekaligus yang paling agung .pendapatnya ini, ia kuatkan dengan beberapa ayat Al-quran dan hadits Nabi yang mengatakan status guru sejajar dengan tugas kenabian. Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa wujud termulia di muka bumi adalah manusia, dan bagian inti manusia yang termulia adalah hatinya. Guru bertugas menyempurnakan, menghias, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bahkan, kaum muslimin pada zaman dahulu amat mementingkan menuntut ilmu yang langsung diterima dari mulut seorang guru. Mereka tidak suka menuntut ilmu dati buku-buku dan kitab-kitab saja, sebagian mereka berkata “ Diantara malapetaka yang besar yaitu berguru pada buku, maksudnya belajar dengan membaca buku tanpa guru”, dalam sebuah kitab dikatakan “Barang siapa yang tiada berguru, maka syetanlah imammya”.
Tentang pentingnya keteladanan utama dari seorang guru, juga dikaitkan dengan pandangannya tentang pekerjaan mengajar. Menurutnya mengajar adalah pekerjaan yang paling mulia sekaligus yang paling agung .pendapatnya ini, ia kuatkan dengan beberapa ayat Al-quran dan hadits Nabi yang mengatakan status guru sejajar dengan tugas kenabian. Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa wujud termulia di muka bumi adalah manusia, dan bagian inti manusia yang termulia adalah hatinya. Guru bertugas menyempurnakan, menghias, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bahkan, kaum muslimin pada zaman dahulu amat mementingkan menuntut ilmu yang langsung diterima dari mulut seorang guru. Mereka tidak suka menuntut ilmu dati buku-buku dan kitab-kitab saja, sebagian mereka berkata “ Diantara malapetaka yang besar yaitu berguru pada buku, maksudnya belajar dengan membaca buku tanpa guru”, dalam sebuah kitab dikatakan “Barang siapa yang tiada berguru, maka syetanlah imammya”.
Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung
berfaham empirisme, oleh karena itu, beliau sangat menekankan pengaruh
pendidikan terhadap anak didik. Anak adalah amanat yang dipercayakan kepada
orang tuanya, hatinya bersih, murni, laksana permata yang berharga, sederhana,
dan bersih dari ukiran apapun. Ia dapat menerima tiap ukiran yang digoreskan
kepadanya dan akan denderung ke arah yang kita kehendaki. Oleh karna itu, bila
ia dibiasakan dengan sifat-sifat yang baik, maka akan berkembanglah sifat-sifat
yang baik pula. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani, dan Majusi.”( HR. Muslim)
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani, dan Majusi.”( HR. Muslim)
4. Kriteria Guru Yang Baik
Menurut Al-Ghazali, bahwa guru yang dapat
diserahi tugas mengajar adalah selain guru yang cerdas dan sempurna akalnya,
juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaanakal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan
secara mendalam, dan dengan akhlaknya guru dapat menjadi contoh dan teladan
bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya guru dapat melaksanakan tugasnya
mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Selain sifat-sifat umum di atas, seorang guru juga memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut:
Selain sifat-sifat umum di atas, seorang guru juga memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut:
• Mencintai murid seperti mencintai anaknya sendiri.
• Jangan mengharapkan materi sebagai tujuan utama karena mengajar adalah tugas yang diwariskan Rasulullah SAW.
• Jangan mengharapkan materi sebagai tujuan utama karena mengajar adalah tugas yang diwariskan Rasulullah SAW.
• Mengingatkan murid bahwa tujuan menuntut ilmu adalah mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
• Guru
harus mendorong muridnyauntuk mencari ilmu yang bermanfaat.
• Guru harus memberikan tauladan yang baik di mata muridnya sehingga murid senang mencontoh tingkah lakunya.
• Guru harus memberikan tauladan yang baik di mata muridnya sehingga murid senang mencontoh tingkah lakunya.
• Guru
harus mengajarkan pelajaran sesuaitingkat kemampuan akal anak didik.
• Guru harus mengamalkan ilmunya.
• Guru harus mengamalkan ilmunya.
• Guru
harus bias mengetahui jiwa anak didiknya.
• Guru
dapat mendidik keimanan ke dalampribadi anak didiknya.
5. Sifat Murid Yang Baik
Sejalan dengan tujuan pendidikan sebagai upaya mendekatkan
diri kepada Allah SWT, maka belajar termasuk ibadah. Dengandasar pemikiran ini,
maka seorang murid yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
•
Seorang murid harus memulyakan guru dan bersikap rendah hati
• Harus saling menyayangi dan tolong-menolong sesama teman
• Mempelajari bermacam-macam ilmu dari tiap-tiap ilmu tersebut
• Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari perbuatan hina dan tercela
• Seorang murid hendaknya mendahulukan mempelajari yang wajib
• Seorang murid hendaknya mempelajari ilmu secara bertahap
• Seorang murid hendaknya mengetahui nilai setiap ilmu yang dipelajarinya.
• Harus saling menyayangi dan tolong-menolong sesama teman
• Mempelajari bermacam-macam ilmu dari tiap-tiap ilmu tersebut
• Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari perbuatan hina dan tercela
• Seorang murid hendaknya mendahulukan mempelajari yang wajib
• Seorang murid hendaknya mempelajari ilmu secara bertahap
• Seorang murid hendaknya mengetahui nilai setiap ilmu yang dipelajarinya.
6. Ganjaran
dan Hukuman
Selanjutnya Al-Ghazali berkata:Apabila
anak-anak itu berkelakuan baik dan melakukan pekerjaan yang bagus, hormatilah
ia dan hendaknya diberi penghargaan dengan sesuatu yang menggembirakannya,
serta dipuji di hadapan orang banyak. Jika ia
melakukan kesalahan satu kali, hendaknya pendidikmembiarkan dan jangan dibuka
rahasianya. Jika anak itu mengulanginya lagi, hendaknya pendidik memarahinya
dengan tersembunyi, bukan dinasehati di depan orang banyak, dan janganlah
pendidik seringkali memarahi anak-anak itu, karena hal itu dapat menghilangkan
pengaruh pada diri anak, sebab sudah terbiasa telinganya mendengarkan amarah
itu.
Metode pemberian hadiah dan hukuman untuk tujuan mendidik dipandang sebagai metode yang aman. Terlalu banyak melarang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian pula terlalu banyak memberikan pujian tidak menjadi penyebab terjadinya perbaikan. Dalam berbagai kesempatan Al-Gazali menerangkan bahwa membesarkan anak dengan kemanjaan, bersenang-senang dan bermalas-malasan serta meremehkan pergaulan bersama orang lain termasuk perkara yang tidak baik karena membesarkan anak dengan cara seperti ini akan merusak akhlaknya .
Metode pemberian hadiah dan hukuman untuk tujuan mendidik dipandang sebagai metode yang aman. Terlalu banyak melarang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian pula terlalu banyak memberikan pujian tidak menjadi penyebab terjadinya perbaikan. Dalam berbagai kesempatan Al-Gazali menerangkan bahwa membesarkan anak dengan kemanjaan, bersenang-senang dan bermalas-malasan serta meremehkan pergaulan bersama orang lain termasuk perkara yang tidak baik karena membesarkan anak dengan cara seperti ini akan merusak akhlaknya .
C. KARYA-KARYA AL-GHAZALI
vDi Bidang filsafat
- Maqasid al-Falasifah
- Tafahut al-Falasifah
- Al-Ma’rif al-‘aqliyah
v Di Bidang Agama
- Ihya ‘Ulumuddin
- Al-Munqiz minal dhalal
- Minhaj al-Abidin
v Di Bidang Akhlak Tasawuf
- Mizan al-Amal
- Kitab al-Arbain
- Mishkatul anwar
- Al-Adab fi Dien
- Ar-Risalah al-laduniyah
v Di Bidang Kenegaraan
- Mustaz hiri
- sirr al-Alamin
- Nasihat al-Muluk
- Suluk al-Sulthanah
- Maqasid al-Falasifah
- Tafahut al-Falasifah
- Al-Ma’rif al-‘aqliyah
v Di Bidang Agama
- Ihya ‘Ulumuddin
- Al-Munqiz minal dhalal
- Minhaj al-Abidin
v Di Bidang Akhlak Tasawuf
- Mizan al-Amal
- Kitab al-Arbain
- Mishkatul anwar
- Al-Adab fi Dien
- Ar-Risalah al-laduniyah
v Di Bidang Kenegaraan
- Mustaz hiri
- sirr al-Alamin
- Nasihat al-Muluk
- Suluk al-Sulthanah
BABIII
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-ghazali dilahirkan di Thus, sebuah Kota di khurasan, Persia, pada tahun 450 H atau 1058 M. ayahnya seorang pemintal wool. Al-ghazali mempunyai seprang saudara, ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada sahabat setianya agar keduanya putranya diasuh dan disempurnakan pendidikan keduanya
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-ghazali dilahirkan di Thus, sebuah Kota di khurasan, Persia, pada tahun 450 H atau 1058 M. ayahnya seorang pemintal wool. Al-ghazali mempunyai seprang saudara, ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada sahabat setianya agar keduanya putranya diasuh dan disempurnakan pendidikan keduanya
Untuk mengetahui konsep
pendidikan Al-Ghazali, dapat diketahui dengan cara memahami pemikirannya yang
berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu:
tujuan, kurikulum, metode, etika guru, dan etika murid.
1.Tujuan Pendidikan
Seorang guru baru dapat merumuskan suatu tujuan kegiatan,
jika ia memahami benar filsafat yang mendasarinya. Rumusan selanjutnya akan
menentukan aspek kurikulum, metode, guru dan lainnya.
2.Kurikulum Pendidikan
Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian,
yaitu
v Ilmu yang tercela,
v Ilmu yang terpuji
v Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu
v Ilmu yang tercela,
v Ilmu yang terpuji
v Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu
3. Metode Pengajaran
Dalam masalah pendidikan, Al-Ghazali lebih cenderung
berfaham empirisme, oleh karena itu, beliau sangat menekankan pengaruh
pendidikan terhadap anak didik. Anak adalah amanat yang dipercayakan kepada
orang tuanya, hatinya bersih, murni, laksana permata yang berharga, sederhana,
dan bersih dari ukiran apapun.
4. Kriteria Guru Yang Baik
Menurut Al-Ghazali, bahwa guru yang
dapat diserahi tugas mengajar adalah selain guru yang cerdas dan sempurna
akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar