BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara
umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui
sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari
masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan
menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani
Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral,
pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.
Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan
berpikir, mausia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain
dalam pekembanganya. Implikasi dari kergaman ini ialah
bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan
megembangkan diri sesuai dengan keunikan ataua tiap – tiap pontensi tanpa
menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman
idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai
perkembangan yang sehat didalam lingkungannya.
Ilmu
bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan
konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu
yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri,
metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika
pemaparannya.
Obyek kajian
bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang
mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan,
pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan.
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk
menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individu sesuai dengan hakekat
kemanusiannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan serta permasalahannya dalam
segala aspek atau bidang kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Konseling
Islami
Thohari mengartikan bimbingan dan
konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Yahya Jaya menyatakan bimbingan
dan konseling agama Islam adalah pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor
agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin
mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin, baik
secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa
dalam beragama, dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis.
Ainur Rahim Faqih mengartikan
bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan dan konseling Islam merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang dialami klien agar
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasarkan ajaran
Islam.
B. Tujuan
Bimbingan Dan Konseling Islami
Secara garis besar atau secara umum
tujuan bimbingan dan konseling islami itu dapat dirumuskan sebagai” membantu
individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat”.
C. Bidang-Bidang Aplikasi Bimbingan
Konseling Islami
Seperti telah diketahui bahwa
bimbingan dan konseling islami berkaitan dengan masalah yang dihadapi individu,
yang mungkin dihadapi individu, atau yang sudah dialami individu. Masalah ini
dapat muncul dari berbagai faktor atau bidang kehidupan yang jika dirinci
masalah-masalah itu dapat menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
a.
Pernikahan dan keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil
masyarakat, setidak-tidaknya terdiri dari satu orang laki-laki dan satu orang
perempuan yang hidup bersama sebagai suami isteri. Keluarga (dalam arti rumah
tangga) menurut islam jelas-jelas merupakan suatu ikatan yang baru akan
terbentuk manakala sudah melalui akad atau perjanjian nikah. Dengan melalui
akad inilah akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia akhirat,
Agar keluarga, yang dibentuk itu
menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah , maka keluarga itu harus
diciptakan untuk memenuhi lima pondasi seperti yang disebutkan dalam haidst
nabi berikut ini:
1. Memiliki sikap ingin menguasai dan
mengamalkan ilmu-ilmu agama
2. Yang lebih muda menghormati yang
lebih tua
3. Berusaha memperoleh rizki yang
memadai
4. Hemat dalam membelanjakan harta
5. Mampu melihat segala kekurangan dan
kesalahan diri dan segera bertaubat.
Adapun tujuan bimbingan dan
konseling pernikahan dan keluarga islami adalah untuk membantu individu
mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan pernikahannya,
membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan
kehidupan berumah tangganya, membantu individu mencegah timbulnya problem-problem
yang berkaitan dengan pernikahan dan kehidupan berumah tangga.
Sedangkan
Azaz bimbingan dan konseling
keluarga islami meliputi
azaz kebahagiaan dunia akhirat, Azaz sakinah mawaddah warahmah, Azaz komunikasi
dan musyawarah, Azaz sabar dan twakkal, Azaz manfaat.
Objek bimbingan dan konseling
keluarga islami sendiri meliputi pemilihan jodoh, peminangan (pelamaran), pelaksanaan pernikahan,
hubungan suami isteri (jasmaniah dan rohaniah), hubungan antar anggota keluarga
(keluarga inti maupun besar), pembinaan kehidupan berumah tangga, harta dan
warisan, poligami, perceraian, talak, rujuk.
b.
Bidang Pendidikan
Manusia dalam kenyataan hidupnya
menunjukan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya
untuk menyatakan eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak
dirancang oleh Allah SWT. untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses
belajar terlebih dahulu untuk memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam
proses belajar itu seseorang saling tergantung dengan orang lain. Proses
belajar itu dimulai dengan orang terdekatnya. Proses belajar itulah yang
kemudian menjadi basis pendidikan.
Aktivitas pendidikan terkait dengan
perubahan yang secara moral bersifat lebih baik, ciri perubahan atau kemajuan
secara fundamental adalah terjadinya perkembangan internal diri manusia yaitu
keimanan dan ketaqwaan, bukan hanya perubahan eksternal yang cenderung bersifat
material yang dapat menghancurkan keimanan dan ketaqwaan manusia.
Dalam kehidupan modern seperti
sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal
yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia.
Masalahanya adalah bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat tidak
terbatas, bersifat subyektif yang sering justru dapat menghancurkan harkat
kemanusiaan yang paling dalam yaitu kehidupan rohaninya. Produk pendidikan
berubah menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk melakukan
pekerjaannya, tetapi tidak memiliki kepedulian dan perasaan terhadap sesama
manusia. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan menjadi instrumen kekuasaan dan
kesombongan untuk memperdayai orang lain, kecerdikannya digunakan untuk menipu
dan menindas orang lain, produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang
serakah dan egois.
Ketidakberhasilan tertanamnya
nilai-nilai rohaniyah (keimanan dan ketaqwaan) terhadap peserta didik (murid)
dewasa ini sangat terkait dengan dua faktor penting dalam proses pembelajaran
di samping banyak faktor-faktor yang lain, kedua faktor tersebut adalah
strategi pembelajaran serta orang yang menyampaikan pesan-pesan ilahiyah
(guru). Dalam sistem pendidikan Islam seharusnya menggunakan metode pendekatan
yang menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani
(lahiriyah dan batiniyah), di samping itu keberhasilan sebuah proses
pembelajaran sangat ditunjang oleh kepribadian setiap penyampai pesan (guru).
Pendidikan adalah upaya mengarahkan
perkembangan kepribadian manusia sesuai dengan hakekatnya agar menjadi insan
kamil, dalam rangka mencapai tujuan akhir kehidupannya, bahagia dunia akhirat.
pendidikan berTujuan mengarahkan perkembangan kepribadian manusia kearah yang baik
sebab hanya dengan perkembngan yang baik, tujuan hidup dapat tercapai. Adapun
objek sasaran pendidikan itu mencakup empat hal yaitu ketakwaan, kecerdasan,
rasa dan sikpa budi pekerti, dan keterampilan.
Sedangkan
Azaz-azaz Bimbingan dan konseling
pendidikan islami, yakni sebagai berikut: Azaz kebahagiaan dunia akhirat, azaz
kewajiban menuntut ilmu, Azaz pendidikan seumur hidup, Azaz manfaat pendidikan,
Azaz multi pengaruh terhadap pendidikan, Azaz kesesuaian dengan keadaan diri,
Azaz produktivitas.
c. Bidang karier
Bimbingan karir adalah bimbingan
dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja
atau jabatan /profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku
jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan
pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai
bagaian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman
belajar bidang studi.
Bimbingan karir adalah suatu
perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau
layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas
dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan,
pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola
perkembangan karirnya.
Tujuan Bimbingan dan Konseling dalam
aspek karir. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir
adalah sebagai berikut.
- Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan
kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
- Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan
informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
- Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja.
Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah
diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
- Tujuan Bimbingan dan Konseling selanjutnya adalah
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang
menjadi cita-cita karirnya masa depan.
- Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas
karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan)
yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
- Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu
merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang
sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
- Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu
kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi
seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada
kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
- Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.
Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh
kemampuan dan minat yang dimiliki. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan
dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Oleh karena itu, maka setiap
orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa
dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
- Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil
keputusan karir.
d. Bidang sosial
Pengertian
Bimbingan Pribadi-Sosial Menurut Dewa Ketut Sukardi , mengungkapkan bahwa bimbingan
pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan
masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan
pergaulan. Sedangkan menurut pendapat Abu
Ahmadi, Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada
peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial
yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok
sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang
bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah
pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah terlepas
dari berbagi masalah. Masalah yang menimpa manusia terkadang membuat manusia
menjadi frustrasi, tak berdaya, nelangsa dan putus asa. Bahkan tak jarang orang
yang begitu banyak diterpa berbagai masalah hidup lebih memilih mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri karena tak kuasa menghadapi masalah tersebut. Hal
ini diakibatkan oleh tidak adanya pengetahuan, ilmu, serta pengalaman dalam
mengahapi masalah. Oleh sebab itu manusia harus mendapat bimbingan agar mampu
membantu keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.
Yang tergolong dalam
masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman,
dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian
diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan
penyelesaian konflik.
MC Daniel
memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya,
tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki
agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang
dapat diterima dalam budaya tersebut.
Tolbert
memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi,
dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang
kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya
yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut
mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat
pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang
dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya. Bimbingan
konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar
menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
e. Bidang keagamaan
Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan tindakan
seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian
tumbuh dan terbentuk dari pengalaman- pengalaman yang dilaluinya sejak
lahir. Berangkat dari pemahaman bahwa Islam merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi muslim yang baik,
membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah Swt.,
menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat,
mempertinggi budi pekerti,memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Seperti yang
termaktub dalam firman Allah
surat asy-Syam Ayat
7-10.
Para Nabi diutus untuk
membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai
figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem
solving )yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu
daya setan.
Dengan kata lain manusia diharapkan
saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu
sendiri, sekaligus memberikonseling agar tetap sabar dan tawakal dalam
menghadapi perjalanan kehidupanyang sebenarnya Kebutuhan akan
hubungan bantuan(helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya
timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan
mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep Islam, pengembangan
diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan.
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis
dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap,
kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan
konselor yangterintegrasi dalam sistemqalbu,akal, dan nafsu manusia yang
menimbulkantingkah laku.
Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang
pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci
yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah.
Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki
ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip yang kuat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan proses yang
berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan agar individu
memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya dari segi
aspek kehidupan secara keseluruhan. Dan bahwa program bimbingan konseling islami merupakan suatu program yang sangat
penting dan dibutuhkan oleh setiap individu. Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, produk
pendidikan sering hanya diukur dari perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik
dan material yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia.
Objek bimbingan dan konseling keluarga islami sendiri
meliputi pemilihan
jodoh, peminangan (pelamaran), pelaksanaan pernikahan, hubungan suami isteri
(jasmaniah dan rohaniah), hubungan antar anggota keluarga (keluarga inti maupun
besar), pembinaan kehidupan berumah tangga, harta dan warisan, poligami,
perceraian, talak, rujuk.
Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program
yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu
individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan
kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
Organisasi sosial, lembaga
keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara
menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola
hidup warganya.
Manusia
diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas
manusia itu sendiri, sekaligus memberikonseling agar tetap sabar dan tawakal
dalam menghadapi perjalanan kehidupanyang sebenarnya kebutuhan akan hubungan bantuan(helping relationship), terutama konseling,
pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat
pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep islam,
pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin,
Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan konseling Islam. AMZAH: Jakarta
Rahim Faqih, Aunur. 2001. Bimbingan dan Konseling
Dalam Islam. UII press:Yogyakarta
http://pmiitebo.blogspot.com/2011/11/jenis-layanan-dan-kegiatan-bimbingan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar