Selasa, 05 April 2016

Pengertian Motivasi Belajar

A.  Pengertian Motivasi Belajar

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu10. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berawal dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut:

a.       Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan11
b.      Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan12.
c.   Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu13.
d.   Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan14.
e.   Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah15.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.Dalam pembahasan skripsi yang penulis maksudkan adalah motivasi dalam belajar. Oleh karena itu sebelum menguraikan apa itu motivasi belajar terlebih dahulu diuraikan tentang belajar.

Belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk lebih jelas penulis akan kemukakan pendapat para ahli:

a.   Sumadi Soerya Brata mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah membawa perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang dikarenakan dengan usaha atau disengaja16.
b.   L. Crow dan A. Crow, berpendapat bahwa pelajaran adalah perubahan dalam respon tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang mengandung setara dengan ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh pengalaman. “pengalaman” yang serupa itu terutama yang sadar, namun kadang-kadang mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang terdapat dalam belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang tidak teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah laku suasana emosional, namun yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk perubahan-perubahan fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak fungsinya indera untuk sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang terus menerus.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan itu pada dasarnya merupkan pengetahuan dan kecakapan baru dalam perubahan ini terjadi karena usaha, sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat Ar-Ro’du ayat 11 yang berbunyi:

إن الله لا يغيّر ما بقوم حتىّ يغيّروا ما بأنفسهم. (الرعد: )
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaanya sendiri.

Setelah penulis menguraikan defenisikan motivasi dalam belajar, maka dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu daya upaya penggerak atau membangkitkan serta mengarahkan semangat individu untuk melakukan perbuatan belajar.

Untuk dapat mendalami dan mempunyai suatu gambaran yang mendalam serta jelas mengenai motivasi belajar, maka hal ini penulis kemukakan menurut para cerdik pandai mengenai motivasi belajar, yaitu:
1.      Menurut H. Mulyadi menyatakan bahwa motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.
2.      Dan menurut Tadjab, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
3.       Sedangkan menurut Sadirman, motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan yang luas adalah dalam hal menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar, siswa yang memeliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi unuk melakukan kegiatan belajar.

Dari pendapat ahli diatas penulis penulis mempuyai pemahaman bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah motivasi yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan melangsungkan pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah ditentukan.







B.  Cara Memotivasi Diri untuk Belajar

Dari penelitian – penelitian menunjukkan, bahwa sukses belajar tidak hanya tergantung pada intelegensi si anak, melainkan tergantung pada banyak hal, diantaranya motif-motif. Oleh karena itu upaya menimbulkan tindakan belajar yang bermotif sangat penting. Seperti kita ketahui, latarbelakang motif terutama adalah adanya kebutuhan yang dirasakan oleh anak didik. Maka menyadarkan si anak didik terhadap kebutuhan yang diperluhkan berarti menimbulkan motif belajar anak. Anak didik, terutama yang masih sangat muda, banyak yang belum mengerti arti belajar dan yang dipelajari; untuk pelbagai bahan pelajaran dipelajari dan apakah dipelajari berguna bagi kehidupan dimasa depan, belumlah ia sadari.

Mereka umumnya baru merasakan kebutuhan biologis. Sedang manusia hidup dalam masyarakat, bukan menyendiri; masyarakat tempat pelbagai kemampuan dan kecakapan dituntutnya. Anak harus belajar dan harus mengerti mengapa harus belajar. Maka menyadarkan dan meyakinkan anak akan arti terdidik bagi kedudukan orang dalam masyarakat, menyadarkan dan meyakinkan akan manfaat bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh sekolah bagi kehidupan kelak sesudah meninggalkan sekolah dan sebagainya merupakan usaha-usaha memotivasikan tindakan belajar si anak.

Dalam sejarah Ovide Decroly misalnya, terkenal sebagai orang yang memperhatikan peranan dari pada motivasi dalam belajar. Bahan-bahan pelajaran dipilihnya dengan teliti dan didasarkan pada pokok-pokok yang disebutnya sebagai pusat-pusat minat atau “center d’interset”, Untuk itu diseledikinya berbagai kecenderungan yang ada pada anak, terutama dorongan memperoleh kepuasan diri. Dengan cara demikian dibedakan empat pusat minat pada, yaitu yang berhubungan dengan makanan, pakaian, pertahanan diri dan permainan diri dan permainan atau pekerjaan. Maka jelaslah bahwa belajar itu harus disertai motif. Tanpa motif, tindakan belajar tidak akan mencapai hasil yang memadai.

Kerapkali kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang tertentu kurang disadari oleh anak, sehingga guru atau sekolah harus membuat tujuan sementara atau buatan. Sebagai contoh, guru atau sekolah tentu ingin mengarahkan belajar ke tujuan yang tertentu dan untuk itu diperlukan adanya peningkatan aktivitas belajar anak. Tetapi usaha peningkatan ini tidaklah mudah, maka diciptakanlah tujuan buatan (artificial). Misalnya dikeluarkanlah peraturan atau janji, bahwa barang siapa dapat menunjukkan prestasi belajar yang paling baik di kelasnya, akan mendapatkan gelar “bintang kelas”, atau yang paling baik prestasi belajarnya di sekolah akan mendapat gelar “bintang sekolah”. Maka murid-murid akan saling berlomba, mereka berusaha belajar dengan giat, karena memperoleh gelar “bintang” tersebut sudah merupakan kebutuhan, dalam hal ini kebutuhan sosial.

Dengan gelar itu mereka merasa memperoleh penghargaan, kehormatan, bahkan simbol pujian, terutama dari orangtuanya. Maka kini tindakan belajar mereka sudah merupakan tindakan bermotif, yaitu berdasar adanya kebutuhan yang dirasakan dan terarah kepada tercapainya tujuan, yaitu mendapat “piagam” atau dan sebagainya. Itu bagi si anak didik. Tetapi dilihat dari pihak sekolah atau guru pemberian piagam atau tanda lain itu bukanlah tujuan pendidikan yang hakiki, melainkan sebagai alat untuk menimbulkan tindakan belajar yang beromotif, yang dengan faktor itu diharapkan akan tercapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Proses penggunaan tujuan buatan (sementara) untuk menimbulkan aktivitas yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang sesungguhnya merupakan proses kondisioning. Tujuan buatan, yang dimaksudkan agar dikejar oleh anak didik dengan aktivitasnya itu lazim disebut sebagai reinfocer34.

Robert H. Davis mengemukakan 9 prinsip belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa agar mau dan dapat belajar sebagai berikut:

1.      Prinsip Prerikwisit (Prasyarat)

Siswa terodorong untuk mempelajari sesuatu yang baru bila telah memiliki bekal yang merupakan prasyarat bagi pelajaran itu. Bila guru mengabaikan hal ini bisa menimbulkan kebosanan bagi siswa-siswa yang telah menguasai dan sebaliknya atau menimbulkan frustrasi bagi siswa-siswa merasa sukar dan tidak dapat menguasainya.

2.      Prinsip Kebermaknaan
Siswa termotivasi untuk belajar bila materi pelajaran itu bermakna baginya. Oleh sebab itu hendaknya guru dalam menyampaikan materi pelajaran dihubungkan dengan apa yang dialaminya, dihubungkan dengan kegunaan di masa depan dan dihubungkan dengan apa yang menjadi minatnya.

3.      Prinsip Modeling
Siswa termotivasi untuk menunjukan tingkah laku bila sekiranya tingkah laku itu dimodelkan oleh gurunya (Performance Modeling). Dalam hal ini siswa akan lebih suka menuruti apa yang dilakukan oleh gurunya dari pada yang dikatakan, sehingga di sini berlaku prinsip “The Medium is the Message”.

4.      Prinsip Komunikasi Terbuka
Siswa termotivasi untuk belajar bila informasi dan harapan yang disampaikan kepadanya terstruktur dengan baik dan komonikatif. Dalam hal ini Bruner meyarankan agar pengajaran menjadi lebih efektif perlu materi pelajaran distrukturkan dengan baik dengan pengolahan pesan yang komunikatif. Salah satu contoh dari prinsip ini ialah: perumusan dan pemberitahuan tujuan instruksional dengan jelas, menggunakan kata-kata yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

5.      Prinsip Atraktif
Siswa termotivasi untuk belajar pesan dan informasinya disampaikan secara menarik (atraktif). Oleh karena itu guru harus selalu berusaha menyajikan materi pelajaran dengan cara manarik perhatian, dan alangkah baiknya kalau setiap materi pelajaran dapat diikuti dan diterima siswa dengan perhatian yang cukup intensif.

6.      Prinsip Partisipasi dan Keterlibatan
Siswa termotivasi untuk belajar apabila merasa terlibat dan mengambil bagian aktif dalam kegiatan itu. Dengan demikian guru perlu menerapkan konsep kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam pelakasanaan proses belajar mengajar, karena dengan konsep ini siswa mengalami keterlibatan intelektual emosional di samping keterlibatan fisik didalam proses belajar mengajar.

7.      Prinsip Penarikan Bimbingan Secara Berangsur
Siswa termotivasi untuk belajar jika bimbingan dan petunjuk guru berangsur-angsur ditarik. Penarikan itu mulai dilaksanakan bila siswa-siswa sudah mulai mengerti dan menguasai apa yang sudah dipelajari.

8.      Prinsip Penyebaran Jadwal
Siswa termotivasi untuk belajar bila program-program belajar mengajar dijadwalkan dalam keadaan tersebar dalam periode waktu yang tidak terlalu lama. Program-program belajar mengajar dalam waktu yang lama dan secara berturut-turut cenderung akan membosankan siswa.

9.      Prinsip Konsekuen dalam Kondisi yang Menyenangkan
Siswa termotivasi untuk belajar bila kondisi instruksionalnya menyenangkan, sehingga memberi kemungkinan terjadinya belajar secara optimal.

Motivasi yang bersifat intrinsik mempunyai peranan yang ampuh dalam peristiwa belajar, tetapi walaupun memberikan tugas. Dalam memberikan tugas kepada murid-murid harus dilihat dan diingat hubungan tingkat kebutuhan murid dan tingkat motivasi yang akan dikenakan. Guru harus cerdik melibatkan “ego involement” murid. Bila motivasi tersebut dikenakan secara tepaat akan menyentuh ego involvement murid, sehingga setiap tugas yang memberikan akan dianggap sebagai tantangan, hal ini menyebabkan yang bersangkutan akan mempertahankan harga dirinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan penuh semangat. Murid akan merasa puas dan harga dirinya timbul bila dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar