A. Pengertian Motivasi Belajar
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan
“motif” untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu10. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan
penghayatan suatu kebutuhan. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berawal dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat ditarik
persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi
perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi
antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Mc. Donald yang
dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah
perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan11
b.
Tabrani Rusyan
berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan12.
c. Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan
keinginan untuk melakukan sesuatu13.
d. Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang
sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku
individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan
insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang
diharapkan14.
e. Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah
berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk
bertingkah laku secara terarah15.
Dari berbagai
definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa
motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.Dalam pembahasan
skripsi yang penulis maksudkan adalah motivasi dalam belajar. Oleh karena itu
sebelum menguraikan apa itu motivasi belajar terlebih dahulu diuraikan tentang
belajar.
Belajar adalah suatu
bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk lebih jelas
penulis akan kemukakan pendapat para ahli:
a. Sumadi Soerya Brata mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah
membawa perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang
dikarenakan dengan usaha atau disengaja16.
b. L. Crow dan A. Crow, berpendapat bahwa pelajaran adalah
perubahan dalam respon tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi
respon, yang mengandung setara dengan ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya
disebabkan oleh pengalaman. “pengalaman” yang serupa itu terutama yang
sadar, namun kadang-kadang mengandung komponen penting yang tidak sadar,
seperti biasa yang terdapat dalam belajar gerak ataupun dalam reaksinya
terhadap perangsang-perangsang yang tidak teratur, termasuk perubahan-perubahan
tingkah laku suasana emosional, namun yang lebih lazim ialah perubahan yang
berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak,
tidak termasuk perubahan-perubahan fisiologis seperti keletihan atau halangan
atau tidak fungsinya indera untuk sementara setelah berlangsungnya
pasangan-pasangan yang terus menerus.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa perubahan itu pada dasarnya merupkan pengetahuan dan
kecakapan baru dalam perubahan ini terjadi karena usaha, sebagaimana firman
Allah SWT. Dalam surat Ar-Ro’du ayat 11 yang berbunyi:
إن
الله لا يغيّر ما بقوم حتىّ يغيّروا ما بأنفسهم. (الرعد: )
Artinya : Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaanya
sendiri.
Setelah penulis menguraikan
defenisikan motivasi dalam belajar, maka dapat diambil pengertian bahwa yang
dimaksud dengan motivasi belajar adalah suatu daya upaya penggerak atau
membangkitkan serta mengarahkan semangat individu untuk melakukan perbuatan
belajar.
Untuk dapat mendalami dan
mempunyai suatu gambaran yang mendalam serta jelas mengenai motivasi belajar,
maka hal ini penulis kemukakan menurut para cerdik pandai mengenai motivasi
belajar, yaitu:
1.
Menurut H. Mulyadi
menyatakan bahwa motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah
dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.
2.
Dan menurut Tadjab,
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan.
3.
Sedangkan menurut Sadirman, motivasi belajar adalah merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan yang luas adalah dalam hal
menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar, siswa yang
memeliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi unuk melakukan kegiatan
belajar.
Dari pendapat ahli diatas penulis
penulis mempuyai pemahaman bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
motivasi yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan
melangsungkan pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah
ditentukan.
B. Cara Memotivasi Diri untuk
Belajar
Dari penelitian – penelitian menunjukkan, bahwa sukses
belajar tidak hanya tergantung pada intelegensi si anak, melainkan tergantung
pada banyak hal, diantaranya motif-motif. Oleh karena itu upaya menimbulkan
tindakan belajar yang bermotif sangat penting. Seperti kita ketahui,
latarbelakang motif terutama adalah adanya kebutuhan yang dirasakan oleh anak
didik. Maka menyadarkan si anak didik terhadap kebutuhan yang diperluhkan
berarti menimbulkan motif belajar anak. Anak didik, terutama yang masih sangat
muda, banyak yang belum mengerti arti belajar dan yang dipelajari; untuk
pelbagai bahan pelajaran dipelajari dan apakah dipelajari berguna bagi
kehidupan dimasa depan, belumlah ia sadari.
Mereka umumnya baru merasakan
kebutuhan biologis. Sedang manusia hidup dalam masyarakat, bukan menyendiri;
masyarakat tempat pelbagai kemampuan dan kecakapan dituntutnya. Anak harus
belajar dan harus mengerti mengapa harus belajar. Maka menyadarkan dan
meyakinkan anak akan arti terdidik bagi kedudukan orang dalam masyarakat,
menyadarkan dan meyakinkan akan manfaat bahan-bahan pelajaran yang disajikan
oleh sekolah bagi kehidupan kelak sesudah meninggalkan sekolah dan sebagainya
merupakan usaha-usaha memotivasikan tindakan belajar si anak.
Dalam sejarah Ovide Decroly misalnya,
terkenal sebagai orang yang memperhatikan peranan dari pada motivasi dalam
belajar. Bahan-bahan pelajaran dipilihnya dengan teliti dan didasarkan pada
pokok-pokok yang disebutnya sebagai pusat-pusat minat atau “center
d’interset”, Untuk itu diseledikinya berbagai kecenderungan yang ada pada
anak, terutama dorongan memperoleh kepuasan diri. Dengan cara demikian
dibedakan empat pusat minat pada, yaitu yang berhubungan dengan makanan,
pakaian, pertahanan diri dan permainan diri dan permainan atau pekerjaan. Maka
jelaslah bahwa belajar itu harus disertai motif. Tanpa motif, tindakan belajar
tidak akan mencapai hasil yang memadai.
Kerapkali kebutuhan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang tertentu kurang disadari oleh anak,
sehingga guru atau sekolah harus membuat tujuan sementara atau buatan. Sebagai
contoh, guru atau sekolah tentu ingin mengarahkan belajar ke tujuan yang
tertentu dan untuk itu diperlukan adanya peningkatan aktivitas belajar anak.
Tetapi usaha peningkatan ini tidaklah mudah, maka diciptakanlah tujuan buatan (artificial).
Misalnya dikeluarkanlah peraturan atau janji, bahwa barang siapa dapat
menunjukkan prestasi belajar yang paling baik di kelasnya, akan mendapatkan
gelar “bintang kelas”, atau yang paling baik prestasi belajarnya di
sekolah akan mendapat gelar “bintang sekolah”. Maka murid-murid akan
saling berlomba, mereka berusaha belajar dengan giat, karena memperoleh gelar “bintang”
tersebut sudah merupakan kebutuhan, dalam hal ini kebutuhan sosial.
Dengan gelar itu mereka merasa
memperoleh penghargaan, kehormatan, bahkan simbol pujian, terutama dari
orangtuanya. Maka kini tindakan belajar mereka sudah merupakan tindakan
bermotif, yaitu berdasar adanya kebutuhan yang dirasakan dan terarah kepada
tercapainya tujuan, yaitu mendapat “piagam” atau dan sebagainya. Itu
bagi si anak didik. Tetapi dilihat dari pihak sekolah atau guru pemberian
piagam atau tanda lain itu bukanlah tujuan pendidikan yang hakiki, melainkan
sebagai alat untuk menimbulkan tindakan belajar yang beromotif, yang dengan
faktor itu diharapkan akan tercapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Proses
penggunaan tujuan buatan (sementara) untuk menimbulkan aktivitas yang
diperlukan dalam mencapai tujuan yang sesungguhnya merupakan proses
kondisioning. Tujuan buatan, yang dimaksudkan agar dikejar oleh anak didik
dengan aktivitasnya itu lazim disebut sebagai reinfocer34.
Robert H. Davis mengemukakan 9
prinsip belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa agar mau dan dapat belajar
sebagai berikut:
1.
Prinsip Prerikwisit (Prasyarat)
Siswa terodorong
untuk mempelajari sesuatu yang baru bila telah memiliki bekal yang merupakan
prasyarat bagi pelajaran itu. Bila guru mengabaikan hal ini bisa menimbulkan
kebosanan bagi siswa-siswa yang telah menguasai dan sebaliknya atau menimbulkan
frustrasi bagi siswa-siswa merasa sukar dan tidak dapat menguasainya.
2.
Prinsip Kebermaknaan
Siswa termotivasi
untuk belajar bila materi pelajaran itu bermakna baginya. Oleh sebab itu
hendaknya guru dalam menyampaikan materi pelajaran dihubungkan dengan apa yang
dialaminya, dihubungkan dengan kegunaan di masa depan dan dihubungkan dengan
apa yang menjadi minatnya.
3.
Prinsip Modeling
Siswa termotivasi untuk menunjukan tingkah laku bila
sekiranya tingkah laku itu dimodelkan oleh gurunya (Performance Modeling).
Dalam hal ini siswa akan lebih suka menuruti apa yang dilakukan oleh gurunya
dari pada yang dikatakan, sehingga di sini berlaku prinsip “The Medium is
the Message”.
4.
Prinsip Komunikasi Terbuka
Siswa termotivasi untuk belajar bila informasi dan harapan
yang disampaikan kepadanya terstruktur dengan baik dan komonikatif. Dalam hal
ini Bruner meyarankan agar pengajaran menjadi lebih efektif perlu materi
pelajaran distrukturkan dengan baik dengan pengolahan pesan yang komunikatif.
Salah satu contoh dari prinsip ini ialah: perumusan dan pemberitahuan tujuan
instruksional dengan jelas, menggunakan kata-kata yang sederhana sehingga mudah
dimengerti oleh siswa.
5.
Prinsip Atraktif
Siswa termotivasi untuk belajar pesan dan informasinya
disampaikan secara menarik (atraktif). Oleh karena itu guru harus selalu
berusaha menyajikan materi pelajaran dengan cara manarik perhatian, dan
alangkah baiknya kalau setiap materi pelajaran dapat diikuti dan diterima siswa
dengan perhatian yang cukup intensif.
6.
Prinsip Partisipasi dan Keterlibatan
Siswa termotivasi untuk belajar apabila merasa terlibat dan
mengambil bagian aktif dalam kegiatan itu. Dengan demikian guru perlu
menerapkan konsep kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam pelakasanaan proses
belajar mengajar, karena dengan konsep ini siswa mengalami keterlibatan
intelektual emosional di samping keterlibatan fisik didalam proses belajar
mengajar.
7.
Prinsip Penarikan Bimbingan Secara Berangsur
Siswa termotivasi untuk belajar jika bimbingan dan petunjuk
guru berangsur-angsur ditarik. Penarikan itu mulai dilaksanakan bila
siswa-siswa sudah mulai mengerti dan menguasai apa yang sudah dipelajari.
8.
Prinsip Penyebaran Jadwal
Siswa termotivasi untuk belajar bila program-program belajar
mengajar dijadwalkan dalam keadaan tersebar dalam periode waktu yang tidak
terlalu lama. Program-program belajar mengajar dalam waktu yang lama dan secara
berturut-turut cenderung akan membosankan siswa.
9.
Prinsip Konsekuen dalam Kondisi yang Menyenangkan
Siswa termotivasi untuk belajar bila kondisi instruksionalnya
menyenangkan, sehingga memberi kemungkinan terjadinya belajar secara optimal.
Motivasi yang bersifat intrinsik
mempunyai peranan yang ampuh dalam peristiwa belajar, tetapi walaupun
memberikan tugas. Dalam memberikan tugas kepada murid-murid harus dilihat dan
diingat hubungan tingkat kebutuhan murid dan tingkat motivasi yang akan
dikenakan. Guru harus cerdik melibatkan “ego involement” murid. Bila motivasi
tersebut dikenakan secara tepaat akan menyentuh ego involvement murid, sehingga
setiap tugas yang memberikan akan dianggap sebagai tantangan, hal ini
menyebabkan yang bersangkutan akan mempertahankan harga dirinya untuk
menyelesaikan tugasnya dengan penuh semangat. Murid akan merasa puas dan harga dirinya
timbul bila dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar